Intisari Plus - Orang bilang, saya dungu. Menurut dugaan saya, predikat itu diberikan gara-gara tubuh saya besar dan gemuk. Di bioskop dan film seri TV 'kan orang dungu diperankan oleh manusia berpotongan seperti saya. Selain itu saya bekas pegulat profesional. Pegulat profesional tidak diharapkan mengandalkan hidup dari otaknya.
Saya harus mengakui bahwa ada beberapa kejadian dalam hidup saya yang menyebabkan rencana bagus rekan-rekan saya berakhir secara konyol. Umpamanya saja: Saya pernah disuruh menunggu di mobil, sementara rekan-rekan saya merampok bank.
Menurut skenario yang mereka rancang, saya harus melarikan mobil begitu mereka masuk membawa uang rampokan. Eh, temyata saya kabur membawa penumpang yang keliru.
Pernah ketika saya diajak merampok emas, saya begitu bingung, sehingga emas yang berada dalam mobil saya itu saya larikan kembali ke tempat ia diambil.
Saya pikir sih kesalahan-kesalahan macam begitu bisa saja dialami setiap orang pada saat kebingungan. Namun, tidak semua orang sependapat.
Saya dianggap dungu dan diberi pekerjaan-pekerjaan yang "tidak menuntut kemampuan intelektual", seperti menggertak orang (tubuh besar 'kan banyak gunanya untuk keperluan ini), menguntit, menjadi tukang pukul, menyopiri. Tapi membunuh saya tidak mau. Itu prinsip saya yang tidak bisa digugat-gugat.
Jadi ketika ditawari mencuri di Harbinger Hall, segera saja tawaran itu saya sambar. Siapa sih yang mau menolak 5.000 ponsterling sebagai upah pekerjaan yang tidak sulit? Tentu saja ada risiko kepergok, tetapi 5.000 ponsterling untuk suatu pekerjaan yang dilakukan di sebuah puri kuno pada akhir minggu rasanya sayang untuk dilewatkan.