Intisari Plus - Prosper bekerja sebagai kasir di kantor pengacara. Saat melakukan pengecekan rutin terhadap pengeluaran karyawan, ia menemukan kejanggalan. Manifold yang dijuluki Pangeran Andrew ternyata kerap melakukan penipuan pengeluaran.
----------
Di Kantor Pengacara Maybury dan Goodnight, orang yang paling dulu pulang biasanya Pak Goodnight. Maklum, ia main golf kalau musim panas dan rapat di perkumpulan-perkumpulan yang diminatinya kalau musim dingin.
Begitu ia meninggalkan kantor, para sekretaris, yaitu Sal dan Beth, bebenah. Pukul 17.15 keduanya menghilang. Mereka disusul atau kadang-kadang malah didahului oleh karyawan pria yang bernama Manifold. Lewat pukul 17.30 dua karyawan lain, Prince dan Dallow, meninggalkan kantor. Walaupun pergi hampir berbarengan, mereka tidak pulang bersama-sama, sebab sudah dua tahun ini keduanya tidak saling menegur.
Yang tinggal cuma dua orang yaitu Sersan Pike, bekas anggota marinir yang bertugas mengunci kantor, dan Prosper, kasir.
Gila angka
Sambil bergegas di trotoar, Sal dan Beth bisa melihat ke basement tempat Prosper bekerja. Biasanya mereka bergurau tentang kasir bujangan yang sudah lanjut usia itu, yang tinggal sendirian saja di sebuah flat di London Utara.
“Tidaklah heran kalau dia betah di kantor. Pulang juga percuma. Mau apa dia di rumahnya?” kata Sal.
“Pukul berapa sih dia pulang?” tanya Beth. “Pernah aku ketinggalan sesuatu sehingga harus kembali ke kantor. Waktu itu sudah lewat pukul 19.00. Eh, dia masih ada di sana.”
“Barangkali dia menginap di situ,” kata Sal. Mereka tertawa-tawa.
“Kasihan,” kata Beth yang berhati lebih lembut. “Tidak enak hidup seperti dia, ya? Kerjanya sepanjang hari menghitung uang melulu.”
“Siapa suruh dia menjadi kasir,” jawab Sal yang sinis. “Kalau dia sengsara, ya, salah sendiri.”
Kedua gadis itu keliru. Prosper tidak sengsara. la malah bahagia. la mendapat pekerjaan yang cocok betul baginya dan ia tidak sudi menukarnya dengan pekerjaan lain. Sejak kanak-kanak ia tergila-gila pada angka. Ia sudah bisa menambah dan mengurangi sebelum bisa membaca. Ia senang mengatur angka dalam kolom-kolom yang rapi, mengoreksi dan membandingkannya.
Kalau saja ia senang teori, ia bisa menjadi akuntan. Pernah ia bercita-cita demikian. Cuma saja, akuntan perlu menekuni perpajakan dan hukum segala. Pekerjaan sebagai pemegang buku dan kasirlah yang membuatnya bahagia.
Ia mulai bekerja di Kantor Pengacara Maybury dan Goodnight sejak 35 tahun yang lalu. Saat itu Alfred Maybury masih hidup dan Richard Goodnight masih muda. Prosper mengawasi harta mereka sejak awal, yaitu sejak perusahaan masih belum mapan. Masa itu gaji karyawan pun kadang-kadang tidak tahu harus dibayar dengan uang dari mana. Rezeki datang ketika Sam Collard menjadi klien mereka. Sam kini menjadi raja pertokoan dan perkantoran, tetapi ketika ia mulai menjadi klien, ia baru saja meniti anak tangga terbawah dari kariernya.
Sam Collard merasa berutang budi kepada Richard Goodnight yang pernah menolongnya pada saat ia masih belum makmur, sehingga hubungan dengan Kantor Pengacara Maybury dan Goodnight tidak pernah diputuskan, walaupun mereka sudah memakai kantor pengacara besar yang ternama. Kontrak-kontrak, penagihan utang dsb. masih tetap mengalir ke Kantor Pengacara Maybury dan Goodnight.
Hal itu sering mengkhawatirkan Prosper. Pernah ia berkata kepada Sersan Pike, orang satu-satunya yang ia percayai dalam hal begini, “Kita ini perusahaan satu orang yang mempunyai klien satu orang juga.”
“Kau, aku dan Goodnight sih tidak perlu khawatir. Umur kita ‘kan sudah sama-sama tua. Kalau ada apa-apa pun kita tidak akan mengalaminya.”
“Manifold ‘kan bakal jadi pengganti Goodnight.”
“Ah, anak itu sih lagaknya saja yang banyak.”
Manifold yang keluaran sekolah ternama dan pakaiannya buatan penjahit mahal itu memang sok.
“Sebetulnya dia lebih cocok bekerja di perusahaan pengacara besar, bukan di sini,” kata Pike.
Keponakan orang kuat
Kantor pengacara yang cuma kecil saja itu sebetulnya menguntungkan bagi Prosper. Coba kalau perusahaan itu menjadi besar, ia harus mempunyai beberapa asisten. Ia terpaksa harus mendelegasikan tugasnya, padahal ia jenis orang yang lebih suka mengerjakan apa-apa sendiri.
Setahun sekali, seorang akuntan dipanggil untuk memeriksa buku-buku Prosper, demi mematuhi hukum yang berlaku. Sang akuntan selalu senang hati memeriksa buku-buku yang rapi dan teratur itu. “Kalau saja semua orang seperti Anda,” kata akuntan itu.
Saat yang paling menyenangkan bagi Prosper ialah sore hari, setelah rekan-rekan sekerjanya pulang. Saat itu berkas-berkas yang ia kerjakan sudah disimpan rapi di tempat masing-masing. Sambil mengerjakan perhitungan-perhitungan terakhir, pikirannya melayang ke mana-mana, ke rekan-rekan dan kenalan-kenalannya. Ia menghitung-hitung prestasi mereka, keberhasilan mereka, kegagalan mereka, seperti menghitung debit dan kredit.
Kita lihat saja neraca yang dibuatnya tentang bos dan rekan-rekannya.
Richard Goodnight, sejak kematian Maybury, merupakan bos satu-satunya di perusahaan ini. Enam bulan terakhir ini ia rata-rata datang pada, pukul 10.27 dan pulang pukul 16.59. Kalau dikurangi makan siang selama rata-rata 1 jam 52 menit sehari berarti setiap hari ia cuma bekerja 4 jam 40 menit. Selama jangka waktu itu ia hanya bertemu dengan beberapa klien lama dan mendiktekan beberapa surat. Tidak banyak.
Namun, kredit harus diberikan juga kepada Goodnight. Betapapun ia pendiri perusahaan ini. Ia ikut berjuang dengan Maybury untuk membangun kantor pengacara ini dan lewat Goodnightlah, Sam Collard menjadi klien mereka.
Jadi, neraca bagi Goodnight boleh dikatakan seimbang.
Sersan Pike mendapat penilaian bagus dari Prosper. Lain dengan Manifold. Ia mendapat tempat di perusahaan ini gara-gara ia kemenakan Sam Collard, padahal banyak orang muda lain yang lebih mampu dari Manifold yang datang melamar.
Manifold melakukan pekerjaan-pekerjaan yang paling sederhana, itu pun sering salah sehingga para sekretaris suka menertawakannya. Ia lebih banyak melewatkan waktu di lapangan squash daripada di pengadilan, tapi ia dibayar lebih tinggi daripada Sersan Pike, dan gajinya hampir sama dengan Prosper. Lagaknya sudah seperti calon pemimpin kantor pengacara itu saja.
Ditraktir ‘Pangeran Andrew’
Sore itu Prosper harus mengecek pengeluaran setiap karyawan. Setiap karyawan mencatat pengeluaran mereka masing-masing, umpamanya saja ongkos kendaraan ketika ditugaskan ke suatu tempat dsb. Ongkos itu harus mereka keluarkan dari saku sendiri, tetapi pada setiap akhir minggu diganti oleh perusahaan.
Buku catatan pengeluaran yang ada di hadapan Prosper milik Manifold. Pada tanggal 20 September tercatat sebagai berikut: Collard. Pembelian toko Jl. Holloway no. 220. Taksi 3,80 ponsterling.
Prosper bangun perlahan-lahan. Kakinya yang sudah tua itu kaku. Ia berjalan ke tempat Manifold bekerja. Ruang itu acak-acakan. Kertas tersebar di mana-mana. Prosper yang terbiasa rapi, merasa tidak betah. Ia perlu waktu cukup lama untuk mencari berkas yang diperlukannya, yang akhirnya ditemukan di dasar salah sebuah laci. Ia duduk memeriksa. Dalam catatan itu ditulis bahwa pengacara yang bertindak mewakili penjual toko itu adalah Blumfeldts. Pembelian dilaksanakan di kantor mereka di ujung Holborn. Tempat itu jaraknya cuma sepuluh menit berjalan kaki atau lima menit dengan bus.
Prosper tiba-tiba teringat pada percakapan antara Sal dan Beth beberapa waktu yang lalu. Ketika itu Sal berkata, “Eh, masa aku pulang satu bus dengan ‘Pangeran Andrew’ hari Kamis lalu dan ia membayarkan karcis busku.”
Hari Kamis lalu adalah tanggal 20 September dan ‘Pangeran Andrew’ adalah sebutan bagi Manifold. Mungkin saja pertemuan dengan Sal di atas bus itu tidak ada sangkut pautnya dengan pembelian toko di Jl. Holloway no. 220, tapi ongkos taksi sebesar 3,80 ponsterling sungguh keterlaluan.
Collard selalu menjual dan membeli toko-toko kecil dan juga perkantoran. Mereka meminta bantuan Kantor Pengacara Maybury dan Goodnight. Biasanya Dallow yang akan datang mewakili Collard. Kalau sudah beres dan tinggal pekerjaan rutin untuk membenahi urusan-urusan terakhir, mengambil akte dsb., barulah Manifold dikirim.
Prosper mengambil belasan berkas lain berkenaan dengan transaksi serupa dari lemari Manifold dan berniat membawa ke mejanya untuk diperiksa. Di lorong ia bertemu Sersan Pike. Melihat Prosper terengah-engah, Pike menawarkan diri untuk membawakan. Prosper kesal juga karena ia gampang sesak napas dan terengah-engah akhir-akhir ini.
Di ruang kerjanya sendiri, Prosper membeberkan berkas-berkas itu. Lalu dibaca dan diakurkannya dengan buku pengeluaran buatan Manifold. Kalau tadi ia cuma curiga, kini tampak jelas kecurangan Manifold. Ia mengeklaim ongkos-ongkos yang sebetulnya tidak dikeluarkan.
Pada saat Prosper sedang asyik, Pike berkata bahwa ia akan pulang. Pintu depan ia biarkan dalam keadaan tidak terkunci. Kalau nanti Prosper pulang, pintu itu tinggal digabrukkan saja dan akan terkunci sendiri.
“Si anak emas main gila lagi?” tanya Pike.
“Ya, saya yakin,” jawab Prosper.
Prosper adalah orang yang teliti, yang ingin yakin terlebih dahulu dan mendapat bukti-bukti yang tidak bisa disangkal sebelum menuduh.
Keesokan paginya ia meminjam buku catatan pengeluaran Sal.
“Kau lupa menagih ongkos perjalanan tanggal 20 September. Lihat, ini cuma ada ongkos untuk satu kali perjalanan ke Bank of England. Ongkos pulangnya tidak kau tagih,” katanya kepada gadis itu. “Atau kau berjalan kaki waktu pulang dari sana?”
Sal bepikir-pikir. “Tidak, saya tidak lupa menagih. Kamis sore itu saya dibayari Manifold. Dia naik di St. Paul. Kebetulan saya berada di bus yang sama.”
“Oh,” jawab Prosper. Ia mengembalikan buku Sal. Hari Kamis itu dilakukan pertemuan terakhir di Holloway no. 220. Pertemuan dilakukan di Kantor Pengacara Blumfeldt yang letaknya dekat St. Paul
.
Penipuan sistematis
Kini Prosper menemui Dallow. Pria andalan kantor pengacara itu berwajah serius seperti petugas permakaman.
“Saya memeriksa buku pengeluaran karyawan dan merasa bingung dengan ongkos-ongkos ini,” kata Prosper.
“Biasanya Manifold yang saya serahi pekerjaan itu,” jawab Dallow. la menjelaskan, penyelidikan di County Borough cuma perlu dilakukan sekali saja.
“Oh, ya?” kata Prosper. Tadinya ia ragu-ragu untuk memperlihatkan buku Manifold, tetapi mengingat Dallow orang yang bisa dipercaya, ia sodorkan juga catatan Manifold. Melihat begitu banyak ongkos penyelidikan yang jumlahnya tidak cocok dengan pembelian dan penjualan yang mereka tangani, Dallow mengeluarkan suara “ck, ck, ck” berulang-ulang.
“Bohong ini!” katanya. Bayangkan, ada beberapa penyelidikan yang harus dilakukan sampai enam kali segala, padahal satu kali sudah cukup.
“Anak itu main-main rupanya.”
“Ini sih, bukan main-main,” jawab Prosper dengan dingin. Semua kecurangan itu dilakukan pada transaksi-transaksi Collard, yang penagihannya tidak dilakukan satu demi satu, tetapi sekaligus tiap tiga bulan. “Sudah saya katakan kepada Pak Goodnight, cara ini berbahaya sebab gampang salah.”
“Seperti sekarang.”
“Sekarang sih bukan salah, tetapi penipuan sistematis, Dallow.”
“Kita harus memberi tahu Pak Goodnight.”
“Saya lebih suka kalau Anda tidak memberi tahu dulu. Saya ingin berbicara langsung dulu dengan Manifold. Mungkin ia bisa menjelaskan.”
Ketika istirahat makan siang, Prosper meninggalkan catatan di meja Manifold:
Saya ingin berbicara urusan buku catatan pengeluaran. Bagaimana kalau pukul 17.30 sebentar sore? J.P.
Tebal muka
Sore itu, ketika orang-orang sudah pulang, Manifold menghampiri Prosper. “Ada apa sih? Jangan lama-lama, ya? Saya sudah memesan lapangan squash untuk pukul 18.00,” kata pemuda itu.
Sambil berkata demikian, ditunjukkannya gagang raket yang muncul dari tasnya. Ia sama sekali tidak tampak gentar.
“Lama tidaknya tergantung dari kau,” kata Prosper yang menghadapi buku catatan pengeluaran Manning. Di belasan tempat ia memberi tanda dengan potongan-potongan kertas.
“Saya ingin penjelasanmu, kalau memang ada penjelasan, perihal sejumlah uang yang kau tagih.”
“Mau penjelasan apa? Itu ‘kan pengeluaran saya. Ongkos dll.”
“Uang itu benar-benar kau keluarkan?”
Manifold memandang sebentar lalu tertawa terbahak-bahak. Ia mengambil bukunya, lalu memeriksa bagian-bagian yang diberi tanda oleh Prosper. “Boleh juga kerja Anda sebagai detektif-detektifan. Tapi masih ada yang luput. Ini nih, yang 4,20 ponsterling. Ini juga beberapa ongkos taksi.”
Prosper hampir tidak bisa berbicara karena tidak menyangka akan mendapat reaksi kurang ajar seperti itu. Akhirnya, bisa juga ia mengeluarkan suara. “Berarti Anda mengakuinya?”
“Tentu saja, semua orang juga melakukannya.”
“Maaf, tidak semua orang melakukannya. Tidak di perusahaan yang tahu prikepantasan, jujur dan tua seperti ini.”
“Tua sih memang benar. Tapi sekarang ‘kan kita perlu menyesuaikan diri dengan abad ke-20.”
Prosper memilih kata-katanya dengan cermat, lalu jawabnya, “Abad ke-19, 20 maupun 21, tak ada bedanya. Kejujuran tetap kejujuran, dan ketidakjujuran adalah ketidakjujuran.”
“Kenyataan adalah kenyataan,” kata Manifold seraya duduk di salah sebuah sudut meja. Tampaknya ia sudah lupa bahwa tadi ia menyatakan perlu cepat-cepat ke lapangan squash.
“Tahukah Anda apa pengaruh transaksi ini terhadap klien?” tanya Manifold sambil menepuk bukunya.
“Pengaruhnya? Kalau ia tahu, ia merasa ditipu.”
“Anda tetap belum bisa memandangnya secara realistis. Kalau saya mengambil seratus ponsterling dengan cara ini, Collard Company akan ditagih seratus pon juga ‘kan?”
Prosper merasa tak perlu menjawab.
“Itu pengeluaran bagi mereka dan akan meringankan pajak perusahaan yang besarnya 52%. Tahukah Anda, bahwa menurut Paman Sam, dari 100 pon yang diperolehnya cuma 10 pon saja yang benar-benar menjadi miliknya. Selebihnya, ditelan pajak.”
Prosper diam saja.
“Coba Anda pikir. Kalau saya minta 100 pon kepada Paman Sam, yang pasti, dengan senang hati ia kabulkan - ia harus menyerahkan 1.000 pon untuk memperolehnya. Tapi kalau saya mendapatkannya dengan cara begini, ia cuma akan kehilangan 10 pon. Sembilan puluh pon lagi dibayar oleh menteri keuangan.”
Wajah Prosper pucat. Bibirnya terkatup erat-erat. “Penipuan tetap penipuan,” katanya. “Betapapun juga bagusnya ia dibungkus.”
Makin brutal
Manifold bangkit.
Pada saat itu Prosper sadar bahwa Manifold itu tegap dan atletis, dua kali lebih besar dan lebih kuat dari dirinya. Padahal, mereka mungkin cuma berdua saja di gedung itu. Sersan Pike kadang-kadang pulang lebih dulu. Namun, Prosper sama sekali tidak berniat mundur. Ia menunggu jawaban Manifold yang tiba dengan nada mengancam.
“Jadi mau apa?”
“Saya yakin Goodnight tidak akan melacak hal ini,” kata Manifold.
“Tapi, dia tidak bisa berbuat lain,” jawab Prosper dengan marah.
“Ada dua alasan yang menyebabkan dia tidak akan melakukannya. Pertama, jika ia berbuat demikian, ia akan kehilangan pekerjaan dari Collard. Saya jamin deh!”
Prosper menatap Manifold dengan muak.
“Kedua, jika Goodnight mencari gara-gara, ia bakal menemui senjata makan tuan. Anda tahu mengapa Anda tidak diminta mengurusi pajak pribadinya? Mengapa ia menanganinya sendiri? Mana mungkin ia bisa hidup seperti ini kalau tidak menggelapkan pajak? Bayangkan, rumah dua, istri senang kemewahan, ia bisa berolahraga menembak dan memancing.”
Saat itu Prosper betul-betul shock dan hampir tidak bisa berkata apa-apa. Kalau saja Manifold berhenti berbicara, pasti tidak terjadi apa-apa. Tapi pemuda itu melanjutkan.
“Sudahlah, Pak Tua. Jangan goblok. Lupakan saja semua.”
Prosper menarik napas panjang dan menjawab, “Tidak.”
“Anda bersikeras mau mencari gara-gara?” tanya Manifold dengan bibir kejam. “Anda akan kehilangan pekerjaan, dan juga orang-orang lain di sini, termasuk orang yang membayar gaji beliau.”
“Aku tidak bisa diperas. Aku tidak sudi diperalat penipu.”
Manifold makin brutal. “Orang lain sih bisa menemukan pekerjaan lagi. Para juru ketik itu, Sersan Pike dan lainnya. Tapi aku yakin, kau tak bakal bisa menemukan pekerjaan.”
“Kekurangajaran tidak akan menolongmu.”
“Kau bukan cuma goblok. Kau kuno, ketinggalan zaman, tahu? Orang macam kau sudah tidak dibutuhkan lagi.”
Prosper naik pitam. Begitu marahnya dia sampai rasa takut terusir dari hatinya.
“Pekerjaanmu itu, menghitung pakai jari, bisa dilakukan oleh setiap murid sekolah yang drop out asal punya kalkulator saku. Kau bukan cuma ketinggalan zaman, tapi kau sudah usang, tak terpakai.”
Kalap
Prosper bangkit. Jari-jemarinya menyambar penggaris bulat berat dari mejanya. la melangkah dua tindak ke arah Manifold yang tercengang, lalu menggebuk kepala pemuda itu. Namun, Manifold tidak mendapat kesulitan untuk mengelak. Reaksinya dua kali lebih cepat dari si kakek. Manifold melompat ke belakang. Prosper memukul angin, terhuyung kehilangan keseimbangan dan terjerembab. Kepalanya menghantam tepi mejanya. Pada saat itu penggarisnya terlempar mengenai tulang kering Manifold.
Manifold tergelak-gelak. Dipungutnya penggaris itu seraya berkata, “Hati-hati tua bangka. Kau bisa melukai seseorang.”
Setelah itu Manifold heran juga melihat cara Prosper tergeletak. la berlutut di sebelah kasir tua itu. “Ayo bangun!” katanya. Tapi kasir itu diam saja dan lengannya yang dipegang Manifold terasa sangat tak bertenaga.
Bunyi gemerisik membuat ia terperanjat. Ia menoleh dan melihat Sersan Pike berdiri di ambang pintu. “Lebih baik panggil dokter, Sersan. Pak Prosper terjatuh.”
Sersan Pike mendekati, mendorong Manifold sehingga tersingkir dari sisi Prosper, lalu berlutut. Ia baru bangkit setelah cukup lama. Pensiunan marinir itu mengunci pintu dan mengantungi kuncinya. Lalu diangkatnya telepon.
“Mau apa Anda?”
“Memanggil polisi.”
Paling enak
Di pengadilan Dallow menyatakan bahwa almarhum Prosper sedang berniat membuka serentetan penipuan sistematis yang dilakukan oleh terdakwa.
Sersan Pike menjelaskan bahwa ia mendengar bunyi benda berat jatuh, jadi ia masuk ke ruang kerja almarhum. Dilihatnya terdakwa memegang penggaris kayu bulat yang besar. Benda itu ia letakkan di Iantai ketika melihat Sersan Pike.
Menurut ahli dari laboratorium forensik, sidik jari terdakwa didapati di penggaris itu. Yang merupakan kejutan adalah keterangan patolog departemen dalam negeri, dr. Summerson, yang melakukan autopsi terhadap jenazah almarhum. Meskipun pukulan dengan senjata seperti itu bisa membantu terjadinya kematian, tapi tidak akan membunuh orang yang kesehatannya normal. Prosper tampaknya menderita degenerasi jantung yang sudah lanjut, mungkin akibat pekerjaannya yang duduk terus-menerus.
Pengadilan menyatakan Manifold terbukti memukul kepala Prosper. Namun, keterangan Summerson menyebabkan hukumannya ringan saja, lima tahun penjara.
Manifold bukan satu-satunya orang yang menderita akibat kematian Prosper. Sam Collard tidak memberi pekerjaan lagi pada perusahaan Maybury dan Goodnight, sehingga Goodnight memutuskan untuk pensiun saja. Sam tidak menduga tindakannya ini mengundang inspeksi pajak. la dituduh melakukan penggelapan pajak dan terancam membayar denda yang sangat menyurutkan hartanya atau bahkan diancam hukuman penjara.
“Kalau dipikir-pikir, satu-satunya orang yang paling tidak menderita hanyalah Prosper,” kata penuntut junior kepada penuntut senior. “Ia tewas seketika. Bayangkan, kalau ia mesti sengsara dirawat berbulan-bulan di rumah sakit.”
Baca Juga: Awas, Rokok Bisa Membunuhmu!
" ["url"]=> string(81) "https://plus.intisari.grid.id/read/553726804/siapa-berani-melawan-pangeran-andrew" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1680784197000) } } }