Find Us On Social Media :

Almarhum Menuntut Keadilan

By H Ashton-Wolfe, Jumat, 28 Januari 2022 | 19:56 WIB

Sebuah upacara pemanggilan arwah, malah membuat seseorang terbunuh.

Kamar seance terletak di tingkat pertama. Di depan pintu kamar tergantung gorden beludru, hitam dan berat. Demikian pula di depan semua jendela ada gordennya dan dari bahan yang sama. Langit-langit kamar itu tinggi, dicat hitam.

Pada langit-langit itu tertempel bintang-bintang perak dan bulan sabit. Lantai dilapisi permadani tebal sehingga langkah-langkah orang takkan terdengar. Ketika polisi masuk masih tercium wewangian yang khas baunya.

Ketika seance berlangsung, katanya, semua pintu terkunci dari dalam.

Anak kunci diselidiki, ternyata tidak berlubang. Tetapi dari luar, ujung anak kunci itu bisa dicapit dengan ouistiti, sebuah tang spesial yang cocok untuk semua lubang kunci. Sistem peredaman suara di dalam ruangan seance itu demikian sempurnanya, hingga dari dalam tak mungkin orang mendengar suara "klek" kunci yang diputar.Di dalam kamar ada beberapa lampu dinding, di samping lampu gantung di tengah ruangan. Semua lampu ini dapat dinyalakan dengan tombol-tombol pada pintu masuk.

Sepanjang dinding berderet beberapa meja, sedangkan di tengah ruangan ada meja bundar dari kayu mahoni. Di sekitar meja masih ada beberapa kursi yang dua di antaranya terbalik.

Korban menggeletak di lantai, kakinya yang satu tersangkut pada kaki kursi yang didudukinya. Tangkai pisau belati yang menamatkan hidupnya nampak mengkilap di dadanya, tepat di atas jantung. Permadani di bawahnya berlumuran darah.

Korban pembunuhan itu seorang lelaki setengah umur, mukanya bulat gemuk dan berkumis pendek. Rambutnya yang hitam mengkilap dan warna kulitnya yang kelam menimbulkan dugaan bahwa ia orang Eropa Selatan. Sebuah cincin emas mengkilap menghiasi tangannya yang berlumuran darah. Nama orang itu Kurt Janos.

Tak jauh dari tempat korban menggeletak ada kursi bersandaran tangan. Di kursi itu masih nampak tali-temali yang diputus pada beberapa tempat.Inilah tempat duduk Canette, yang sebagai medium biasa diikat erat pada kursinya. Tali-temali diputus untuk melepaskan medium yang ternyata pingsan ketika lampu-lampu dinyalakan kembali.

Bertillon memerintahkan agar anak buahnya bekerja dengan hati-hati. Terutama meja bundar jangan disentuh permukaannya, karena benda ini akan merupakan "buku terbuka" bagi polisi. Sebab dalam séance semua hadirin meletakkan tangannya di atas meja itu. Juga kursi-kursi diperlakukan dengan hati-hati.

Ketika diperiksa ternyata di atas meja bundar itu sidik jari para hadirin nampak jelas. Dua orang yang duduk di kiri-kanan medium hanya meletakkan satu dari kedua tangan mereka di atas meja. Pada semua bekas jari di atas meja itu tidak nampak bekas jari kelingking satu pun.