Intisari Plus - Seorang pengamen tua mempertunjukkan kemampuannya setiap hari di depan sebuah apotek. Hingga suatu hari, seorang pemain biola tidak sengaja melihat biola Stradivarius-nya itu di apotek. Ia menawarkan harga fantastis untuk biola pengamen tua tersebut.
-------------------------
Di depan Apotek Saint George, London, yang terletak di sebuah jalan kecil di pusat kota itu, ada seorang pengamen. Pada waktu itu boleh hampir dikatakan belum ada musik di radio-radio, sehingga orang akan senang sekali bila ia lewat di jalan itu, karena sambil berjalan mereka dapat menikmati musik.
Demikianlah setiap siang para karyawan kantor, pedagang kelontong, dan wanita singgah di tempat di mana si tua memainkan biolanya. Mereka meletakkan uang sen ke dalam topinya di atas kursi lipat yang ada di sampingnya. Si tua itu dengan ramah menganggukkan kepalanya yang sudah dipenuhi uban dengan rasa terima kasih.
la mengenakan sebuah mantel panjang berwarna hitam dengan dasi yang terikat rapi pada kerah bajunya. Wajahnya yang jenaka selalu tercukur rapi dengan sedikit bedak di sekitar dagunya.
Sedikit pun tidak tampak bahwa ia seorang pengamen miskin, yang mengharapkan sedekah. Seakan-akan ia hanyalah seorang pemain biola yang ingin mempertunjukkan kemampuannya dan ingin sekadar menyemarakkan kota suram yang penuh pabrik itu.
Pemilik Apotek Saint George menikmati lagu-lagu yang dibawakan si tua dengan samar-samar melalui jendela toko. Dalam waktu singkat ia mulai menyukai lagu-lagu itu, bahkan mulai merasa kesepian bila si pengamen kebetulan tidak muncul.
Si pengamen ini merasa gembira dan menyambut dengan tangan terbuka ketika pemilik apotek menyatakan keinginannya untuk berkenalan.