Intisari Plus - Serangkaian pemerkosaan dan pembunuhan terjadi dalam waktu yang berdekatan. Pelakunya tidak meninggalkan jejak apa pun kecuali golongan darah yang tertinggal pada korban. Ini membuat pihak kepolisian hampir menyerah untuk menemukan siapa pelaku kasus bengis ini.
------------------
Gabriele Roesner, seorang gadis Jerman berusia 23 tahun, sepulang dari bekerja merasa ingin berjalan-jalan mencari angin di hutan dekat Langen, ± 7 km di selatan Frankfurt. Sejak itu ia tidak kembali ke rumah. Tentu saja, orang tuanya cemas dan melapor kepada polisi. Polisi pun segera mengadakan pencarian.
Gabriele Roesner akhirnya ditemukan tak jauh dari jalan setapak di hutan itu. Namun, ia sudah menjadi mayat. Pakaiannya masih lengkap. Hanya gaunnya tersingkap dan pakaian dalamnya terkoyak. Menurut hasil autopsi, gadis itu tewas dicekik dan diperkosa oleh seseorang yang memiliki golongan darah B. Hanya itu.
Polisi tidak menemukan secuil pun identitas lain si pembunuh. Mereka juga tidak curiga kalau pembunuhan di Langen pada hari Kamis, 8 Mei 1980, itu akan merupakan awal dari suatu rangkaian pembunuhan. Mereka cuma bisa menduga, pembunuhan itu dilakukan oleh seorang penjahat seksual yang berasal dari kota besar.
Sebelum kematiannya, Gabriele diketahui sudah tidak gadis lagi. Namun, dari hasil autopsi juga diketahui bahwa dalam perkosaan itu ia sempat melawan, sebab pada pangkal pahanya ada luka memar.
Bagian penyelidikan kriminal Frankfurt tidak bisa berbuat banyak. Sersan Detektif Max Busch, yang bertugas menangani kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah pinggiran Frankfurt bagian selatan itu, selain mendatangi tempat kejadian juga mengadakan wawancara dengan orang tua korban.
Sersan yang bertubuh gemuk dan lamban ini, wajahnya muram, semuram hasil-hasil penyelidikan yang diperolehnya. Menurut dugaannya, nama si pelaku tercatat dalam dokumen polisi, sebab pembunuhan itu mungkin bukan yang pertama kali dilakukannya. Sayangnya, tidak diperoleh cukup petunjuk tentang identitas si pembunuh.