Intisari Plus - Karena khawatir akan masa depan, seorang teolog melakukan pembunuhan pada keluarganya. Ia pun berencana untuk bunuh diri setelahnya namun tertangkap.
---------------
Kota Hamburg yang tenang hari Senin tanggal 15 Agustus 1803 pagi-pagi sudah dikejutkan oleh desas-desus yang segera merebak. Seorang cendekiawan, seorang teolog yang pernah berkhotbah, dikabarkan telah membunuh seluruh keluarganya: istri dan anak-anak. Semuanya enam orang.
Fakta-fakta yang segera terungkap lebih mengerikan daripada desas-desus.
Pagi-pagi pembantu rumah tangga ingin membangunkan majikannya di rumah nomor 40 di Groeningerstrasse. Waktu ia masuk ke kamar tidur bawah, ia menemukan nyonya rumah dan seorang anak laki-laki berlumuran darah telah meninggal di tempat tidur mereka. Di tingkat-tingkat atas anak-anak pemilik rumah, juga telah dibunuh dan berlumuran darah.
Si pembantu rumah tangga pergi ke tetangga. Semua berdatangan untuk menyaksikan. Sesudah jam 7, polisi tiba.
Pemilik rumah, yang keluarganya semua mati terbunuh itu, bernama Ruesau. Ia lebih dikenal orang sebagai Kandidat Ruesau. Ia telah lama meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah. Kemudian ia membuka tempat pendidikan yang digabungkan dengan sebuah asrama bagi gadis-gadis yang dipimpin oleh istrinya. Sesudah itu ia mulai berdagang kelontong yang dilakukan di rumahnya sendiri.
Setelah diselidiki tidak ada orang tidak dikenal masuk ke rumah itu malam sebelumnya. Tidak pula terdengar jeritan. Pagi hari jam 4, tuan rumah sudah keluar. Pada pembantu rumah tangga yang baru saja bangun, ia mengatakan bahwa ia akan segera kembali.