Intisari Plus - Sir Septimus Shale bukan termasuk orang yang banyak cingcong. Istrinya yang jauh lebih muda itu diberinya kebebasan penuh. Sir Septimus tidak peduli rumahnya yang kuno itu diberi perabot modern, la juga tidak melarang istrinya berteman dengan para seniman dan penyair yang antitata bahasa. Bahkan ia tidak keberatan istrinya berdandan menor.
Namun, setahun sekali, pada saat Natal, istrinya harus menuruti kehendaknya. Sir Septimus bersikeras agar Natal dirayakan secara tradisional. Ia akan membawa keluarganya ke rumahnya yang lain, yang berada di luar kota. Para pelayan diperintahkan menggantungkan daun-daunan dan buah-buahan hiasan Natal di lampu-lampu. Radiator listrik disuruhnya cabut dari perapian, untuk digantikan dengan kayu bakar. Lalu dikumpulkannya keluarganya dan teman-teman untuk dijamu dengan makanan Natal gaya zaman baheula.
Setelah memaksa mereka menelan makanan mode zaman bedil sundut itu, mereka diajaknya main tebak-tebakan, lalu diakhiri dengan main sembunyi-sembunyian di dalam gelap. Karena Sir Septimus kaya-raya, tamu-tamunya menurut saja. Mungkin ada juga yang merasa bosan, tetapi mereka tidak menyatakannya.
Kebiasaan lain yang dilakukan oleh Sir Septimus setiap malam Natal ialah menghadiahkan sebutir mutiara kepada putrinya, Margharita, yang kebetulan berulang tahun tanggal 24 Desember. Walaupun mutiara itu tidak terlalu besar, yaitu cuma lebih besar sedikit dari kacang polong, tetapi kualitasnya tinggi. Tidak heran kalau kalung milik Margharita sampai masuk kolom gosip di koran-koran.
Hai, mana kalungmu?
Malam Natal itu Sir Septimus menyerahkan mutiara yang ke-21 butir. Penyerahan dilakukan dalam pesta yang dimeriahkan dengan dansa dan pelbagai pidato.
Keesokan malamnya, tanggal 25 Desember, ada perjamuan lagi, walaupun tamunya cuma sebelas orang. Mereka itu: John Shale (adik Sir Septimus) dengan istrinya dan anak mereka, Henry dan Betty; Oswald Truegood (tunangan Betty) yang berambisi menjadi anggota parlemen; George Comphrey (kemenakan Lady Shale) yang berumur 30-an; Lavinia Prescott (teman George); Trivett (teman Henry); Richard, dan Beryl Dennison (kerabat jauh Lady Shale) yang hidup berfoya-foya di kota tanpa seorang pun tahu dari mana sumber keuangannya. Masih ada seorang lagi: Lord Peter Wimsey, bujangan putra almarhum Duke of Denver yang kaya-raya. la diundang dengan harapan akan tertarik pada Margharita.
Selain mereka hadir pula sekretaris Sir Septimus, yaitu William Norgate dan sekretaris Lady Shale, Nona Tomkins. Tanpa kehadiran dua orang yang terakhir itu, pesta Natal tidak akan terselenggara dengan lancar.
Sesudah menyantap sop, ikan, kalkun, daging panggang, puding, kue-kue, buah-buahan, dan meneguk lima macam anggur, sebagian orang merasa ingin sekali buru-buru mencium bantal. Margharita yang di lehernya terkalung mutiara pun sudah kelihatan lelah. Tetapi tuan rumah masih ingin mengajak tamu-tamunya mengikuti pelbagai permainan di ruang duduk yang terletak di tingkat kedua. Permainan itu dari tahun ke tahun hampir sama saja.Mula-mula mereka main "berebut kursi", diiringi oleh permainan piano Nona Tomkins. Selesai "berebut kursi", mereka "berburu sandal". Siapa lagi yang kebagian menyediakan sandal untuk disembunyikan lalu dicari-cari kalau bukan Nona Tomkins.
Setelah itu mereka main "DumbCrambo". Dalam permainan ini ada orang yang kebagian pura-pura bisu. la harus "menerjemahkan" sejumlah kata dengan gerakan-gerakan, sementara yang lain mencoba menerka apa yang dimaksudkannya.