Intisari Plus - Pelaku pembunuhan adalah pengusaha bisnis ilegal yang dijuluki “Pangeran Hitam”. Dua detektif, De Gier dan Grijpstra harus menyusun jebakan untuk menangkapnya.
-------------------
Hari tengah beranjak malam. Sersan Rinus de Gier dan Ajun Komisaris Henk Grijpstra, dua detektif nyentrik dari Kantor Kepolisian Amsterdam merasa sudah saatnya pulang, mandi air hangat sembari memijat-mijat tengkuknya sendiri. Aduhai sedapnya. Namun, tiba-tiba telepon di meja de Gier berdering tiga kali. “Seorang ibu mendengar suara tembakan dari rumah tetangganya,” kata de Gier pelan.
Grijpstra langsung meraih mantelnya. Sementara de Gier langsung sibuk mengenakan tempat sarung pistol barunya. “Pistolnya kegedean. Ketiakku sampai sakit,” sungut de Gier beulang-ulang. Grijpstra memandangi mitranya sambil tersenyum. Pistol baru mereka, Walther P5, memang punya plus-minus. Di satu sisi, lebih ringan dan lebih canggih, karena daya terjang pelurunya mencapai 200 m. Namun, ukurannya itu lo, lebih besar dari pistol sebelumnya.
“Kita bukannya polisi patroli jalan raya yang memamerkan senjata di pinggang. Tapi detektif yang justru harus menyembunyikan pistol,” omel de Gier sembari tergesa-gesa masuk lift. Keluar lift, mereka berpapasan dengan beberapa polisi berseragam. Salah satunya, seorang polisi wanita berparas ayu.
“Hai, Rinus,” sapa sang polwan.
“Hai juga, Jane,” balas de Gier.
“Jane?” komentar Grijpstra, setelah sang polwan berlalu.