Intisari Plus - Pasangan suami istri Waltraut B melaporkan putri mereka yang hilang. Setelah pencarian dilakukan, anak berusia 6 tahun itu ditemukan tewas di dalam karung. Siapa yang tega membunuh anak kecil itu?
---------------
Pada tanggal 29 Oktober 1952, kira-kira pukul 22.00 datanglah Nyonya Waltraut B ditemani oleh suaminya ke kantor polisi di H.N. Mereka melaporkan bahwa anaknya yang berusia 6 tahun bernama Renate telah hilang. Anak perempuan itu pagi-pagi pergi ke sekolah dan meninggalkan sekolah pada pukul 13.00. la masih dilihat oleh penjual ikan di depan rumah orang tuanya pada pukul 14.00. Kira-kira pukul 17.00 Nyonya B kembali dari kota sambil membonceng anak lelakinya yang berusia 2,5 tahun dengan sepeda. Sesudah suaminya kembali dari tempat kerja, mereka mencari Renate di rumah tetangga-tetangga. Tetapi si anak tidak ditemukan.
Mulailah pencarian diadakan. Semua kantor polisi diberitahu lewat telepon. Orang tua si anak diminta pulang.
Pada tanggal 30 Oktober 1952 mobil-mobil polisi yang dilengkapi dengan pengeras suara, berkeliling mengumumkan pencarian Renate serta ciri-ciri anak itu. Pada waktu itu juga beratus-ratus polisi dikerahkan untuk memeriksa daerah sekitar tempat tinggal anak itu.
Pada pukul 17.00 mayat anak tadi ditemukan di dalam karung yang diletakkan tegak pada sebuah pohon. Mayat diikat dengan tali mulai dari leher ke pergelangan tangan, terus ke pergelangan kaki. Di dalam karung, di bawah mayat terdapat tas sekolah dan mantel si anak. Mayat dimasukkan ke karung dengan kaki dulu sehingga kepalanya berada di atas. Kepala ini ditutupi dengan tali-temali putih.
Tempat mayat ditemukan terletak kira-kira 400 meter dari rumah orang tuanya dan hanya dipisahkan oleh sebuah ladang tembakau.
Karung dan pakaian mayat kering meskipun pada tanggal 29 Oktober 1952 turun hujan hingga pukul 23.58. Dapat diambil kesimpulan bahwa mayat diletakkan di tempat tadi sesudah hujan berhenti.
Karena noda-noda pada mayat terlihat jelas di sebelah kiri badan dan tanda-tanda bekas berbaring juga jelas, dapat ditentukan bahwa mayat diletakkan 4 hingga 6 jam di dalam ruangan tertutup sebelum dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan di tempat penemuan.
Anak itu tewas karena dicekik. Tidak ditemukan ciri-ciri perkosaan dan juga tidak ada tanda-tanda bahwa anak itu cedera. Pakaiannya tetap rapi. Tidak didapati bekas-bekas sperma.
Tuduhan pertama dijatuhkan kepada seorang tidak dikenal, yang memakai sepeda bercat biru, yang berada tidak jauh dari tempat penemuan mayat.
Pencarian dengan bantuan media massa berhasil. Lelaki tadi melapor kepada polisi dan menerangkan mengapa ia pada tanggal 29 Oktober 1952 berada di dekat tempat mayat. Katanya sepulang dari tempat kerja ia ingin buang air kecil dan mencari tempat yang cocok. Alibinya tidak dapat digugat dan lelaki itu dibebaskan dari tuduhan.
Waktu guru Renate menanyakan kepada murid-muridnya apakah ada yang melihat Renate. Seorang bocah berumur 6 tahun berkata, “Saya melihat Renate hari ini (30 Oktober 1952), pukul 10 pagi di depan toko makanan dan minuman. Seorang laki-laki bersepeda membawanya pergi.”
Keterangan ini pasti tidak benar, sebab pada waktu itu Renate sudah mati. Bocah yang memberi keterangan memang agak bodoh dan tidak pernah mendapat kesempatan untuk berbicara. Saat itu ia melihat kesempatan untuk menonjolkan diri dan oleh karena itu ia berbohong. Di hadapan ayah ibunya ia mengaku bahwa yang dikatakannya tentang Renate kepada pak guru sama sekali tidak benar.
Sejumlah 248 orang yang pernah dihukum karena memerkosa pun diperiksa, tetapi tidak memberi hasil yang memuaskan.
Nyonya B lalu menuduh ayah Renate yang tinggal di Düsseldorf sebagai orang yang melakukan kejahatan ini. Renate adalah anak di luar pernikahan yang dibawa si ibu ketika ia menikah dengan pria lain. Si ibu mendasarkan tuduhannya pada fakta bahwa ayah Renate hanya membayar 8 mark setiap bulannya untuk hidup Renate dan pembayaran ini tidak diberikan lagi sejak 6 bulan yang lalu.
Ayah Renate didengar keterangannya akan tetapi dapat memberikan alibi yang tidak dapat disangsikan. Pada waktu didengar keterangannya ini, ia menceritakan kepada polisi bahwa ia pernah meminta kepada Nyonya B agar Renate dijaga lebih baik, jangan sampai masuk ke rawa. Tetapi Nyonya B malah menjawab, “Dengan demikian si keparat itu akan lenyap.”
Sebelum itu, polisi mencari keterangan tentang ayah Renate yang sebenarnya di jawatan anak-anak yatim piatu. Seorang pegawai mengatakan bahwa Nyonya B yang sering muncul pada saat pembayaran tunjangan pemeliharaan anak. Ia pernah berkata begini, “Jika uang itu tidak segera datang, akan terjadi musibah. Saya ‘kan tidak dapat selalu meminta agar suami saya memelihara anak yang bukan anaknya.”
Kemudian di dalam kompleks tempat mereka tinggal, tidak habis-habisnya dipergunjingkan orang bahwa Nyonya B pembunuh anaknya.
Sehelai rambut pada tali yang dipakai mengikat karung dikenal kembali sebagai rambut dari kepala Renate. Asalnya karung dapat diperiksa melalui pembuat dan penjual karung. Diketahui bahwa karung semacam itu biasa dipakai untuk sayur-sayuran dan kentang di toko sayur-mayur teman Nyonya B. Karung-karung seperti itu masih banyak didapati di teman Nyonya B meskipun ia sudah tidak menjual sayur-mayur lagi. Pemilik bekas toko sayur-mayur menerangkan bahwa ia pernah memberikan enam karung seperti itu kepada Nyonya B. Nyonya B menyatakan bahwa karung-karung tersebut sudah membusuk dan tidak ada lagi padanya. Kecurigaan terhadap teman Nyonya B tidak dapat dipertahankan karena ia mempunyai alibi yang tidak dapat disangsikan serta pada waktu itu tidak berada di H.N.
Kini kecurigaan jatuh pada tunangan pemilik toko sayur-mayur. Wanita ini mempunyai anak lelaki di luar pernikahan, berumur 7 tahun. Si tunangan ini dahulu pacar si B (suami Nyonya B). Akan tetapi karena soal anak-anak, pertunangan dibatalkan.
Anak tunangan pemilik toko serta anak Nyonya B pernah ditemukan di dalam gua sedang bermain suami istri. Kedua ibu saling menuduh bahwa anak yang lain yang bersalah.
Waktu petugas membaca kembali laporan tentang anak hilang, maka ia menemukan bagian yang menyatakan bahwa ada dua petugas polisi yang datang ke rumah keluarga B tengah malam untuk menanyakan apakah Renate sudah pulang. Pada waktu itu B dan istrinya sudah tidur nyenyak.
Pemijat di rumah sakit universitas yang setiap hari memijat Nyonya B menerangkan kepada polisi bahwa Nyonya B mempunyai reaksi aneh terhadap kematian anaknya. Kata Nyonya B, “Karena kesempatan ini, saya akhirnya dapat membeli mantel dan topi baru untuk penguburan.”
Nyonya B juga pernah mengatakan bahwa Renate itu anak yang sukar dididik dan bersedia mengikuti setiap orang. Nyonya B sama sekali tidak menunjukkan kesedihan ketika anaknya hilang.
Beberapa tetangga melukiskan kejanggalan kelakuan Nyonya B. Misalnya sesaat sesudah mayat anaknya ditemukan, semua orang khawatir memikirkan kemungkinan hal yang sama menimpa pula anak-anak mereka. Tetapi Nyonya B enak-enak saja datang dari toko makanan sambil memakan cokelat. Pergunjingan ini menyebabkan Nyonya B diamat-amati. Meskipun telah berlaku cermat, para petugas tidak berhasil memergoki hal-hal yang bisa membuktikan kesalahan Nyonya B walaupun tuduhan terhadapnya makin lama makin kuat.
Nyonya B mengaku bahwa yang diceritakan si pemijat benar. la juga tidak mungkir bahwa ia makan di jalan meskipun anaknya baru saja ditemukan mati. Ia hanya membantah makan cokelat, ia makan kue cokelat, katanya. Waktu dikatakan bahwa itu bukan kelakuan yang pantas bagi seorang ibu, ia hanya menjawab, “Apakah saya harus menangis? ‘Kan kenyataan tidak bisa diubah lagi.”
Waktu didengar keterangannya, Nyonya B diberi peringatan agar tidak menyimpang dari peristiwa yang terjadi, soalnya ia memberi keterangan tentang dirinya sendiri sampai ke hal yang sekecil-kecilnya, yang sama sekali tidak diminta petugas. Antara lain ia menceritakan bahwa ia masih berhubungan dengan ayah Renate dan bahwa kesempatan berdansa dengan pria lain sering diteruskannya dengan hubungan-hubungan intim.
Suaminya konon sama sekali tidak keberatan jika ia berhubungan seksual di luar perkawinan asal saja ia memakai alat pencegah kehamilan.
Waktu petugas menyatakan bahwa ia tidak mau mendengarkan keterangan-keterangan yang tidak senonoh itu, Nyonya B malah menjawab enak, “Jika memberi keterangan kepada polisi katanya tidak boleh berbohong, jadi saya ceritakan semua.”
Tuduhan-tuduhan tidak dibantahnya satu pun juga sehingga para petugas makin yakin bahwa ia telah membunuh anaknya sendiri.
Tidak lama kemudian datanglah surat kaleng kepada petugas polisi yang berisi pengakuan pembunuhan terhadap Renate B. Si pelaku mengatakan dalam surat itu bahwa ia tidak mungkin melepaskan hawa nafsunya dengan jalan biasa karena ia tidak mempunyai uang oleh karena itu ia melakukannya kepada anak-anak.
Si pelaku juga menuduh beberapa orang-orang penting yang tidak butuh melakukan hal seperti itu dan masih mengancam akan melakukan pembunuhan lagi. Di dalam surat itu juga dibicarakan detail-detail yang hanya diketahui oleh petugas polisi. Beberapa perkataan mirip dengan pernyataan khas Nyonya B. Namun perbandingan tulisan di surat kaleng dengan tulisan Nyonya B tidak menunjukkan persamaan. Mungkin saja ia menyuruh orang lain menulis surat itu. Menurut surat, si pelaku sudah melarikan diri ke Republik Demokrasi Jerman.
Karena semua kecurigaan dan tuduhan tidak cukup untuk menahan Nyonya B, maka polisi harus mencari bukti-bukti yang objektif. Tetapi itu sama sekali tidak mudah karena kejadian sudah berlalu beberapa minggu. Selain itu, Nyonya B mempunyai banyak kesempatan untuk menghilangkan semua jejak.
Kini para petugas mulai dari fakta bahwa karung berisi mayat baru setelah pukul 23.58 dibawa ke tempat ditemukannya. Tempat ini hanya terpisah oleh sebuah ladang tembakau kira-kira 400 m dari rumah keluarga B. Jarak ini dengan sepeda dapat dijangkau dalam waktu 1 menit. Orang yang membawa mayat ke tempat itu tidak usah takut-takut terlihat meskipun ada orang lain yang lewat di jalan itu. Pasalnya, ia masih akan sempat menyembunyikan diri di antara tanaman tembakau yang setinggi orang. Jika Nyonya B membawa mayat itu dari rumahnya ke tempat itu, maka inilah jalan satu-satunya yang aman. Jika ia mengambil jalan lain, ia harus melewati rumah-rumah yang ada penghuninya.
Para petugas mengambil tanah sedikit dari kandang ayam Nyonya B dan mengirimkannya ke laboratorium.
8 minggu kemudian datanglah keterangan laboratorium. Contoh tanah itu sama dengan tanah yang ada di dalam karung tempat mayat. Debu dari karung pun disertakan dalam bentuk foto yang dibesarkan 400 kali.
Tetapi jaksa masih saja tidak mau mengeluarkan surat penahanan. Katanya mungkin saja persamaan itu hanya kebetulan karena tanah di sekeliling tempat itu semuanya sama.
Kini diambil sebelas contoh tanah dari kandang ayam di sekeliling tempat penemuan mayat dan di dekat kandang ayam keluarga B, lalu dikirimkan ke laboratorium.
Ternyata bahwa setiap contoh tanah tidak ada yang sama dengan debu karung mayat. Hanya contoh tanah dari dekat kandang ayam Nyonya B yang agak sama.
Di dalam laporan polisi akhirnya dapat ditemukan 140 hal yang bisa menunjukkan bahwa Nyonya B itu pelakunya. Meskipun demikian masih saja tidak dikeluarkan surat penahanan.
“Bawalah saja pengakuan Nyonya B dan saya akan mengeluarkan surat penahanan,” kata jaksa.
Meskipun dicoba oleh beberapa petugas, Nyonya B tidak mau mengaku. Semua bukti dan tuduhan ditangkisnya dengan perkataan, “Kebetulan saja. Saya tidak bersalah!”
Kepada para tetangga Nyonya B menyatakan bahwa celana dalam Renate ditemukan darah. Polisi bertanya betulkah ia berkata demikian dan mengapa hal itu dikatakannya meskipun ia tahu tidak benar.
“Saya hanya mengatakan begitu saja,” jawabnya.
Biasanya setiap malam Nyonya B memanggil-manggil anaknya jika anaknya itu tidak ada di rumah. Panggilannya selalu sangat keras sehingga didengar tetangga. Pada waktu Renate hilang ia tidak berbuat demikian dan mengaku memang tidak memanggil-manggil. Ia tidak dapat memberikan alasannya.
Berdasarkan penyelidikan polisi kriminal, Renate masih dilihat orang di dekat rumah pada pukul 15.30. Menurut keterangan dokter, anak itu meninggal antara pukul 17 dan 20.
Kematian anaknya sama sekali tidak memengaruhi perasaan Nyonya B. Ia malah senang bisa menghadiri pemakaman karena ada alasan untuk membeli mantel dan topi baru. Dan pada kesempatan itu, ia mungkin dapat berjumpa dengan seorang pacar lama.
Kehidupannya yang tidak mengenal moral masih saja dilanjutkan. Dengan beberapa teman, suami istri B ini bertukar pasangan.
Si penulis surat tidak dapat ditemukan, walaupun tulisan dari orang-orang yang dicurigai yaitu teman-teman dan sanak saudara Nyonya B diperiksa.
Petugas polisi kriminal sudah tidak meragukan lagi bahwa Nyonya B telah membunuh anaknya. Meskipun demikian kejahatan itu tidak dapat dihukum karena tidak pernah dikeluarkan surat penahanan. Sementara dilakukan penelitian, banyak hal yang tidak diperiksa lebih lanjut atau baru dikerjakan sangat terlambat, sebab tuduhan terhadap ibu si anak baru dilakukan beberapa lama kemudian.
Tanah di tempat mayat ditemukan demikian banyak terinjak-injak sehingga tidak dapat dilakukan penemuan jejak dan anjing polisi pun tidak dapat mencium apa-apa. Ladang dekat tempat penemuan pun diinjak-injak sehingga rata seperti lapangan tenis. Para petugas polisi kriminal tidak dapat melakukan apa-apa terhadap mereka yang telah “menghilangkan jejak” karena mereka ini sebagian besar terdiri dari pejabat tinggi.
(Herbert Kosyra)
Baca Juga: Huruf V yang Misterius
" ["url"]=> string(77) "https://plus.intisari.grid.id/read/553760931/renate-ditemukan-di-dalam-karung" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1685097010000) } } }