Intisari Plus - Petualang misterius, Count Ladislaus Almasy, berburu oasis yang hilang di Gurun Pasir Libya. Petualangannya di padang gurun juga sangat membantu di masa perang. Bahkan akhirnya difilmkan.
-------------------------
Di suatu tempat, tersembunyi di Gurun Libya yang tak berujung, tersebutlah sebuah oasis indah yang ditanami pepohonan palma yang tinggi dan rimbun, dengan burung-burung berkicau yang bertengger di dahannya. Di sanalah, di reruntuhan sebuah kota kuno yang berdinding putih, seorang raja dan ratu terbaring dalam tidur yang lelap, dan pada suatu hari mereka terbangun ...
Nama oasis itu adalah Zerzura—Oasis Burung-burung Kecil. Dua pria Inggris dan Hongaria mendiskusikannya suatu hari.
"Kau benar-benar tidak memercayainya bukan?" tanya Dr. Richard Bermann, dengan senyuman girang.
Count Ladislaus Almasy, pria Hongaria itu memicingkan matanya di bawah matahari, dan menggelengkan kepalanya tidak sabar. "Kota kuno itu? Tentu tidak. Kota itu adalah mitologi Arab lama dalam Kitab al Kanuz—The Book of Hidden Treasures. Akan tetapi, orang membicarakan Zerzura selama ratusan tahun, disebutkan sejak abad ke-13. Meski demikian, menurutku semua itu tak masuk akal kecuali bagi Wilkinson."
"Wilkinson?" Dr. Bermann memandang temannya penasaran.
"Sir Gardiner Wilkinson. Dialah pria yang pertama menemukan oasis Dakhla," Almasy menjelaskan. "Penduduk setempat mengatakan padanya tentang tiga oasis ke arah Kufra. Tiga oasis tersebut telah ditemukan. Mereka juga menceritakannya tentang tiga wadi (palung sungai yang kering) lain, di jalan menuju Farafra. Diceritakan terdapat pohon palma, air terjun, reruntuhan seperti yang digambarkan dalam legenda. Zerzura ..." mata Almasy menjadi tercenung ketika ia memandang jauh. "Sekarang, bila penduduk Dakhla benar tentang oasis Kufra, mereka pasti benar tentang Zerzura?"