Find Us On Social Media :

Ekor Pembunuhan Nona Kwitang

By Intisari Plus, Jumat, 28 Januari 2022 | 19:55 WIB

Pembunuhan gadis pribumi menguak misteri terbunuhnya seorang gadis indo.

Van Biemen membelikan berbagai hadiah berupa sehelai selendang merah berkembang-kembang putih, sebuah tas tangan, sepasang sepatu bertumit rendah, sepasang kaus kaki....

Malam sebelum ia dibunuh, malam Sabtu, mereka masih bertemu lagi untuk terakhir kalinya. Aisah mengenakan barang-barang hadiah Van Biemen: selendang, tas, dan sepatu. Mereka makan bersama di sebuah warung, lalu berpisah sekitar pukul 21.30.

Schaafsma, serdadu yang juga menganggap Aisah sebagai kekasihnya, ternyata tidak mungkin melakukan pembunuhan keji itu, karena waktu itu ia sedang dalam tahanan militer. Ia melarikan diri dari dinas tentara (desersi) pada tanggal 27 Oktober dan baru tertangkap kembali pada tanggal 12 November, sehari sebelum terjadi pembunuhan.

Kecuali menerima hukuman untuk desersi, ia telah dijatuhi vonis enam bulan untuk pencurian dengan pembongkaran. Sewaktu dipindahkan ke Cimahi, Schaafsma diberi tahu bahwa Aisah terbunuh.

Schaafsma jelas nampak terpukul dan sangat sedih mendengar kematian Aisah. Akhirnya, ia membuat pengakuan yang mengungkapkan persekongkolan antara dia sendiri dengan dua orang lainnya, yakni seorang Jerman bernama Johann Emil Soeffing dan W.F. Gramser Brinkman.

Yang terakhir ini baru saja beberapa bulan dibebaskan dari tuduhan membunuh Fientje de Feniks. Menurut pengakuan Schaafsma, ia dihubungi oleh Brinkman untuk diajak mencuri bersama dengan Soeffing.

Gramser Brinkman tadinya seorang pegawai yang berkedudukan cukup baik pada gouvernementsbedrijven (perusahaan negara), lagi pula ia berasal dari keluarga baik-baik dan berkecukupan. Sejak perkara Fientje de Feniks ia diberi uang tunggu.

Setelah diberi uang tunggu, kemudian walaupun pengadilan menjatuhkan vonis bebas, ia tetap diberhentikan. Untuk beberapa lama ia pergi ke Purwakarta, kemudian kembali lagi ke Jakarta.

Di dalam tahanan ia berkenalan dengan seorang Jerman bernama Johann Emil Soeffing, yang juga ditahan berhubung tersangkut suatu perkara. Konon dalam tahanan itu mereka mengangkat tali persahabatan yang erat.

Sekembalinya dari Purwakarta, Brinkman mendapatkan Soeffing masih bekerja sebagai tukang bubut pada pabrik candu di Salemba (sekarang kompleks UI) dan tinggal sendirian sebagai bujangan. Akhirnya, Brinkman yang sudah kehabisan uang simpanan tinggal menumpang pada Soeffing.