array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3799242"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/07/28/13-gara-gara-seorang-bintang-fil-20230728053948.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(147) "George Murray dan istrinya hidup bahagia. Namun kebahagiaan itu tidak bertahan selamanya. Suatu hari, George ditemukan tewas tertembak di kamarnya."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/07/28/13-gara-gara-seorang-bintang-fil-20230728053948.jpg"
      ["title"]=>
      string(30) "Gara-Gara Seorang Bintang Film"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-07-28 17:39:57"
      ["content"]=>
      string(22811) "

Intisari-Online.com - George Murray dan istrinya hidup bahagia. Namun kebahagiaan itu tidak bertahan selamanya. Suatu hari, George ditemukan tewas tertembak di kamarnya.

----------

George Murray adalah seorang pengusaha sukses di San Juan, Filipina. Bagi wanita, ia adalah lelaki idaman: kaya, tampan, dan bertubuh atletis. Perusahaannya, ETRACO (singkatan dari Equipment Trading Company), bergerak di bidang perdagangan berbagai alat dan perlengkapan teknik. Murray bendahara dan sekaligus pemilik setengah dari kekayaaan perusahaan.

Lelaki ini berasal dari Kansas City, Amerika Serikat. Pernah menjadi penyelidik kriminal dalam ketentaraan AS. Untuk posisinya itu, ia bertugas di Eropa, ikut membongkar perdagangan barang-barang ilegal, termasuk narkotika. Ketika Perang Dunia II berakhir, George Murray berada di Filipina dan tetap tinggal di negara ini.

la pandai bergaul dan mempunyai koneksi luas di kalangan politisi muda di Filipina. Murray tidak banyak bicara tentang aktivitas perusahaannya. Kadang-kadang ia menghilang dengan kapal pesiarnya yang bernama Mistress. Namun beberapa waktu kemudian, dia pun muncul lagi. Salah satu kapalnya sering bertolak dari pelabuhan bila malam telah tiba.

George Murray menikah dengan seorang wanita Filipina bernama Esther del Rosario. Perkawinan dengan janda muda yang memiliki empat orang anak dari almarhum suaminya itu, terjadi pada tahun 1947. Esther seorang istri yang baik dan terhormat. Perkawinan pertamanya bahagia tapi suaminya tidak berumur panjang. 

Setelah beberapa waktu hidup menjanda, Esther tidak menolak lamaran pengusaha asal Amerika yang tampan lagi kaya itu. Perkawinan kedua ini pun membuat iri banyak wanita. Hubungan George Murray dengan istrinya sangat mesra. 

Ketika itu tanggal 13 Agustus 1949. Murray dan istrinya menikmati ketenangan suasana sore di rumahnya. Mendengarkan musik di radio. Dan bila musiknya enak didengar, mereka akan berdansa. 

Jam 11 malam George Murray pamit pada istrinya dan mengatakan bahwa ia akan ke Manila. Tidak lama, hanya mau menemui seorang relasi yang akan bertolak ke Hong Kong keesokan harinya.

Esther tidak bertanya apa-apa bila suaminya bepergian untuk urusan kerja. Dan Murray sendiri juga tidak pernah melibatkan istrinya dengan suka duka pekerjaannya sebagai pengusaha. Ketika Murray pamit akan ke Manila, Esther juga tidak bertanya mengapa urusan dengan relasi dari Hongkong itu tidak diselesaikan di siang hari. Tapi Esther tidak bisa menghilangkan kecurigaan bahwa jangan-jangan kepergian suaminya itu ada kaitannya dengan wanita lain. 

Setelah berpamitan, Murray berangkat dengan mobil Cadillacnya ke Manila. Langit agak mendung dan ketika hampir sampai di tempat tujuan, hujan pun turun. la gelisah ketika terlambat sampai di Riviera, sebuah klub malam. Tapi orang yang dicarinya ternyata masih duduk dan menunggu. Ia seorang bintang film. Namanya Carol Varga. 

Murray mengenal gadis muda belia yang berambut hitam dan bermata kelam ini sejak beberapa waktu lalu. Saat itu kapal pesiarnya, Mistress, disewa untuk pembuatan film Sagur. Dalam film tersebut, Carol merupakan pemeran utama. Murray dan Carol tertarik satu sama sama lain. Carol memang cantik. Dan Murray memiliki kelebihan-kelebihan yang sering digambarkan pada seorang tokoh utama dalam film: maskulin, dinamik, tampan, dan kaya.

Hubungan mesra pun terjalin. Murray dan Carol sering melakukan kencan rahasia. Hubungan asmara pun semakin erat. Dan semuanya itu disembunyikan oleh Murray dari istrinya.

Pertemuan pada tanggal 13 Agustus 1949 di Riviera juga penuh dengan kemesraan. Seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, mereka menikmati keintiman di lantai dansa. Diselingi duduk berdua sambil menyesap anggur.

“Aku ingin menikahimu, Carol,” kata Murray sambil membuai kekasihnya di lantai dansa.

“Kamu sudah beristri,” jawab gadis itu.

“Itulah masalahnya, namun aku bisa mencari jalan keluar. Bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu bersedia menjadi istriku?”

“Ya, jika kamu bebas, George.”

“Itulah kata-kata yang sejak lama kutunggu darimu.”

Itulah keterangan Carol Varga tentang pertemuannya dengan George Murray malam itu. Dan Gadis ini menambahkan bahwa George malam itu dalam suasana mesra berkata, “Jika mati, aku berharap berada dalam pelukanmu.”

Ini kata-kata yang tidak akan mudah diucapkan oleh seorang laki-laki yang tahu kehalusan perasaan seorang kekasih. Tapi pada saat itu, kata Carol Varga, barangkali George Murray dalam keadaan agak mabuk. Pasalnya, ia terlalu banyak minum anggur. 

Menjelang jam 4 pagi, kedua kekasih itu berpisah. George Murray kembali ke San Juan. Ia langsung tidur begitu sampai di rumah karena terlalu lelah. Semua pakaiannya ditanggalkan, kecuali pakaian dalamnya.

Untuk terakhir kali ia memejamkan matanya. Sebab tak lama kemudian, sejumlah peluru mengakhiri hidupnya. Satu peluru menembus antara kedua matanya sehingga meninggalkan pecahan-pecahan tulang. Yang kedua melubangi sudut kanan mulutnya, membuat gigi-giginya menonjol keluar dari celah-celah bibir. Muka yang tampan itu berubah menjadi pemandangan yang mengerikan.

Seakan masih belum cukup, dua peluru lagi ditembakkan. Satu mengenai leher, satunya lagi menembus jantung. Kedua tembakan ini sebetulnya tidak perlu dilakukan sebab korban pasti sudah tidak bernyawa akibat dua tembakan sebelumnya. 

Bunyi tembakan membangunkan ketiga anjing boxer milik tuan rumah. Anjing-anjing itu menyalak keras. Penduduk San Juan bangun dalam suasana riuh karena pembunuhan yang terjadi pagi itu.

Polisi yang diberitahu lewat telepon pun segera datang. Mereka menjumpai Nyonya Murray yang bermuka muram. Keempat anaknya ketakutan dan semua berada di dekat nyonya yang malang itu.

Polisi memeriksa seluruh isi kamar. Jendela kamar terbuka. Gorden dan lantai dekat jendela basah karena air hujan yang masuk akibat tertiup angin. Tampaknya pembunuh menyelinap lewat jendela itu untuk masuk ke dalam kamar tidur yang terletak di tingkat atas. Rumah Murray bertingkat dua.

Senjata api yang digunakan untuk membunuh Murray tidak ditemukan di lokasi. Meja tulis almarhum dan laci-lacinya diperiksa. Di sana ditemukan beberapa berkas korespondensi. Di antara surat-surat itu, ada yang menjelaskan tentang aktivitas kapal Mistress.

Kapal milik Murray ini ternyata sering digunakan untuk penyelundupan. Seperti untuk mengangkut senapan-senapan, mesiu, radio, dan onderdil mobil. Semua itu dibawa ke pantai-pantai terpencil di Malaysia dan Indonesia. Penadahnya adalah kaum pemberontak dan perusuh.

Mengenai kejadian pagi itu, Nyonya Murray memberi keterangan sebagai berikut. “Ketika George datang dan naik ke ranjang, ia berpesan agar jangan dibangunkan sebelum jam 10.00 pagi. Saya tidak bisa tidur. Karena sudah pagi, saya turun ke lantai bawah. Saya kemudian membuat kopi. Ketika mau minum, saya mendengar suara tembakan dari atas. Saya lari ke atas dan berpapasan dengan pembantu. Saya ke kamar anak-anak. Ternyata mereka tidak apa-apa. Kemudian ke kamar kami, George sudah berlumuran darah. Saya menjerit ‘Kenapa kau, George?’ Tapi ia sudah meninggal.”

Kemudian Nyonya Murray menyuruh anak perempuannya yang paling tua untuk turun dan membangunkan Jose Tagle, sopir keluarga. Tagle diminta untuk segera memanggil dokter.

“Itu saja yang saya alami dan ketahui,” jawab wanita itu. 

Polisi bertanya apakah suaminya punya musuh.

“George memang punya beberapa musuh. Dan ia beberapa kali mendapat ancaman. Itulah sebabnya mengapa ia membawa revolver.” Tetapi senjata api milik Murray ini tidak dapat ditemukan.

Kegiatan Murray terkait perdagangan ilegal disorot polisi yang mencari titik terang dalam pengusutan peristiwa pembunuhan ini. Salah satu surat yang ditemukan di kamar Murray, diposkan di Hongkong. Pengirimnya, yang bernama Stewart, memesan amunisi M-1 kaliber 30 sebanyak 12.000 buah. Ia memintanya agar dikirim segera dengan kapal Mistress.

Masih ada surat lain, dari kapten Johnson, yang memberitahukan bahwa kiriman senjata dan amunisi sudah diterimanya dengan aman di suatu pantai di Malaysia. Johnson menambahkan, selama beberapa hari terakhir ia diawasi terus menerus oleh polisi Singapura. Johnson menyarankan kepada Murray agar berhati-hati.

Penyelidikan selanjutnya menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan Murray sejak bebas dari ketentaraan AS, memang meragukan. Ia berhenti dari dinas militer dengan rencana yang jelas. Pengetahuannya tentang kelebihan persediaan senjata dalam tentara AS di Filipina ia manfaatkan dengan baik.

Murray menjalin hubungan dengan orang-orang yang bisa membantunya dalam hal modal. Bisa dipahami bahwa mereka itu adalah petualang. Untuk kelancaran jalannya usaha mendapatkan senjata, Murray mendekati pula sejumlah politisi dan pejabat. Dengan memberi balas jasa, segalanya dapat berjalan dengan lancar. George Murray mendadak mempunyai semacam monopoli di Manila. Tanpa banyak kesulitan, ia dapat membayar kembali pinjaman-pinjamannya kepada relasi petualangnya.

Salah satu objek yang paling menguntungkan baginya ialah gudang alat-alat perang yang disebut Basis R. Gudang itu memiliki luas puluhan hektar. Murray berhasil mendapatkan kontrak dengan pemerintah Filipina untuk memindahkah persediaan barang-barang dari Basis R itu ke pos-pos tertentu.

Pengangkutan alat-alat perang oleh truk ETRACO ini kemudian menimbulkan kehebohan. Banyak material dan alat-alat lain hilang. Peti-peti yang seharusnya berisi senjata-senjata terbaru dari AS dan amunisi, ternyata hanya berisi kabel-kabel saja. Bahkan adakalanya peti itu kosong. Tidak ada pengecekan sistematis tentang peti dan kotak yang diangkut oleh perusahaan ETRACO itu. Peti-peti dalam keadaan terpaku rapat, bertumpuk-tumpuk, dan tertutup debu serta sarang Iaba-laba.

Skandal ini disorot oleh pers. Surat kabar setempat, Herald, menulis bahwa sejumlah tokoh-tokoh penting tersangkut dalam skandal ini. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh di lingkungan pemerintahan. Karena itu, menurut surat kabar, para penyidik diingatkan untuk berhati-hati saat melakukan penyidikan terhadap para tokoh yang terlibat.

Polisi berhasil menyingkap tabir komplotan perdagangan ilegal yang sangat berani ini. Dengan itu, timbul berbagai dugaan perihal penyebab kematian George Murray. Kemungkinan kematiannya berkaitan erat dengan tokoh-tokoh perdagangan ilegal ini.

Apakah George Murray oleh relasi-relasinya dianggap mengetahui terlalu banyak rahasia sehingga mereka merasa lebih baik untuk menyingkirkannya? Barangkali lelaki ambisius ini menjadi tamak dan ingin memperoleh bagian keuntungan yang terlalu besar? Ataukah mungkin terjadi semacam adu kekuatan di kalangan komplotan dan Murray memeras Iawan-lawannya dengan pengetahuan tentang rahasia mereka?

Di samping mencari petunjuk-petunjuk soal kegiatan Murray sebagai pedagang ilegal, polisi tidak mengabaikan keterangan tentang jalannya pembunuhan.

Satu hal yang aneh adalah bahwa anjing-anjing boxer milik keluarga Murray tidak menyalak ketika pembunuh masuk dari jendela. Padahal hewan itu sangat peka pendengarannya dan juga galak pada orang asing.

Suara kecil sedikit saja bisa membuat anjing-anjing itu bangun dan menggonggong. Ketiga anjing boxer itu baru mulai ribut ketika mendengar suara tembakan dari kamar tidur majikannya. 

Selain itu, polisi juga tidak menemukan jejak-jejak asing di kebun maupun di rumah. Jendela kamar tidur memang terbuka hingga timbul kesan bahwa pembunuh masuk dari sana. Tapi tidak terlihat bekas-bekas tangan ataupun kaki orang yang memanjat masuk. Dan jendela juga tidak memperlihatkan tanda-tanda bekas didobrak dengan paksa. Andai jendela dicongkel, anjing-anjing yang tidur di bawah jendela itu pasti terbangun dan menyalak. Dan ini tidak terjadi.

Ada satu hal lagi yang menimbulkan kecurigaan. Nyonya Murray menerangkan kepada polisi bahwa begitu mendengar tembakan, ia lari ke atas ke kamar anak-anak dan suaminya. Ketika naik tangga, ia berpapasan dengan Maria Natal, pembantu rumah tangga mereka. Tetapi Maria Natal ini tidak dijumpai polisi ketika memeriksa rumah.

“Ke mana gadis pembantu rumah tangga itu, Nyonya Murray?”

“Tidak tahu. Saya kira, ia meninggalkan rumah karena ngeri melihat kejadian itu.”

“Apakah dia tidak berpamitan ketika meninggalkan rumah?” 

“Saya tidak melihatnya lagi sejak saya berpapasan dengannya di tangga.”

Nyonya Murray tampak tenang ketika memberikan keterangan ini. Tapi salah seorang anggota kepolisian, Faustos, tidak puas mendengar penjelasannya.

Dua hal lain juga membuatnya curiga. Pertama, keesokan harinya setelah peristiwa pembunuhan itu, polisi kembali ke rumah keluarga Murray, dan memeriksa lemari pakaian. Ia melihat sehelai gaun malam tergantung di sama dalam keadaan baru dicuci. Kedua, keadaan kamar berubah. Kondisi itu berbeda dengan pemandangan setelah kejadian yang difoto oleh polisi. Foto ini memperlihatkan dua sarung tangan putih tergeletak di lantai. Kini tinggal satu sarung tangan sebelah kiri saja. Rupanya yang sebelah kanan sudah disingkirkan. 

Polisi sudah berpesan kepada Nyonya Murray, bahwa benda-benda di dalam tempat kejadian tidak boleh disentuh dan dipindahkan sebelum kasus ini selesai.

Mengapa sarung tangan sebelah kanan itu disembunyikan? Apakah ada noda darahnya? Atau sarung tangan itu hangus karena mesiu? Mengapa gaun malam Nyonya Murray segera dicuci? Apakah untuk menghilangkan noda-noda darah?

Faustos beranggapan lebih baik tidak menanyai Nyonya Murray secara langsung. Ia merasa lebih baik untuk mendapatkan keterangan dari Maria Natal, si pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, Maria Natal harus segera ditemukan. 

Faustos keluar rumah dan menjelajahi halamannya yang luas. Di sana banyak semak-semak. Di antara semak-semak itu terdapat jalan sempit. 

Faustos mengikuti jalan di tengah semak belukar ini. Ternyata ia sampai pada sebuah pintu kayu. Gerendelnya ia putar. Pintu terbuka dan Faustos melihat sebuah jalan berlapis plesteran semen. Ia mengikuti jalan itu hingga tiba di sebuah rumah yang tersembunyi di belakang pepohonan.

Pintu rumah ia ketuk. Seorang gadis membukakannya. Gadis itu ialah Maria Natal. Dalam kondisi ketakutan, Maria menceritakan apa yang diketahuinya. 

Ia disembunyikan oleh nyonya rumah di tempat itu, sebelum rombongan polisi tiba untuk mengadakan pemeriksaan. Menurut gadis ini, Nyonya Murray berpesan, “Kamu tinggal di sini, jangan sampai terlihat oleh siapa pun.”

Maria Natal tidak dibawa kembali ke rumah majikannya, tapi langsung diangkut ke markas polisi. Di sana ia dimintai keterangan dan harus menandatangani surat pernyataan. 

Kisah Maria Natal sebagai berikut. 

“Jam setengah lima pagi saya dibangunkan oleh Nyonya Murray. Ia masuk ke kamarnya sambil menggendong putra bungsunya yang tidak bisa tidur. ‘Eddie tidak bisa tidur, biar ia tidur dengan kami,’ katanya. Kemudian Nyonya Murray keluar. Kira-kira setengah menit kemudian, saya mendengar letusan tembakan. Saya keluar dan turun ke lantai bawah menuju ke kamar kecil. Saya melihat Nyonya Murray keluar dari kamar tidurnya. Ia turun ke lantai bawah, lalu kembali lagi ke atas. Ketika saya naik lagi ke lantai atas, saya melongok ke kamar tidur. Saya melihat Nyonya Murray berdiri di situ dengan anak-anaknya. Tuan Murray tergeletak di ranjang dan berlumuran darah.”

Selanjutnya, kata Maria, Nyonya Murray berpesan kepadanya: “Jika kamu ditanya, jawab bahwa kamu mendengar bunyi seperti letusan gas mobil dan bahwa kamu duga mendengar anjing-anjing menyalak. Katakan bahwa saya saat itu ada di dapur dan kamu berpapasan dengan saya di tangga ketika kamu turun ke lantai bawah.”

Maria tidak mendengar anjing menggonggong sebelum ada letusan tembakan. Dan sore harinya, ia telah menutup dan mengunci pintu menuju ke lantai atas.

Pembantu rumah tangga itu cukup awas mengamati kehidupan majikannya. Ia tahu bahwa Tuan Murray selalu membawa senjata api. Pada waktu tidur, senjata itu biasanya disimpan di bawah bantal atau diletakkan di atas meja; di samping ranjang. Sebelum berangkat ke Manila, pada tanggal 13 Agustus yang naas itu, Tuan Murray bertanya kepada istrinya apakah ia melihat revolvernya. Nyonya Murray mengaku tidak melihatnya.

Menurut Maria yang mendengar percakapan ini, Nyonya Murray berbohong. Sebab gadis itu melihat Nyonya Murray menyembunyikan senjata api itu di dalam kotak jahitnya.

Wanita ini, yang dengan lemah lembut dan sabar berusaha mempertahankan kemesraan hubungan dengan suaminya, ternyata tidak buta terhadap permainan suaminya. Ia masih bisa berdansa mesra dengan suami yang tidak setia itu. Tepat sebelum sang suami pergi menemui kekasih gelapnya di Riviera.

Setelah ditekan-tekan oleh polisi, sopir Nyonya Murray akhirnya memberikan keterangan tambahan. Begitu mendengar tembakan-tembakan, ia melongok dari jendela kamarnya di dekat garasi. Dan ia melihat bayangan seorang wanita di balkon, di luar kamar tidur majikannya. Wanita itu, tentunya Nyonya Murray, melemparkan sesuatu ke kandang anjing di bawah. Suaranya seperti sebuah logam yang dilemparkan dari atas.

Kandang anjing kemudian diperiksa. Ditemukan sebuah revolver, di dekat salah seekor anjing. Pemeriksaan senjata dan perbandingan dengan peluru-peluru yang ditemukan, membuktikan bahwa revolver itulah senjata untuk membunuh.

Nyonya Murray atas desakan polisi terpaksa menyerahkan sarung tangan sebelah kanan yang disembunyikannya.  Ketika diperiksa, ternyata terdapat sisa-sisa nitrat pada sarung tangan ini. Tentunya nitrat tersebut berasal dari ledakan peluru. Atas pertanyaan polisi, Nyonya Esther Murray mencoba memberikan keterangan lain. Katanya, dengan sarung tangan itu ia mengambil pupuk nitrat untuk tanaman-tanamannya di kebun.

Esther del Rosario Murray ditahan atas tuduhan membunuh suaminya. Proses peradilan menimbulkan banyak sensasi. Nyonya Murray tetap berpegang teguh pada pernyataannya yang semula bahwa suaminya dibunuh oleh orang yang masuk ke dalam rumah lewat jendela. Pembela berusaha menyelamatkan kliennya dengan teori pembunuhan oleh tokoh-tokoh yang berkaitan dengan perdagangan ilegal. 

Teori ini memang menarik, tapi bukti-buktinya tidak kuat. Bukti-bukti dan keterangan saksi mengarah pada Esther del Rosario Murray sebagai pembunuh. Wanita ini, yang dalam perkawinan pertama pernah merasakan cinta dan kebahagiaan, ingin mempertahankan kebahagiaan dengan suami keduanya. Awalnya ia mencoba dengan kelembutan. Namun ketika tidak berhasil, ia pun memilih jalan kekerasan. Ia memukul lebih dulu sebelum George Murray sempat menghancurkan kebahagiaannya dengan berselingkuh.

Hakim Ceferino de los Santos membacakan keputusan pengadilan. Sidang menyatakan tertuduh bersalah. Esther del Rosario Murray dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Beberapa kali permohonan naik banding diajukan. Tapi tidak berhasil. BuIan Oktober 1959 ia mulai menjalani hukumannya.

(Leonard Gribble)

Baca Juga: Siapakah Pembunuh Petani Kaya Itu

 

" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553799242/gara-gara-seorang-bintang-film" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1690565997000) } } }