Intisari Plus - Saya membalikkan kepala mayat ke arah saya, untuk memeriksa dagunya luka. Di luar dugaan, di dalam mulut korban saya dapati secarik kertas bertuliskan: “Karcis untuk AS.”Tulisan itu dalam bahasa Inggris, tetapi ditulis dengan gaya asing. Kertas itu berasal dari bloknot milik korban.
Mayat wanita cantik bertubuh kecil, berambut hitam itu ditemukan , dengan muka menghadap ke atas. Matanya yang besar seperti menatap langit-langit atau memandang pembunuhnya. Pisau bertangkai kayu tertancap di dadanya.
Pembunuhnya mencabik-cabik pakaian korban dan menuangkan minyak tanah ke benda itu sebelum membakarnya. Benda itu kini sudah menjadi arang di samping mayat, yang diketahui bernama Rita Mendiola, 28 tahun.
Saya mengambil kertas dari mulut korban, menyimpannya di dalam amplop dan memasukkannya ke saku. Sementara mayat itu dilingkari dengan kapur dan difoto, saya memandang ke sekeliling.
Tempat ini khas kediaman seorang wanita. Di dinding tergantung foto-foto keluarga dan foto-foto semasa bersekolah. Di meja tulis terdapat sebuah mesin ketik kecil, kotak surat, dan bloknot. Di situ juga ada sebuah sofa, kursi malas, sebuah kursi besar, dan televisi dengan bagian belakang tidak tersekrup.
Kamar tidur korban tampak rapi. Di lemari tergantung sederet pakaian seragam berwarna putih dengan rapi. Saya tak menemukan bekas-bekas perlawanan. Rumah itu tidak tampak berantakan. Jika perhiasan atau uang yang diambil, setidak-tidaknya terlihat bahwa rumah itu diobrak-abrik.
Saya memandang pesawat televisi yang terbuka itu. Mungkinkah pembunuhnya seorang montir? Korban membiarkan orang itu masuk. Mengapa seorang montir harus menyumpalkan carikan kertas ke dalam mulut korban? Apakah ini untuk membungkamnya atau untuk menyesatkan?
Masih perawan
Dari para tetangga korban, saya memperoleh sedikit informasi. Rita Mendiola berkebangsaan Filipina dan bekerja sebagai ahli terapi pernapasan di rumah sakit kandungan. Ia belum menikah, tetapi sering dikunjungi seorang pria. Rita dikenal tenang, ramah, dan tidak memiliki musuh. Ia mengurus segala keperluannya sendiri.
Keesokan harinya saya memperoleh berita dari dokter pemeriksa mayat. Saya terkejut, karena Rita ternyata masih perawan. Ia bukan hanya tidak diperkosa, tetapi juga belum pernah tidur dengan pria. Jadi bagaimana dengan pria yang sering mengunjunginya dan dibicarakan itu?