array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3726784"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/03/14/intisari-plus-198-1980-40-apakah-20230314083600.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(129) "Max Halsmann ditemukan tewas mengenaskan saat dalam perjalanan menuruni gunung bersama putranya, usai dikabarkan jatuh ke jurang."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/03/14/intisari-plus-198-1980-40-apakah-20230314083600.jpg"
      ["title"]=>
      string(33) "Apakah Benar Ia Pembunuh Ayahnya?"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-03-14 08:36:18"
      ["content"]=>
      string(29689) "

Intisari Plus - Max Halsmann ditemukan tewas mengenaskan saat dalam perjalanan menuruni gunung bersama putranya. Saksi satu-satunya adalah sang putra yang segera mencari bantuan setelah melihat ayahnya jatuh ke jurang.

----------

Zillertale Alpen pada tanggal 10 September 1928 itu tampak disinari matahari dengan indahnya. Masih tampak sisa-sisa lapisan salju bulan Agustus pada puncaknya yang tinggi itu. Tetapi 3000 meter di bawahnya keadaannya berbeda, keras dan kering. Pada malam hari udara terasa dingin bagai di musim salju, sedang pada siang hari termometer menunjukkan angka 12°C.

Siang itu tampak dua pendaki gunung, yaitu seorang ayah dengan anaknya, sedang menuruni puncak dengan ketinggian 3000 meter itu menuju perkampungan Dominicus di ketinggian 1700 meter. Dengan ransel yang terikat erat pada tubuhnya, mereka tampak terengah-engah menuruni punggung gunung itu. Rencananya sore itu juga mereka akan meneruskan perjalanan sampai ke penginapan Breitlahner yang terletak di ketinggian 1200 meter. Mereka akan bermalam di sana untuk keesokan harinya lewat Mairhofen kembali ke Innsbruck.

Tetapi pada pukul 14.45 salah seorang dari pendaki itu, yaitu si ayah, didapati telah tewas.

Max Morschai Halsmann adalah dokter gigi dari Riga. Sejak permulaan bulan Agustus bersama keluarganya ia mengadakan perjalanan panjang. Mereka mengunjungi Jerman, Swiss dan Innsbruck. Kini tinggallah ayah dan putranya yang akan melanjutkan perjalanan mereka ke gunung. Halsmann tua memang pencinta gunung. Keinginannya begitu keras untuk melihat lagi gunung Tirol yang dicintainya yang telah sekian lama ditinggalkannya. la ingin menjelajahinya lagi seperti waktu masih muda.

Ayah dan anak pun berangkat dengan perlengkapan yang cukup dan hati yang bulat. Cuaca yang indah makin memperlancar perjalanan mereka. Sebenarnya Philipp sama sekali tidak berminat. Tetapi ia enggan menolak ajakan ayahnya. Philipp mahasiswa Fakultas Tehnik Dresden yang baru berusia 23 tahun. Ia bertemu dengan keluarganya hanya dalam waktu libur. Dalam waktu libur keluarga Halsmann berkumpul di Riga atau kalau tidak mereka bersama-sama mengadakan perjalanan panjang seperti sekarang ini.

Philipp, yang kemudian dituduh sebagai pembunuh ayahnya, sebenarnya adalah seorang pemuda yang rajin dan berwatak baik. Karena wataknya, ia disayangi oleh teman maupun gurunya. Ia pendiam sehingga jarang dibicarakan orang, di samping ia juga sedikit berhubungan dengan orang lain.

Bahwa ia pemuda Yahudi, dapat segera kita ketahui dari wajahnya. Waktu itu perasaan Anti-Semit di Jerman sedang meningkat menjadi sikap yang fanatik.

Ayahnya hidup di zaman yang berbeda. Waktu itu orang Yahudi belum dianggap sebagai bangsa yang harus dimusnahkan. Sebaliknya orang-orang Yahudi menduduki jabatan-jabatan terkemuka di mana-mana. Banyak seniman, ahli-ahli, dokter, wartawan dan dramawan terkenal keturunan Yahudi. Karena itulah Halsmann tua ini sangat berbeda dengan putranya yang peka. Ia sangat periang dan ramah. Ia senang berbincang dengan siapa saja dalam perjalanan-perjalanan. Dan bila malam tiba ia senang membuat anekdot-anekdot atau cerita yang lucu-lucu yang kadang-kadang porno dan membuatnya ikut tertawa terbahak-bahak.

Tentunya hubungan ayah dan anak ini seharusnya harmonis. Demikianlah pengadilan berusaha untuk membuktikan perbedaan sifat ayah dan anak ini. Tetapi banyak saksi yang mengetahui bahwa hubungan mereka tidak harmonis. Sifat mereka sangat berbeda.

Tak tampak adanya tanda-tanda yang tidak beres ketika kedua pendaki ini meninggalkan perkampungan Dominicus sekitar pukul 2.15. Philipp menanggalkan baju atasnya karena ia ingin agar kulitnya menjadi lebih cokelat lagi sepulangnya dari gunung. Dengan bertelanjang dada ia mengikuti ayahnya dari belakang.

Apa yang terjadi 45 menit kemudian tidak ada yang tahu hingga sekarang. Beberapa menit sebelum pukul tiga Philipp tiba di Aim, yaitu batas akhir perkampungan Dominicus. Ia menceritakan pada Mariane Hofer, seorang penghuni Aim, bahwa ayahnya mengalami kecelakaan dan ia minta bantuan secepatnya. Penggembala wanita itu kemudian segera menyuruh adik laki-lakinya Riederer, yang kebetulan sedang menggembalakan ternaknya, untuk ikut bersama dengan Philipp. Riederer segera bergegas mendatangi tempat kejadian. Sedangkan Mariane Hofer segera pergi ke penginapan Breitlahner untuk minta bantuan.

Dalam perjalanan menuju ke tempat kejadian, Halsmann menceritakan pada Riederer asal mula kejadian itu: Ayahnya karena ada sesuatu yang harus dikerjakannya maka ia tertinggal di belakang Philipp. Tetapi tiba-tiba ia mendengar jeritan dan ketika menengok ke belakang tampak ayahnya dalam posisi yang sulit digambarkan, jatuh ke dalam jurang. Ia berlari menghampirinya, tetapi ayahnya sudah terjatuh ke dalam jurang sedalam delapan meter, dalam genangan air di pinggiran sebuah anak sungai. Ia segera menarik ayahnya menjauhi air. Pada kepalanya didapatinya ada beberapa luka berdarah. Dari jari serta nafas, ia mengetahui bahwa ayahnya masih hidup.

Segera setelah mendengar jalannya cerita, si penggembala Riederer makin mempercepat langkahnya ke tempat kecelakaan, karena kini sudah jelas baginya di mana lokasi itu tepatnya. Philipp mengikutinya dari belakang dan baru lima menit kemudian ia sampai di sana. Dokter gigi Morschai telah meninggal.

Tetapi aneh, ternyata mayat itu berada dalam air. Jadi tidak benar cerita Philipp yang mengatakan bahwa ia telah menjauhi tubuh korban dari air. Pada mayat itu, selain luka pada bagian belakang kepala juga tampak ada luka yang besar dan dalam pada dahi korban. Seharusnya ini tampak oleh Philipp jika memang ia telah menarik ayahnya menjauhi sungai tadi.

Ketika Riederer sadar bahwa pertolongan sudah terlambat, maka ia pun pergi ke perkampungan Dominicus, yang telah disinggahi kedua pendaki tadi, guna meminta usungan serta sekaligus melaporkan kejadian ini. Sedangkan Philipp tetap tinggal di tempat kejadian. Ketika itu lewatlah dua orang pendaki lain. Philipp pun menceritakan kepada mereka kejadian itu persis seperti yang telah diceritakannya pada Riederer. Tetapi ketika kedua orang itu ingin melanjutkan perjalanan mereka, Philipp meminta agar mereka mau menjaga mayat itu sementara ia menelepon ibunya di Innsbruck, untuk melaporkan kejadian ini.

Tetapi di perjalanan ia bertemu dengan orang-orang kampung yang datang membawa usungan dan ia segera membatalkan niatnya semula dan ikut bersama orang-orang tadi kembali ke tempat kejadian. Di sana sudah menunggu Riederer bersama beberapa orang kampung. Di antaranya kepala kampung yang bernama Eder. Eder segera angkat bicara. Ia yakin, bahwa Halsmann tua telah dibunuh oleh putranya sendiri.

Sementara itu Philipp sendiri sama sekali tak menaruh perhatian akan percakapan orang-orang ini dan ia tidak membantah atau menjawab suatu apapun. Kata Eder selanjutnya, bahwa sejak siang tadi ketika kedua Halsmann ini singgah di kampung, ia memang sudah tidak senang melihatnya. Di tambah lagi dengan tempat yang memang strategis untuk membunuh, maka ia yakin sekali bahwa Philipplah pembunuhnya. Keyakinannya begitu kuat sehingga ia bersedia memberikan kesaksian.

Dalam suasana tegang yang memojokkan Philipp ini, akhirnya polisi Mairhofen tiba di tempat kejadian. Lagi-lagi Eder mengulangi tuduhannya. Philipp Halmann pun ditangkap dan malam itu juga ia dibawa untuk diperiksa di Innsbruck.

Langsung pada hari berikutnya tanggal 11 September 1928 diadakan penyelidikan yang cermat di tempat kejadian. Sementara Philipp diperiksa penelitian di tempat kejadian terus dijalankan. 

Polisi dengan anjing-anjing pelacak melacaki tempat kejadian. Kemudian ditemukan suatu petunjuk penting. Tidak jauh dari tempat kejadian, anjing menemukan sebuah batu yang ada percikan darahnya. Batu ini diduga keras sebagai alat yang digunakan dalam pembunuhan ini.

Yang jelas luka pada si korban dalam pemeriksaan diduga akibat pangkur. Tetapi nyatanya alat ini tak ada pada Philipp. Kini setelah batu ini ditemukan, yang memang memiliki bentuk dan tajam sama seperti pangkur, maka jelaslah sudah penyebab luka itu.

Dua orang profesor, Mexner dari Innsbruck dan Weingartner dari Wina, memberikan keterangan mengenai hasil pemeriksaan luka pada si korban. Bagian kepala belakang lukanya agak membundar. Ini diperkirakan akibat pukulan dengan batu atau pangkur sebanyak delapan sampai sepuluh kali. Pada bagian kiri kepala dekat telinga terdapat luka yang diduga akibat hantaman sebanyak enam kali. Sedangkan luka pada kening selebar 7 cm dan dalam itu hanya dapat ditimbulkan oleh suatu pukulan yang sangat keras.

Setelah pemeriksaan kedua dokter terkenal itu mengambil kesimpulan sebagai berikut: 

  1. Luka-luka penyebab kematian si korban tidak mungkin ditimbulkan hanya karena ia terjatuh.
  2. Alat yang digunakan si pembunuh ialah batu. 
  3. Si pembunuh pasti sedang gelap mata sehingga ia dapat memukul korban sampai sebanyak 15-20 kali sampai tulangnya pecah.

Ketika penuntut umum dan polisi kriminal memeriksa Philipp Halsmann, mereka membawanya ke tempat kejadian di gunung itu, tanpa memberitahu padanya tentang batu serta hasil pemeriksaan kedua dokter tadi, yaitu dugaan bahwa korban telah dipukul sebanyak 15-20 kali.

Philipp sendiri tampaknya apatis dan melankolis setelah semalaman disekap dalam tahanan. Ia sedih mengingat ayahnya, ibunya di Innsbruck dan adik perempuannya yang tentu saja akan terburu-buru datang dari Milan. Sehingga boleh dikatakan ia hampir tidak mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikerjakan atau ditanyakan oleh petugas yang membawanya. Dia sama sekali tidak merasa terdesak oleh pertanyaan-pertanyaan polisi yang ingin menjebaknya. Semua tampaknya benar-benar seperti suatu kecelakaan. Semua berharap bahwa dengan cara ini Philipp Halsmann akan goyah dari pengakuannya semula dan melibatkannya dalam perbantahan. Tapi untuk sementara waktu tampaknya ini tidak berhasil menggoyahkan keyakinannya. Keyakinannya begitu kuat bahwa orang akan percaya kepadanya dan ini semua pasti hanya akan berlangsung beberapa hari dan sesudah itu ia akan dibebaskan.

Tetapi bagaimanapun penuntut umum dan polisi setelah penemuan batu serta kesimpulan yang diperoleh, harus bertindak tegas dan menolak teori yang mengatakan bahwa ini adalah kasus kecelakaan. Demikianlah maka Philipp Halsmann pun ditahan. Baru setelah 13 hari dalam penjara, dibeberkan padanya mengenai bukti-bukti yang telah didapatkan. Batu itu pun dibawa ke hadapannya. Tetapi Philipp tetap pada pengakuannya semula dan terus bertahan selama proses pengadilan pertama ini berlangsung. 

Halsmann juga tetap bertahan bahwa ia hanya satu kali menyentuh tubuh korban. Yaitu waktu menarik tubuh korban menjauhi air. Tetapi kenyataan membuktikan lain, tubuh korban ternyata berada dalam air ketika Riederer tiba di sana, karena itu kematian tak dapat dihindari lagi. Bukti memperlihatkan jelas bahwa posisi tubuh korban diubah sampai dua kali. Dan yang pasti Halsmann tua ini pasti diserang dari belakang. Ini dapat diketahui dari luka-luka pada kepala belakangnya.

Semua ini dipaparkan pada Halsmann jauh setelah kejadian itu dan juga jauh dari tempat kejadian, yaitu 13 hari kemudian, di kantor pengadilan Innsbruker. Atas tuduhan bahwa korban telah dihunjam sebanyak 15-20 kali, Philipp hanya tertawa saja.

Juga pada tanggal 11 September itu orang tidak memberitahukan telah diketemukan lagi hal-hal yang tak sesuai dengan pengakuan Philipp. Bahwa tempat yang ditunjuk Philipp sebagai tempat jatuhnya ayahnya waktu ia ingin membuang hajat, hanya batu-batu pinggirannya yang terinjak.

Philipp bersikeras bahwa ini kasus kecelakaan sehingga dengan sendirinya menutupi kemungkinan adanya orang ketiga. Selama proses penyelidikan Philipp merasa tidak perlu untuk memperhatikan ucapan kecil yang tidak sesuai dengan tempat yang ditunjuknya sebagai tempat jatuh ayahnya. Baru kemudian Philipp tahu bahwa tuduhan yang dijatuhkan padanya serius. Jelas baginya bahwa polisi dan penuntut umum tidak mengatakan padanya mengenai hal ini dengan terus terang agar ia terperangkap. Tetapi ini sudah terlambat.

Sebenarnya Philipp masuk perangkap karena ia tidak mendengarkan. Ia terlibat dalam perdebatan yang sengit mengenai tempat ia berada waktu kejadian ini berlangsung. Bagaimana pun juga ia bertahan pada apa yang pernah dikatakannya dulu: ia menjauhkan kepala korban dari air dan benar adanya luka-luka berdarah pada kepala korban. Tetapi mengenai jarak berapa jauh ia berada dari tempat kejadian, tak dapat dipertahankan.

Mula-mula dikatakannya ia berada 8 langkah dari ayahnya ketika tiba-tiba ia mendengar jeritan lemah. Tetapi selama pemeriksaan pendahuluan ia mengatakan bahwa boleh jadi jarak itu sejauh kira-kira 180 langkah, sehingga ia membutuhkan waktu 3-5 menit untuk mencapainya.

Anehnya para hakim pemeriksa sama sekali tidak berusaha memecahkan persoalan ini dalam sidang pengadilan setempat. Juga pembela Halsmann tidak berhasil menerangkan hal ini. Yang memberatkan Halsmann adalah bahwa jarak dirinya dengan ayahnya waktu itu kurang lebih dua meter.

Andaikata keterangan Philipp dapat dipercaya tentang jaraknya dengan ayahnya waktu terjadi kecelakaan dan kita cocokan dengan keterangan para ahli mengenai luka-luka pada si korban yang diakibatkan oleh 20 hantaman batu, akan timbul pertentangan yang sukar dipecahkan. Akhirnya diambil jalan penyelesaian termudah yaitu dengan menganggap pengakuan Philipp tidak benar dan ia dituduh sebagai pembunuhnya.

Kalau seorang anak membunuh ayahnya, maka ia harus diajukan ke pengadilan sebagai pembunuh. Artinya batu yang berbentuk aneh ini memang khusus dipersiapkan oleh si pembunuh. Perbuatan ini dipandang sebagai suatu tindakan yang sangat brutal. Anehnya para pemeriksa perkara sama sekali tidak mempertimbangkan adanya kemungkinan korban dibunuh oleh orang ketiga, yaitu ketika Philipp sedang pergi mencari bantuan.

Tetapi pembela Halsmann, dr. Pressburger, memperoleh jalan keluar teka-teki ini. Ia menduga, Halsmann tua yang memang menderita sakit jantung mendapat serangan kecil dan terjarah. Sebenarnya ini sama sekali tidak membahayakan atau bahkan dapat mematikannya. Tetapi ia tewas karena luka parah pada kepalanya. Bahwa selama setengah jam ditinggalkan Philipp itu korban telah dirampok dan dibunuh oleh orang ketiga.

Perkara pembunuhan diajukan pada tanggal 16 Desember 1928 dan hukuman dijatuhkan oleh pengadilan Innsbruck. Philipp Halsmann dijatuhi hukuman 10 tahun dalam penjara bawah tanah.

Proses pengadilan Halsmann ini menarik perhatian umum di Austria dan bahkan sampai jauh di luar batas negara tersebut. Sementara itu timbul isu-isu politik dan “kepekaan masyarakat” dihasut oleh pers. Banyak orang menganggap pantas “anak Yahudi” berbuat demikian. Walau sebenarnya ini tak ada alasan sama sekali.

Hukuman yang dijatuhkan sidang pengadilan Innsbruck hanya berdasarkan pada indikasi. Tak ada pengakuan yang nyata. Indikasi tersebut adalah: 

  1. Hanya Philipp yang selalu berada di dekat ayahnya. Jadi tak ada orang lain, sehingga segala sesuatunya dapat dikerjakannya dengan leluasa. Daerah yang memang sudah menjadi rute bagi orang yang mendaki gunung itu sudah dipertimbangkan.
  2. Adanya pernyataan Eder, si pengelola losmen, yang begitu kuat bahwa Philipplah pembunuhnya. Karena memang sejak siang itu ia sudah merasa antipati terhadap Philipp. 
  3. Sebuah indikasi yang lebih serius adalah jarak Philipp dengan si korban. Namun menurut Profesor Stoss, seorang guru besar hukum pidana yang berpengalaman, hukuman yang dijatuhkan pada Philipp itu keliru. Karena keterangan itu salah. Menurut pembela, kekacauan itu disebabkan karena Philipp sedang bingung.

Tetapi menurut pembela dan Prof. Stoss, ada hal-hal yang dapat meringankan tuduhan yang dijatuhkan pada tertuduh: 

  1. Tidak adanya motif untuk melakukan pembunuhan. 

2.Pembunuhan berdarah pasti akan meninggalkan bekas pada pelaku. Mustahil tak ditemukan sepercik darah pun pada pakaian pelaku, jika memang ia telah memukul korban sampai 20 kali. Sedangkan pada pakaian Philipp sama sekali tak ada percikan darahnya. 

  1. Batu yang digunakan si pembunuh, menurut para ahli benar-benar merupakan alat pembunuhan yang sudah dipersiapkan, karena dapat menimbulkan luka-luka sama seperti pangkur. Pelaku menemukan batu ini bukan hanya secara kebetulan melainkan memang khusus dipilihnya untuk tujuan ini. Ini menunjukkan bahwa si pelaku adalah pembunuh yang sudah lihai. 
  2. Perbuatan yang sangat brutal ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang anak muda yang memiliki sifat lembut dan perasa. Sehingga hal ini hanya mungkin dapat dilakukannya dalam keadaan di luar sadarnya. Kemungkinan ini belum disinggung sama sekali oleh pengadilan. 
  3. Philipp dan ibunya, yang juga menjadi saksi dalam proses pengadilan ini, mengatakan bahwa ayahnya pada waktu bepergian itu membawa uang kertas 500 Franc Swiss. Uang ini tadinya ingin ditinggalkannya tapi istrinya menolak. Sedangkan pada mayat ditemukan sebuah dompet yang sudah kosong. Philipp mengatakan bahwa ia menyaksikan sendiri, pada waktu makan siang di perkampungan Dominicus, setelah selembar ratusan disimpan, dalam dompet ayahnya masih ada mata uang Schilling 50-an dan dua mata uang 20-an dan satu 10-an. 
  4. Seorang polisi dan si pemilik Eder, 17 hari setelah kejadian telah menemukan tiga lembar uang kertas Schilling yang ada percikan darahnya, dua lembar 20-an dan satu 10-an telah ditemukan di bawah himpitan sebuah batu dekat tempat kejadian. 

Keterangan ibu dan adik perempuan tertuduh dalam proses ini tidak begitu dapat memengaruhi juri akibatnya timbul ketegangan. Kawan-kawan Philipp bagaimana pun juga ngotot akan tetap membelanya.

Proses pengadilan mencapai puncaknya di mana semua orang dalam ruang pengadilan itu menghendaki pembebasan si tertuduh.

Tetapi jaksa tetap pada tuntutannya semula dan menuntut hukuman yang sesuai bagi seorang pembunuh. Pembelaan menuntut pembebasan tak dapat dipenuhi karena kurangnya bukti.

Hakim kemudian memutuskan: Tertuduh bersalah karena telah melakukan pembunuhan. Untuk itu ia dijatuhi hukuman 10 tahun dalam sel bawah tanah.

Walaupun demikian keputusan pengadilan belum bisa dilaksanakan. Masyarakat umum masih terus membicarakan kasus Halsmann ini. Selalu saja dia itu dihubungkan dengan politik. Di sini pendapat masyarakat telah terpecah. Mereka yang sudah menjurus pada rasa chauvinisme, yaitu orang-orang Nazi di Jerman dan Austria dan orang-orang konservatif memuji hukuman ini. Mereka yang berpikiran maju merasa wajib menegakkan keadilan dan perikemanusiaan heran dan menganggap ini sebagai suatu kekeliruan keputusan pengadilan.

Para ahli kriminal dan hakim terkenal di Austria dan Jerman mencela hukuman ini. Di universitas-universitas para mahasiswa mengadakan demonstrasi menentang hukuman Halsmann ini. Para professor dalam ceramahnya menyatakan rasa ketidakpuasan mereka.

Juga dr. Erismann, seorang psikolog eksperimental dari universitas Innsbruck, jadi bukan seorang ahli hukum, yang menjadi pendengar setia selama proses pengadilan ini, juga tidak yakin akan kesalahan tertuduh. Akhirnya ia juga ikut angkat suara. la memberikan pendapatnya di mana pendapat ini kemudian dipakai dalam pembelaan proses pengadilan yang kedua yang berlangsung setahun kemudian.

Dr. Erismann yakin bahwa ini merupakan perbuatan jahat orang lain yang dilakukan ketika Philipp sedang meninggalkan tempat kejadian ini. Sedangkan pengakuan yang tidak konsisten dari tertuduh mengenai jarak tertuduh dengan korban, hanyalah karena tertuduh khilaf saja. Menurut dr. Erismann mula-mula keterangan Halsmann, jadi keadaan sebelum ia menyadari bahwa seseorang telah mencurigainya, sangat meyakinkan. Di satu pihak ia mengatakan bahwa ia hanya beberapa langkah jauhnya dari korban. Di lain pihak ia mengatakan bahwa untuk mencapai tempat korban ia membutuhkan tempo 3-5 menit. Dengan sendirinya dari keterangan yang membingungkan ini tak dapat diambil suatu keputusan yang tepat. Ini sama sekali tidak menjadi pertimbangan di dalam pemeriksaan maupun di dalam sidang pengadilan itu sendiri.

Alasan-alasan keberatan pembelaan yang menentang keputusan pengadilan Innsbruck ini akhirnya sampai ke pengadilan tinggi di Wina. Tetapi anehnya kasus ini diserahkah kembali ke tangan pengadilan yang sama yang telah menjatuhkan hukuman ini, yaitu pengadilan Innsbruck.

Dalam pemeriksaan yang kedua digunakan sebuah tesis baru dari fakultas. Lagi-Iagi jalan pikiran Halsmann yang tidak konsisten ini ditolak oleh para ahli dan sekali lagi ia dituduh berbohong. Tetapi bagaimanapun juga fakultas merasa wajib untuk memberi keterangan tentang karakter Halsmann. Namun tentu saja sifat ini bukan berarti ia pembunuhnya. Andaikata memang dia pelakunya, maka menurut fakultas ia tak dapat dipertanggung jawabkan untuk pembunuhan sengaja. Ditinjau dari karakter anaknya rasanya tak mungkin. Demi si tertuduh, dan demi keadilan, ini dianggap kasus pembunuhan tanpa niat lebih dulu.

Menurut hukum Austria, pembunuhan tanpa sengaja adalah bila orang itu tak mempunyai maksud membunuh. Tetapi dalam keadaan tertentu secara tak sengaja berbuat sesuatu sehingga korban meninggal.

Pemeriksaan kedua diadakan pada tanggal 19 September 1929. Setelah satu tahun kurang sehari dalam tahanan, Philipp diperiksa lagi.

Dalam pemeriksaan ini akhirnya dilakukan penyelidikan di tempat. Setelah satu tahun ditemukan satu titik sejauh 170 langkah dari si korban yang cocok dengan lukisan Philipp semula: Bisa menduga dan melihat tempat jatuhnya ayahnya. Tak tampak dari sana jurangnya. Dan memang ada kemungkinan terdengarnya seruan minta tolong. Untuk menyesuaikan pengakuannya dengan tahun lalu, Halsmann mengatakan bahwa kemungkinan besar apa yang pernah dikatakannya dulu keliru. Boleh jadi taksiran tempo yang dibutuhkannya untuk mencapai korban lebih tepat. Mungkin waktu itu ia mendengar jeritan ayahnya. Ia tidak pernah menegaskan bahwa ia dapat mengingat benar di mana tepatnya ia berada, melainkan ia hanya dapat merekonstruksikan waktu saja. Hal ini tadinya tak dianggapnya penting.

Ketika itu dalam proses pengadilan yang kedua, ketua sudah menutup pengumpulan bukti dan pembela ingin menyampaikan pledoinya, masih terjadi suatu insiden. Penuntut umum meminta untuk dibacakannya pendapat fakultas. Pembela menolak hal ini, karena dalam penyelidikan kedua telah ditemukan fakta yang belum dipertimbangkan waktu pendapat tersebut dinyatakan.

Pengadilan memutuskan untuk minta pendapat baru fakultas. Sehingga untuk sementara sidang pengadilan terhenti. Baru setelah pendapat itu masuk maka sidang dapat berjalan lagi pada tanggal 16 Oktober 1929, jadi setelah selang satu bulan yaitu batas maksimum ditundanya suatu sidang.

Hasil kesimpulan fakultas yang baru ini terbagi atas dua bagian. Bagian pertama mempersoalkan kemungkinan ingatan tertuduh kacau. Teori dari pembela dianggap tak masuk akal. Terutama dalam soal salah ingat mengenai jarak tertuduh dengan korban. Di mana jarak beberapa langkah dapat menjadi 180 langkah, jelas tidak mungkin.

Dalam bagian keduanya fakultas agak “menyimpang” dari pertanyaan yang diajukan. Mereka memberi laporan mengenai pertanyaan yang diajukan sendiri yakni bagaimana mereka akan menerangkan perbuatan itu, andaikata Philipp benar pembunuh ayahnya. Karena motif maupun petunjuk lain untuk pembunuhan tidak ada, fakultas berusaha untuk menerangkan jalannya perbuatan itu dengan kepribadiannya.

Teori absurd fakultas, bahwa Halsmann bukanlah bersalah sebagai pembunuh yang sudah merencanakan pembunuhan itu, melainkan membunuh tanpa niat lebih dulu, ditentang. Barang siapa memukul Halsmann tua dengan 20 pukulan menurut Prof. Stoss, tak bisa lain dia adalah seorang pembunuh. Kesimpulan fakultas ini jelas memberi kesempatan pada pengadilan untuk meringankan hukuman, biarpun fakultas sendiri menganggap bahwa tuduhan pembunuhan itu tidak benar.

Dalam proses pengadilan yang kedua ini penuntut umum tetap bertahan pada tuntutannya semula dan sama sekali tidak terpengaruh oleh tesis yang dikeluarkan fakultas. Lagi-lagi ia menuduh Philipp telah melakukan pembunuhan yang memang sudah direncanakan. Dalam pledoinya ia menjelaskan, bahwa bila dilihat dari waktu dan tempat, kemungkinan perampokan oleh orang ketiga, jelas tidak mungkin. Sebaliknya tidak mustahil untuk memukul korban sampai 20 kali dalam setengah jam dan dalam alam yang terbuka juga banyak tempat.

Tetapi akhirnya pengadilan memberikan dua pilihan pada dewan juri, bahwa manakah yang mereka pilih, Philipp dituduh sebagai pembunuh ayahnya dengan sengaja ataukah sebagai pembunuh yang tak disengaja. Pilihan pertama dikalahkan dengan suara 7 lawan 5. Menurut hukum Austria hasil ini diumumkan. Pilihan kedua diterima dengan perbandingan 8 lawan 4. Sebagai pembunuh tak sengaja Philipp dijatuhkan hukuman empat tahun dalam sel bawah tanah.

Alasan keberatan para pembela ditolak oleh Mahkamah Agung Wina. Hukuman yang telah dijatuhkan sekarang ini sudah tak dapat diganggu gugat lagi. Halsmann pun masuk penjara. Tetapi apakah seorang ahli hukum akan puas dengan semua ini, tidak seorang pun tahu. Bukti indikasi pokoknya gagal. Seharusnya menurut asas-asas “in dubio proreo” tertuduh dibebaskan. Juga presiden Austria rupanya kurang setuju dengan keputusan pengadilan ini. Karena pada tanggal 30 September 1930, jadi dua tahun setelah kejadian tersebut dan satu setengah tahun keputusan pengadilan, Philipp Halsmann diberi pengampunan.

Selama ini Philipp tak pernah tampak berusaha untuk minta kebebasan dengan mengajukan penyelidikan ulang. Boleh dikatakan ia menerima dengan rela hukuman itu. Ia sering mengatakan bahwa ia sudah muak dengan semua ini. Tetapi yang penting dua minggu sebelum pembebasannya, Adolf Hitler menguasai parlemen Jerman dengan 130 kursi.

(Erich Ebermeier)

Baca Juga: 2 Pembunuhan di Asrama

 

" ["url"]=> string(77) "https://plus.intisari.grid.id/read/553726784/apakah-benar-ia-pembunuh-ayahnya" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1678782978000) } } }