Intisari Plus - Sebelum tahun 1969, kasus penculikan jarang terjadi di Inggris. Namun di akhir tahun itu, ada kasus salah culik. Dan hingga proses pengadilan selesai, korban tidak pernah ditemukan oleh polisi.
----------
Melarikan diri dan menyandera seseorang untuk memperoleh sesuatu atau yang lazim disebut menculik, tampaknya tidak terlalu banyak penggemarnya di kalangan penjahat Inggris. Itu mungkin karena karakter orang Inggris pada umumnya, mereka terlalu perhitungan. Ini termasuk para penjahat. Alih-alih menculik, mereka itu lebih suka menodong, merampok bank, atau mencegat kiriman uang. Besar kecilnya hasil operasi lebih mudah diperhitungkan dan dipastikan jauh-jauh hari dengan saksama.
Dalam hal penculikan, pertama dan terpenting adalah masyarakat mengutuk para penculik. Ini sudah menjadi momok tersendiri dan kerap menghantui perencanaan penculikan. Lalu yang kedua, penculikan dengan tujuan memeras uang tebusan merupakan tindakan kriminal yang sulit pelaksanaannya. Meski sudah diperhitungkan dengan cermat, ini hampir selalu bermasalah. Tawar-menawar besarnya tebusan membuat urusan semakin berlarut-larut. Sementara itu penculik selalu melarang polisi turut campur. Lalu jika negosiasi gagal, penculik akan dihadapkan pada pilihan terakhir yaitu membunuh. Hal itu merupakan suatu keterpaksaan yang tidak mudah dihindari.
Setelah sekian lama tidak pernah terjadi, pada tanggal 29 Desember 1969 kasus penculikan pun muncul lagi di Inggris. Namun ada dua hal yang berbeda. Pertama, korban bukan orang yang seharusnya diculik. Dengan kata lain, si penjahat salah menculik orang. Kedua, penculik bukanlah orang Inggris. Hal buruk pun terjadi. Rasa keadilan masyarakat Inggris dihadapkan pada soal yang rumit sekali. Pelaku-pelakunya ditemukan dan diadili. Para saksi hadir dalam persidangan. Namun sayangnya korban tidak pernah ditemukan.
Pada tanggal 29 Desember 1969 itu Nyonya Muriel MacKay dibawa orang dari rumahnya di Wimbledon. Ketika Alick MacKay pulang dari kantornya di The News of the World di Bouverie Street, dia tidak menemukan istrinya. Ada tanda-tanda perkelahian, seperti meja dan kursi yang jungkir-balik, pesawat telepon yang tergeletak di lantai.
Beberapa jam kemudian telepon di rumah keluarga MacKay berdering. Rupanya itu telepon dari si penculik yang minta uang tebusan sebesar satu juta pounds. “Kalau tidak, dia mati!” kata suara di seberang sana. Saat itu keluarga MacKay dan polisi merasa putus asa. Namun apa yang tidak diketahui oleh keluarga MacKay adalah si penculik salah menculik orang.
Alick MacKay adalah wakil ketua perhimpunan The News of the World. Dia dan istrinya adalah warga Australia, tetapi sejak bertahun-tahun tinggal di St. Mary's House di Arthur Road, Wimbledon. Penculik sebenarnya bermaksud menculik istri Rupert Murdoch. Ia berasal dari Australia juga dan ketua perhimpunan The News of the World. Tentu saja, suami istri itu juga kaya raya.