Find Us On Social Media :

Ekor Pembunuhan Nona Kwitang

By Intisari Plus, Jumat, 28 Januari 2022 | 19:55 WIB

Pembunuhan gadis pribumi menguak misteri terbunuhnya seorang gadis indo.

Pada tanggal 12 November Schaafsma tertangkap. Bersama Soeffing ia bersepeda ke Cikini untuk mengambil foto Aisah di tukang potret. Sepedanya bertabrakan dengan sebuah sado, sehingga ia terlempar ke aspal.

Ia tidak menderita cedera apa-apa, tetapi dikerumuni orang banyak. Suatu patroli yang kebetulan lewat mengenali tampang serdadu pelarian ini, sehingga ia langsung ditahan, lalu dibawa ke pos jaga.

Soeffing buru-buru pulang, rupanya melaporkan kejadian itu kepada Aisah, sebab tidak lama kemudian wanita malang itu menghadap komandan jaga untuk minta bertemu dengan Schaafsma. Komandan jaga menolak permintaan itu, sehingga Aisah mencari jalan lewat pintubelakang. Ia berhasil menemui pacarnya sejenak. Schaafsma masih sempat berpesan agar besok pagi pukul 07.00 dijenguk lagi.

Saat itu waktu tahanan diberi kesempatan untuk mandi, ia merencanakan untuk melarikan diri lagi. Tetapi keesokan harinya, pada waktu yang telah dijanjikan, Aisah tidak muncul dan Schaafsma tidak akan melihatnya lagi untuk selamanya.

Sementara itu polisi sudah mencium jejak pelaku pencurian berangkai terhadap toko dan apotek di Jakarta. Petugas polisi dibantu oleh mata-mata mereka sudah sejak lama mengikuti gerak-gerik Brinkman dan Soeffing. Seorang sinder polisi bernama M.A. Souhoka mendapat tugas untuk mengamati Brinkman bersama beberapa orang pembantu.

Ia melihat Brinkman dan Soeffing duduk minum-minum limun di dekat sebuah bioskop di Mester sekitar pukul 19.00 pada tanggal 13 November. Sejam kemudian keduanya pulang ke rumahnya di Salemba Utan.

Mengetahui bahwa kedua oknum itu mempunyai hubungan dengan Aisah, setelah diketahui pembunuhannya, polisi makin memperketat pengawasan atas kedua orang yang dicurigai itu.

Komisaris Roosen mengunjungi Soeffing di Salemba Utan. Dari seorang tetangganya yang bernama J.F. van de Drift, yang juga penghuni kampung itu, Roosen mendapat keterangan bahwa ia pernah melihat asap dari halaman belakang mereka. Kemudian ia melihat ada sisa-sisa kain dan payung terbakar di atas tumpukan sampah.

Pada penggeledahan rumah yang dilakukan polisi berikutnya ditemukan alat-alat pencurian seperti linggis, pahat dll., berikut tiga pasang sepatu karet.

Lebih jauh polisi menemukan sejumlah racun, siankali, prusi atau sulfat tembaga, dan sejumlah bulu bambu di dalam botol. Pada tanggal 5 Desember kedua orang itu dimasukkan ke dalam tahanan di Penjara Glodok.