Intisari Plus - Sir Septimus selalu mengumpulkan keluarga dan teman untuk merayakan Natal. Namun acara tahun itu, dikacaukan hilangnya sebuah kalung mutiara.
-------------------
Sir Septimus Shale bukan orang yang banyak cingcong. Istrinya yang jauh lebih muda itu diberinya kebebasan penuh. Sir Septimus tidak peduli rumahnya yang kuno itu diberi perabot modern. la juga tidak melarang istrinya berteman dengan para seniman dan penyair yang anti tata bahasa. Bahkan ia tidak keberatan istrinya berdandan menor.
Namun, setahun sekali, pada saat Natal, istrinya harus menuruti kehendaknya. Sir Septimus bersikeras agar Natal dirayakan secara tradisional. la akan membawa keluarganya ke rumahnya yang lain, yang berada di luar kota. Para pelayan diperintahkan menggantungkan daun-daunan dan buah-buahan hiasan Natal di lampu-lampu. Radiator listrik disuruhnya dicabut dari perapian, untuk digantikan dengan kayu bakar. Lalu dikumpulkannya keluarganya dan teman-teman untuk dijamu dengan makanan. Natal gaya zaman baheula.
Setelah memaksa mereka menelan makanan mode zaman bedil sundut itu, mereka diajaknya main tebak-tebakan, lalu diakhiri dengan main sembunyi-sembunyian di dalam gelap.
Karena Sir Septimus kaya-raya, tamu-tamunya menurut saja. Mungkin ada juga yang merasa bosan, tetapi mereka tidak menyatakannya.
Kebiasaan lain yang dilakukan oleh Sir Septimus setiap malam Natal ialah menghadiahkan sebutir mutiara kepada putrinya, Margharita, yang kebetulan berulang tahun tanggal 24 Desember. Walaupun mutiara itu tidak terlalu besar, yaitu cuma lebih besar sedikit dari kacang polong, tetapi kualitasnya tinggi. Tidak heran kalau kalung milik Margharita sampai masuk kolom gosip di koran-koran.