Intisari Plus - Saat merenovasi sebuah kamar, pekerja menemukan sejumlah perhiasan dan uang. Penemuan itu membawa pada kasus lain yakni penipuan dan pembunuhan.
--------------------
Sebagai pekerja kasar, Fred Jury dan Johnny Tredgett selalu siap melakukan pekerjaan apa pun terutama yang lebih mengandalkan otot daripada otak. Mandor-mandor bangunan setempat tahu kalau mereka rajin dan tahan bekerja di tempat tinggi.
Pada pagi bulan April yang cerah itu kedua orang tersebut tampak bertengger di sisa sebuah dinding bangunan setinggi 20 m di atas trotoar. Mereka sedang meruntuhkan sebuah kamar di puncak semacam menara, di atas bangunan bekas kantor yang terletak di pertemuan Endless Street dan Barton Street.
“Hati-hati, jangan sampai pecah!” kata Fred. “Bagus buat di ruang tamuku tuh.” Johnny menyelipkan ujung beliungnya ke celah di antara dinding dan cermin. Sebongkah plester rontok tapi di baliknya ada dinding bata dan kaca itu menempel erat ke bata.
“Memasang kaca kok begini,” kata Johnny. Ia mencukil lagi dan plester berjatuhan, tetapi cerminnya tetap bergeming. “Kalau tidak bisa dicukil, kita hancurkan saja.”
“Boleh saja. Kalau mau ketiban sial selama tujuh tahun.”
“Ah, itu cuma takhayul,” jawab Johnny meski dalam hati ia gentar juga. Setelah dicukil-cukil, ketahuan cermin itu dipasang pada bingkai baja. Bingkainya ditempelkan pada bata dengan engsel seperti pintu lemari. Kemudian sepotong kayu yang sewarna dengan plester terlepas. Di bawahnya tampak lubang kunci pada bingkai baja. Saat mereka berhasil mengungkit bingkai itu, mandor muncul dari belakang mereka.