Kembali ke Intisari News
November 11, 2022
Vonis Mati Buat Penggerutu
Vonis Mati Buat Penggerutu
Vonis Mati Buat Penggerutu (Arzad Sedaghat)
Penulis Intisari Plus
Editor Ade S

Intisari Plus - Seperti biasa, para ibu bergerombol menunggu warung Animei dibuka. Alih-alih melayani pembeli, Animei ditemukan terkapar di warungnya. Punggung, kuduk, dan lehernya dibacok dengan sadis.

-------------------

Warung Animei belum juga buka. Ibu-ibu yang hendak membeli tempe, tahu, cabe, dan ikan asin terpaksa bergerombol di buk jembatan sebelah kanan warung. Mereka gelisah karena pagi itu harus segera menyiapkan menu sarapan. Berkali-kali mereka melirik ke arah warung. Dalam hati mereka bertanya-tanya meski tampak asyik mengobrol.

Saat itu, semuanya hanya punya satu harapan: pintu depan warung segera dibuka dan tingkap geser yang menyekat seluruh etalase kotak dagangan diturunkan, sehingga mereka dapat serentak menyerbu.

Sepeda motor Animei, yang sarat dengan barang belanjaan, seperti biasanya terparkir di depan warung. Pintu samping warung sendiri terbuka tetapi tingkap geser dan pintu depannya belum dibuka. Ibu-ibu yang sedang berkumpul itu berpikir. Animei masih di rumah - bagian belakang warung ada di teras rumah - dan karenanya mereka masih terus menunggu. Siapa tahu Animei masih ada di belakang warung atau di rumahnya, menuntaskan kebutuhan mendadak.

Namun, rasanya kok lama sekali. Benar-benar lama sekali. Kenapa? Ada apa? 

“Bisa-bisa enggak masak, bisa-bisa Tarsih enggak sarapan,” kata salah satu di antara mereka, Umplung, sambil menuju pintu samping warung. 

“Ni! Ni!” katanya tak sabar memanggil Animei, sambil melongok ke dalam warung yang nyaris gelap tanpa lampu. Namun tak ada sahutan dari dalam. Umplung lalu melirik ke rumah yang lampunya sudah dimatikan, mengawasi pintu depan yang terbuka dan juga jendela-jendelanya. “Niii ...!” seru Umplung lagi, kali ini lebih kuat.

Jangan biarkan penasaranmu tergantung.
Akses tanpa batas dengan Intisari Plus.