Dengan perlahan-lahan, dalam bahasa Inggris yang terputus-putus meskipun bisa dimengerti, ia bercerita. "Saya berada di sini untuk memenuhi keinginan istri saya. Istri saya ingin menceritakan sesuatu kepada Anda, tetapi ia tidak mau menceritakannya sendiri. Jadi itu merupakan kewajiban saya."
"Saya mengerti."
"Tiga hari yang lalu Angelina dan saya sedang membaca di ruang duduk. Tiba-tiba ia bangkit dan masuk ke kamar tidur. Setengah jam kemudian, ketika masuk, saya dapati istri saya tergeletak di ranjang dengan mata melotot."
Dr. Frontada berhenti sejenak, membuka kacamatanya, membersihkannya, dan memakainya kembali.
"Apakah Anda percaya pada ilmu gaib,Letnan Cellini?" tanyanya. "Tetapi dengarkanlah dulu, sebelum Anda menyuruh saya ke luar."
"Saya akan mendengarkannya."
"Saya akan langsung pada masalahnya, Letnan. Saya bertanya pada Angelina, apa yang terjadi. Dia menjawab dengan suara yang tidak pemah saya dengar sebelumnya. Suara seorang gadis, yang berpendidikan, tetapi tidak ramah. Apakah Anda mengerti?"
Saya mengangguk.
"Angelina berbicara dalam bahasa Tagalog, bahasa yang kami gunakan di Filipina. Katanya, 'Nama saya Rita Mendiola'."
Saya terkejut. Semua orang Filipina akan mengenalnya dari surat kabar. Wanita itu 'kan korban pembunuhan itu.