Saya menelepon orang tua Rita di Filipina. Mereka kaget dan bingung, sehingga tidak dapat membantu saya. Ayah Rita seorang dokter yang kaya-raya di Cebu.
Kertas di dalam mulut Rita itu ternyata kurang berrnanfaat. Tak seorang pun kenalan Rita tahu seseorang berinisial A.S.itu. Juga tak seorang pun ingat pada suatu tempat atau peristiwa, yang merupakan singkatan A.S. itu.
Saya menelepon rumah sakit tempat Rita bekerja dan meminta kepala personalia untuk memeriksa kartu-kartu pribadi. Di situ ditemukan belasan orang dengan inisial itu. Kami memeriksa semuanya, tapi tak ada hal-hal yang menunjukkan bahwa salah seorang di antaranya patut dicurigai.
Pada pesawat televisi didapati sidik jari, tetapi itu bukan milik salah seorang yang sudah diambil sidik jarinya. Sedangkan pisau yang digunakan untuk membunuh itu milik Rita. Pisau itu pun temyata sudah dibersihkan. Minyak tanah yang digunakan juga berasal dari sebuah jeriken di dapur.
Angelina kesurupan
Peristiwa itu tampaknya akan masuk ke dalam berkas “yang tidak terpecahkan”. Tetapi sebulan kemudian datang Dr. Ernesto Frontada ke kantor saya.
Ia berbicara dengan aksen Filipina yang medok. Doktor itu sangat pendek, meskipun sudah memakai sepatu bersol 8 cm. Ia tidak tampan, berkacamata tebal, dan memakai wig.
Meskipun ia bisa bergerak dan bergaya seperti anak muda, saya yakin umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.
"Saya tidak lama, Letnan. Bagaimanapun Anda tidak akan percaya pada saya."
"Saya akan mendengarkan," kata saya.