Intisari Plus - Dua tahun, laporan tentang anak hilang muncul silih berganti. Masyarakat menganggap polisi tidak peduli karena korbannya dari keluarga miskin. Sampai suatu kali korban ditemukan di dekat penampungan air umum.
-------------------
Apa arti satu nyawa manusia di India, sebuah negara padat dengan penduduk lebih dari satu miliar? Jika nyawa itu milik seorang anak dari sebuah keluarga miskin di perkampungan kumuh, mungkin tidak ada artinya. Setidaknya itulah yang terjadi pada Payal, seorang anak perempuan di wilayah permukiman miskin Nithari, di pinggiran kota industri Noida, Negara Bagian Uttar Pradesh.
Tanggal 7 Mei 2006, ia dinyatakan hilang. Bapaknya, Nand Lai, melaporkan kejadian itu kepada polisi Noida. Mendengar laporannya, para pelayan masyarakat dengan seragam negara itu malah menyalahkannya. Mereka menganggap Nand Lai teledor membiarkan anaknya pergi tanpa tujuan yang jelas. Nand Lai keluar dari kantor polisi sambil menahan amarah sekaligus sedih. Tapi ia bukan satu-satunya pelapor yang diabaikan oleh polisi. Sebelumnya telah banyak orangtua yang mengalami nasib serupa. Anak mereka hilang, mereka melapor polisi, lalu di kantor kepolisian mereka malah disalahkan.
Nand Lai hanya satu dari jutaan orang miskin India yang sering tak punya pilihan dalam hidup. Seperti orang India kebanyakan, sebagian besar keluarga miskin Nithari punya banyak anak. Sekalipun mereka tidak bisa mengasuh anak dengan sebaik-baiknya, mereka bukanlah orangtua yang teledor membiarkan anaknya hilang seperti yang dituduhkan polisi.
Laporan tak dihiraukan
Sejak dua tahun sebelumnya, wilayah Nithari, Noida, seperti menjadi tempat berkeliaran monster yang gemar menculik anak-anak. Keberadaan monster ini sama sekali tidak terendus. Para warga Noida hanya bisa membaca berita tentang banyaknya anak yang hilang. Beritanya bukan satu atau dua kali, tapi berkali-kali. Sedemikian seringnya mereka mendengar berita itu sampai mereka tidak bisa menghitung sudah berapa banyak anak yang hilang.