Intisari Plus - Silke (5) pergi menonton bioskop dengan Oliver kakaknya (7). Karena bertengkar, sepulang dari bioskop keduanya pun berpisah. 20 hari kemudian mayat gadis kecil itu ditemukan dalam keadaan mengenaskan.
------------------
Anak bersepatu bot merah dan bergaun bercorak hijau-putih itu terletak di antara dua batu semen besar. Tadinya ia seorang anak manis bermata coklat besar dan berambut panjang. Tetapi pembunuhnya telah mengubah paras yang manis itu menjadi penuh darah.
"Babi kurang ajar," kata Komisaris Paul Neuschäfer dari Reserse Kriminal Düsseldorf. la berlutut dekat jenazah anak tadi dan mengepalkan tangan. la telah melihat banyak hal dalam kariernya selama 28 tahun, tetapi belum pernah melihat muka yang dirusak seperti kali ini.
Silke Hohl, begitulah nama anak kecil itu, baru berumur 5 tahun dan sudah tiga minggu menghilang. la tidak pulang sehabis menonton film anak-anak. Sejak itu Komisaris Neuschäfer dan rekan-rekannya telah mencarinya. Hari demi hari berlalu, sampai mereka habis kekuatan. Para pegawai reskrim tadinya menyangka dan kemudian tahu secara pasti bahwa mereka tidak akan melihat anak itu dalam keadaan hidup lagi. Mereka mengetahui tidak akan dapat mengembalikan anak itu kepada orang tuanya dengan selamat.
Meskipun demikian mereka terus mencarinya. Mereka tidak mau percaya bahwa Silke sudah mati. Apalagi Paul Neuschäfer, seorang laki-laki yang mempunyai tiga anak dan dua cucu. Salah seorang cucunya sebaya dengan Silke yang tergeletak mati di depannya.
Komisaris itu berdiri dan membersihkan celananya yang terkena kotoran. "Kalian cari terus," katanya kepada kelompok pencari.
Para ahli reskrim mencari jejak sentimeter demi sentimeter. Mereka tidak melupakan sedikit pun dari keliling jenazah. Mereka menemukan tempat di mana anak itu dibunuh sebelum diletakkan di dekat batu-batu semen yang besar. Mereka menandai tempat dengan tanda-tanda hitam berhuruf besar putih.