Intisari Plus - Toni mendapat telepon dari orang tidak dikenal yang telah menculik kedua anaknya. Si penculik meminta sejumlah uang tebusan yang sekaligus akan dijadikan alat jebakan.
-------------------
Duduk santai di teras belakang menikmati udara pagi, wajah Toni Suharta tampak segar karena baru saja mandi. Pagi itu ia bisa merasakan nikmatnya bangun agak siang yang sangat jarang bisa ia lakukan.
Hari itu hari kedua cuti tiga harinya setelah lebih dari empat bulan tanpa henti memantau pengembangan perusahaannya. Sejak didirikan 10 tahun silam, perusahaannya kini telah memiliki tujuh unit usaha.
Teras tempatnya bersantai menghadap ke sebuah kolam renang berukuran 12x26 m yang didesain alami. Tiga pohon kelapa hibrida, dua pohon kemboja berbunga merah marun dan kuning, pohon bintaro, dan beberapa jenis tanaman hias jenis perdu mengelilingi kolam renang yang tepinya terbuat dari batu candi hitam itu.
Di sebelah kanan kursi malas tempat ia duduk terdapat sebuah meja berisi menu sarapan paginya. Beberapa helai roti gandum, potongan-potongan keju impor, dan dua botol selai cokelat dan kacang tanah. Tak ketinggalan jus campur kesukaannya, terbuat dari wortel, bayam, jeruk, apel, dan stroberi.
Di atas meja kecil di sisi kirinya tergeletak berbagai macam koran: berbahasa Inggris dan harian umum terbitan Indonesia, surat kabar ekonomi, dan majalah berita terbitan Amerika Serikat. Tapi kali ini ia memprioritaskan untuk membaca majalah gaya hidup pria terbitan Amerika Serikat sambil menikmati setangkap roti tawar gandum dengan selai cokelat.
Meskipun bukan perjaka lagi dan telah menikah 11 tahun lalu, sesekali Toni masih suka melihat moleknya tubuh para model bule yang cantik di majalah itu. Istrinya, Tamara Cinta Priyatna, ketika menikah baru berusia 22 tahun. Wanita cantik bertubuh atletis itu berdarah Rusia, Brasil, dan Sunda. Dari hasil perkawinan mereka lahir dua orang anak yang kini bersekolah di SD internasional: Sekar Ayu (10), kelas 4 dan Bayu Utama (8), kelas 2.