array(2) { [0]=> object(stdClass)#53 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3761001" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#54 (9) { ["thumb_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/05/16/perkara-yang-berekor-panjangjpg-20230516062800.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#55 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(5) "Ade S" ["photo"]=> string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png" ["id"]=> int(8011) ["email"]=> string(22) "ade.intisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(141) "Evans datang ke kantor polisi dan mengaku telah membunuh istrinya. Namun setelah diselidiki, ia terus memberikan pengakuan yang berubah-ubah." ["section"]=> object(stdClass)#56 (8) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["show"]=> int(1) ["alias"]=> string(5) "crime" ["description"]=> string(0) "" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/05/16/perkara-yang-berekor-panjangjpg-20230516062800.jpg" ["title"]=> string(28) "Perkara yang Berekor Panjang" ["published_date"]=> string(19) "2023-05-16 06:28:07" ["content"]=> string(53473) "
Intisari Plus - Evans datang ke kantor polisi dan mengaku telah membunuh istrinya. Namun setelah diselidiki, ia terus memberikan pengakuan yang berubah-ubah. Penyelidikan pun menuntun polisi pada kasus pembunuhan lain yang dilakukan oleh tetangga Evans.
---------------
Rumah sempit bertingkat tiga di Rillington Place nomor 10 di daerah North Kensington di London, dihuni oleh tiga keluarga.
Di tingkat paling bawah tinggal suami istri Christie yang selalu mengasingkan diri dari tetangga. John Halliday Reginald Christie seorang pemegang buku.
Di tengah tinggal seorang Ianjut usia bernama Kitchener. (Ketika peristiwa ini terjadi, Kitchener sedang berbaring di rumah sakit).
Di tingkat paling atas tinggal keluarga Evans. Timothy John Evans yang lahir di Wales tahun 1924 itu seorang sopir. Karena pernah mengalami kecelakaan waktu kecil, tinggi badannya tidak seberapa. Ia hampir tidak bisa membaca ataupun menulis. Pada tahun 1947 ia menikah dengan seorang operator telepon yang masih muda dan manis. Mengapa gadis manis itu menikah dengan pria bertampang buruk dan hampir buta huruf, merupakan suatu teka-teki.
Di rumah itu tidak ada gudang dan kamar mandi. Kakus satu-satunya terletak di halaman, harus dipakai oleh semua penghuni rumah di ujung jalan buntu itu.
Keluarga Evans pindah ke sana pada waktu Paskah tahun 1948. Waktu itu Nyonya Evans sudah melahirkan seorang anak perempuan. Ketika anak itu berumur setahun, Nyonya Evans merasa ia mengandung lagi. la bermaksud menggugurkan kandungannya karena alasan keuangan. Pada saat mulai membentuk rumah tangga mereka berutang banyak untuk membeli perabot. Karena penghasilan Evans kecil, mereka takut tidak mampu membiayai kelahiran dan perawatan anak keduanya nanti.
Tanggal 10 November 1949 Evans bercerita kepada tetangga-tetangganya di sekitar bahwa ia berhenti bekerja. Sebenarnya ia diberhentikan. Ia bisa mengemudikan mobil dengan baik, tetapi majikannya tidak senang karena ia selalu berbohong dan gugup. Lagipula ia selalu meminta persekot gaji.
Keesokan harinya, Evans menjual perabot rumah tangganya dengan harga hanya 40 ponsterling. Barang-barang itu diambil orang tanggal 14 November.
Kepada tetangga-tetangga ia bercerita bahwa istri dan anaknya pergi ke Brighton, ke rumah mertua Evans. Tanggal 14 November malam, Evans pulang ke daerah asalnya di Cardiff.
Bibinya, Nyonya Lynch mendapat keterangan bahwa Nyonya Evans dan anaknya sedang berada di Brighton.
Tanggal 23 November ia kembali ke Rillington Place untuk bercakap-cakap sebentar dengan Christie lalu kembali ke Wales seminggu. Kepada bibinya ia menerangkan sudah bertemu dengan istrinya dan anaknya. Mereka akan dibawanya ke New Port, katanya.
Evans masih mempunyai ibu. Ibunya bernama Nyonya Probert karena sudah menikah kembali dengan seseorang bernama Probert. Nyonya Probert mendengar anaknya berada di Cardiff, tetapi entah ke mana menantu dan cucunya. Ia mengirim telegram ke besannya di Brighton untuk menanyakan keadaan menantu dan cucunya. Namun ia mendapat jawaban bahwa sang besan tidak pernah bertemu dengan Nyonya Evans sejak tanggal 5 November.
Ketika Evans dan istrinya masih tinggal di Rillington Place, Nyonya Probert pernah melerai pertengkaran mereka. Ketika itu istri Evans mengajak temannya yang berumur 17 tahun menginap sehingga Evans mesti tidur di dapur. Nyonya Probert berhasil membuat gadis tadi keluar rumah.
Nyonya Probert rupanya mengutus anaknya yang seorang lagi, yaitu saudara tiri Evans untuk menanyakan ke Rillington Place 10, siapa yang tahu di mana menantu dan cucunya saat ini. Ternyata mereka pun tidak tahu.
Jadi Nyonya Probert menulis surat kepada bekas iparnya, Nyonya Lynch. Di surat itu ia menyatakan kemarahannya kepada Evans, yang katanya selalu berbohong dan berutang. Pasti nasibnya akan sama seperti ayahnya, tulisnya. Surat itu tiba tanggal 30 November dan Nyonya Lynch membacakannya kepada Evans. Rupanya hati Evans tersentuh.
Sore itu juga ia pergi ke kantor polisi untuk mengaku, “Saya telah membunuh istri saya. Saya memasukkan mereka ke dalam saluran kotoran.”
Petugas polisi mula-mula tidak percaya dan memperingatkan agar Evans berhati-hati memberi pengakuan.
Akan tetapi Evans malah menyatakan, “Saya benar-benar menyadari apa yang saya katakan. Saya tidak bisa tidur dan harus mengeluarkan isi hati. Saya akan menceritakan semuanya dan Anda pun dapat menuliskannya. Saya tidak dapat membaca dan menulis.”
Kemudian Evans memberi pengakuan menyeluruh di depan para petugas polisi. Permulaan bulan Oktober, istrinya bermaksud menggugurkan kandungan. Evans sebenarnya tidak berkeberatan mempunyai satu anak lagi. Tetapi istrinya tidak dapat diyakinkan. Sesudah beberapa percobaan pengguguran, istrinya sangat lemah dan tampak sakit. Timbullah pertengkaran yang tiada henti-hentinya di antara mereka.
Pada tanggal 6 November, istrinya menyatakan bahwa jika pengguguran tidak berhasil, maka ia akan bunuh diri bersama anaknya. Pada hari berikutnya, di sebuah restoran antara Ipswich dan Colchester, ia mencurahkan kesulitannya kepada seseorang. Orang ini memberinya botol kecil yang dibungkus dalam kertas cokelat sambil berkata, “Katakanlah pada istri Anda agar besok pagi sebelum minum teh, ia meminum sedikit cairan ini dan berbaring. Nanti semuanya akan terjadi sebagaimana diharapkan.”
Sesampai di rumah, ia memberikan botol itu kepada istrinya dan menyatakan agar meminum obat ini. Akan tetapi pagi berikutnya ia menyatakan jangan berbuat demikian. Waktu ia hendak menyalakan lampu gas di malam hari, ia menemukan istrinya meninggal. Rupanya si istri meminum obat ini. Ia kemudian mengurus anaknya di antara jam 1 dan 2 dini hari, lalu membuang mayat istrinya ke saluran kotoran di depan rumah. Sehari sesudah kejadian, ia minta berhenti bekerja dan menjual barang-barang rumah tangga.
Ini pengakuan pertama yang diberikan Evans. Para petugas polisi tidak begitu terkesan. Orang-orang yang bersifat agak eksentrik biasanya sering membuat pengakuan. Kemudian pengakuan itu ternyata tidak berdasar atau malahan ditarik kembali. Yang menonjol pada pengakuan pertama Evans, ia tidak menunjukkan perasaan menyesal.
Sesudah mencari keterangan lewat telepon, maka Polisi London mengadakan pemeriksaan di rumah Rillington Place nomor 10. Di dalam saluran kotoran tidak dapat ditemukan bekas mayat sedikit pun. Karena diperlukan tenaga tiga orang petugas polisi untuk mengangkat tutup saluran, maka dari awal diketahui bahwa Evans tidak mungkin membukanya tanpa bantuan orang lain.
Menyadari bahwa orang tidak mempercayainya, maka Evans menarik kembali pengakuannya pada hari yang sama (30 November). Kini para petugas mendapatkan pengakuan versi baru, “Yang saya ceritakan tentang lelaki di restoran itu tidak benar, demikian pula tentang pembuangan ke saluran. Saya hanya ingin menutupi seorang lelaki bernama Christie.” Inilah untuk pertama kalinya ia menyebut nama Christie.
Ketika dipaksa untuk menceritakan yang sebenarnya, maka malam itu Evans mengaku sebagai berikut. Seminggu sebelum ajal istrinya, Christie menemui Evans. Ia menyatakan bahwa mengetahui istri Evans meminum obat pengguguran. Andai kata Nyonya Evans meminta pertolongan Christie, maka ia akan mampu mengambil janin itu tanpa menimbulkan bahaya.
Konon menurut Christie, sebelum perang ia bekerja pada seorang dokter. Lalu ia memperlihatkan buku-buku medis. Akhirnya ia menyatakan bahwa ada kemungkinan seorang di antara sepuluh wanita yang memakan obatnya akan meninggal. Evans menjawab bahwa ia tidak berminat mempertimbangkan hal itu.
Waktu Evans menceritakan hal tersebut pada istrinya, istrinya ingin menerima tawaran Christie sebab ia percaya pada Christie. Pada tanggal 7 November, istri Evans menyatakan pada suaminya bahwa Christie telah mengadakan persiapan yang diperlukan. Christie pun pada hari berikutnya mengatakan hal yang sama pada Evans.
Pada malam hari itu juga Christie menunggu Evans di dekat tangga dan berkata, “Kabar buruk. Tidak berhasil.” Di dalam kamar tidur Evans menemukan istrinya sudah meninggal. Di atas selimut dan bantal ada noda-noda darah. Christie kemudian menyembunyikan mayat di rumah Kitchener dahulu. Evans bertanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Christie menjawab bahwa ia akan melemparkan mayat ke dalam saluran kotoran.
Evans selanjutnya memutuskan untuk membawa anaknya ke ibunya pada hari berikutnya. Christie tidak mengizinkan hal itu karena bisa menimbulkan kecurigaan. Ia menyarankan agar menitipkan anak perempuan itu kepada sepasang suami istri di East Acton. Waktu Evans pulang malam, Christie menceritakan bahwa suami istri itu telah menjemput anak perempuan tadi. Mayat istri Evans telah dibuangnya ke dalam saluran. Atas nasihat Christie, maka Evans menjual perabot rumah tangga dan meninggalkan London. Akhirnya ia pergi ke Cardiff. Kepada ibunya ia katakan bahwa istri dan anaknya pergi berlibur.
Pengakuan ini lebih dapat dipercaya. Polisi mulai mencari keterangan-keterangan yang lebih meluas. Mereka pertama meminta keterangan Nyonya Probert dan Nyonya Lynch, namun tidak mendapat informasi baru. Ibu Evans menyatakan, “Saya tahu bahwa anak saya mempunyai daya imajinasi yang besar dan seorang pembohong besar.”
Polisi London sekali lagi memeriksa rumah itu. Di halaman tidak tampak hal yang menarik perhatian. Di rumah Evans selain buku roman kriminal, ditemukan tas yang dicurinya. Tidak ada bekas-bekas Nyonya Evans ataupun anaknya! Petugas polisi mulai ragu-ragu, apakah benar-benar telah terjadi kejahatan. Mungkin ibu dan anak selamat di Bristol atau di Brighton. Akan tetapi pengusutan di kedua kota tidak membuahkan hasil.
Evans dipanggil ke London dari Wales. Sebelum ia tiba, polisi kembali mengadakan pemeriksaan di rumah (tanggal 2 Desember 1949) dan tidak menemukan apa-apa. Pintu ke sebuah ruang dikunci. Para petugas meminta keterangan mengenai ruangan ini. Nyonya Christie menyatakan bahwa ruangan itu adalah semacam ruangan cuci, akan tetapi jarang dipakai. Kunci rusak dan hanya dapat dibuka dengan bantuan sebuah kepingan baja. Para petugas mulai membuka pintu. Di dalam ruangan gelap. Di atas lubang di tengah-tengah ruangan ditumpukkan kayu. Sesudah menyisihkan kayu, mereka menemukan bungkusan yang diikat. Nyonya Christie mengaku tidak mengetahui isi bungkusan itu dan bahwa ia baru pertama kali dalam hidupnya melihat bungkusan itu.
Para petugas polisi membawa bungkusan ke halaman dan membuka ikatan. Tampak sepasang kaki manusia. Sebelum bungkusan dibuka seluruhnya, ahli patologi kementerian dalam negeri Dr. Donald Teare, dipanggil untuk memeriksanya. Waktu para petugas polisi membuka bungkusan lebih lanjut, maka tampak badan manusia yang dibungkus dengan taplak meja hijau. Ternyata badan Nyonya Evans! Di ruang yang sama, di bawah kayu untuk membuat api, mereka menemukan mayat anak Nyonya Evans yang berusia 14 bulan. Mayat itu masih berpakaian; sebuah dasi lelaki melingkar di leher anak perempuan tadi.
Anehnya kedua mayat tidak bau. Keduanya dalam keadaan baik. Tetapi waktu itu memang sangat dingin. Para tetangga kemudian menyatakan bahwa mereka sering melihat Christie menyemprotkan obat disinfektan di rumah dan halaman. Akhir Oktober hingga pertengahan November, pekerja keluar masuk ruangan cuci. Mereka menyimpan peralatan mereka di sana, tanpa mengetahui ada telah disembunyikan di situ sejak tanggal 8 atau 10 November.
Waktu diadakan pemeriksaan di pengadilan, ditemukan luka-luka berat pada leher dan tengkuk wanita muda tadi. Dari luka-luka kulit diambil kesimpulan bahwa ia dicekik dengan tali atau tambang yang tebal. Mata kanan dan bibir atas membengkak, seperti telah kena tinju. Bekas-bekas pengguguran kandungan tidak terlihat. Si anak juga memperlihatkan tanda-tanda dicekik di leher. Tidak diragukan lagi bahwa ibu dan anak dicekik.
Di kantor polisi, pakaian korban dan dasi yang ditemukan pada anak diperlihatkan pada Evans. Kemudian ia diberi tahu di mana ditemukan mayat ibu dan anak. Ia tampak terkejut. Air mata keluar.
Waktu inspektur polisi menyatakan bahwa Evans bisa dituduh mencekik ibu dan anak, ia menjawab tanpa ragu-ragu, “Ya, memang saya!”
Kemudian ia memberikan pengakuan yang ketiga. Tiba-tiba kini ia mengaku bahwa dialah yang telah membunuh kedua orang itu.
Istrinya makin lama makin banyak utang dan sudah tidak bisa ditanggungnya lagi. Pada tanggal 8 November mereka bertengkar mulut dan istrinya menyatakan ingin pindah ke ayahnya bersama anak mereka. Sementara bertengkar, mereka saling memukul. Akhirnya ia tidak bisa menguasai diri dan mencekik istrinya dengan tambang dari truknya. Mayat semula disembunyikannya di rumah Christie. Tengah malam, waktu ia mengira bahwa suami istri Christie sudah tidur, mayat diseretnya ke ruangan cuci. 2 hari kemudian, ia juga mencekik anaknya dengan dasinya dan membawanya ke ruangan cuci. Semua itu dilakukannya sendirian saja.
Setelah selesai memberikan pengakuan tanggal 2 Desember malam, Evans menerangkan, “Saya merasa ringan kini, sudah saya keluarkan.”
Dalam pengakuan yang ketiga ia tidak menyebut Christie sekalipun, begitu pula tentang percobaan pengguguran. Dalam keterangannya juga tidak dikatakan mengapa ia masih membunuh anaknya sesudah membunuh istrinya.
Seorang petugas polisi sehari sesudah pengakuannya menyatakan bahwa ia akan dihukum karena membunuh istrinya. Evans berkata, “Ya, boleh.” Keterangan bahwa ia juga akan diadili karena membunuh anaknya, disambut dengan tenang olehnya.
Ketika dihadapkan ke pengadilan, ia berkata kepada ibunya, “Saya tidak melakukannya, Mama. Christie yang melakukan. Katakan kepada Christie saya ingin berjumpa. Ia orang satu-satunya yang dapat menolong saya.” Waktu Christie dihubungi Nyonya Probert, ia menolak bertemu. Pada tanggal 15 Desember, pada salah seorang pengacara Evans menyatakan juga bahwa Christie yang melakukan pembunuhan-pembunuhan.
Akan tetapi terhadap dokter penjara, Dr. Matheson, ia bercerita dengan santai seperti dalam pengakuan terakhir pada polisi. la tidak menuduh Christie sekalipun, tidak pula dalam percakapan-percakapan yang kemudian ia lakukan dengan dokter itu.
Sidang dibuka tanggal 11 Januari 1950 di Pengadilan London, diketuai oleh Hakim Lewis yang berpengalaman dan penuh pengertian. Yang menjadi penuntut adalah Humphrey dan Elam. Pembelanya adalah Pengacara Morris.
Karena menurut Hukum Pidana Inggris hanya mungkin dilakukan hukuman atas satu pembunuhan saja, maka jaksa dalam sidang utama membatasi tuduhan pada pembunuhan anak. Tuduhan membunuh istri ditiadakan karena mungkin Evans diprovokasi. Pasalnya telah terjadi saling memukul antara suami istri itu.
Evans menyatakan dirinya tidak bersalah.
Christmas Humphrey kemudian berbicara mewakili penuntut. Ia mendasarkan tuduhan atas pengakuan Evans yang terakhir. Menurut pendapatnya, penyebab pembunuhan harus dicari dalam pertengkaran terus-menerus antara tertuduh dan istrinya dan dalam keadaan depresi tertuduh.
Saksi utama bagi pihak penuntut adalah Christie. Ia dihadapkan dan diperkenalkan sebagai seseorang yang berasal dari keluarga baik-baik, yang di dalam kedua Perang Dunia telah mengabdi di ketentaraan dan kepolisian. Oleh karena itulah ia dapat dipercaya.
Keterangan pembela, bahwa Christie telah lima kali dihukum karena pencurian, penggelapan, dan penganiayaan, tidak dianggap serius oleh pengadilan. Kemudian Pembela Malcolm Morris menyatakan kepada Christie bahwa bukan tertuduh melainkan Christielah yang mendorong dan melakukan kedua pembunuhan. Tetapi pernyataan ini pun tidak dianggap serius.
Sebagai seorang bekas petugas polisi, Christie mengetahui bagaimana harus berlaku di depan pengadilan. Ia memberikan kesaksian dengan sopan dan jelas. Dengan demikian ia meninggalkan kesan baik. Menurutnya, pada tanggal 8 malam menjelang 9 November, istrinya dan dia terbangun karena mendengar suara keras di bagian atas rumah, seperti ada orang memindah-mindahkan perabot. Pagi berikutnya ia berjumpa dengan Evans. Waktu Christie bertanya di mana istri dan anak Evans, pria itu menjawab bahwa mereka pergi berlibur. Kemudian Evans menjual perabot rumah tangganya dan pergi. Pada tanggal 23 November Evans tiba-tiba kembali dan menceritakan bahwa istrinya telah meninggalkannya. Selain itu ia juga tidak mempunyai pekerjaan dan bermaksud untuk pindah ke Wales.
Sesudah Christie, istrinya menyusul dihadapkan sebagai saksi. Ia membenarkan keterangan suaminya dan meninggalkan kesan baik yang tidak kalah dari suaminya.
Kini pembela meminta tertuduh sendiri dihadapkan. Keterangannya hampir sama dengan pengakuan kedua di depan polisi, tanggal 30 November. Ia mengakui bahwa banyak keterangannya di depan polisi tidak sesuai dengan kebenaran. Katanya karena sangat gugup, takut dipukuli, dan ia ingin menutupi kesalahan Christie.
Evans selama persidangan beberapa kali mengubah pengakuan. Hal ini sangat memberatkannya dan tidak menambahkan kepercayaan baginya. Sesudah Evans harus mengakui setiap kebohongannya, salah seorang penuntut, Humphrey, bertanya, “Anda menyatakan bahwa Christie pembunuh istri Anda. Dapatkah Anda menerangkan mengapa ia mencekik istri Anda?”
“Ya, ia selalu di rumah.”
“Dapatkah Anda menerangkan mengapa ia 2 hari kemudian mencekik juga anak perempuan Anda?”
“Tidak.”
Pembela, yang yakin kliennya tidak bersalah, berat menghadapi penuntut. Sia-sia saja Morris menerangkan bahwa Evans suka damai serta tidak pernah berurusan sekalipun dengan yang berwajib. Sia-sia pula ia menekankan bahwa Evans buta huruf dan tidak ada motif untuk kedua pembunuhan tadi. Pembela tidak berhasil, meskipun ia sekali lagi menunjukkan bahwa saksi utama Christie pernah lima kali dihukum.
Dalam kesimpulannya hakim pun mendasarkan semua atas keterangan Christie. Ia menganggap tidak mungkin Christie yang menjalankan pembunuhan. Tidak ada bukti sedikit pun. Apa motifnya untuk membunuh seorang anak berusia 14 bulan? Di pihak lain, Evans adalah seorang pembohong yang tidak tertolong. Kesimpulan yang diambil hakim sudah jelas. Pada juri kesalahan Evans itu seperti sudah ditekankan.
Pada tanggal 13 Januari 1950, juri, seperti sudah diharapkan oleh umum, menganggap Evans bersalah membunuh anaknya. Karena itu ia oleh hakim dijatuhi hukuman mati. Evans tenang, akan tetapi Christie langsung menangis. Di luar ruang sidang ibu Evans berteriak pada Christie, “Pembunuh, pembunuh!”
Nyonya Christie menjawab, “Jangan berani menyebut suami saya seorang pembunuh! Ia orang baik.” Christie hampir saja pingsan.
Permintaan naik banding ditolak pada tanggal 20 Februari. Di Penjara Pentonville, Evans seperti acuh tidak acuh. Ia tenang-tenang saja. Selera makannya dan tidurnya baik, begitu pula kelakuannya. Para dokter dan petugas penjara menilainya sebagai orang yang primitif akan tetapi bukan jahat. Tidak seorang pun berpendapat bahwa ia tidak tahu apa yang dikerjakannya. Ia tidak merasa salah. Berkali-kali ia berkata bahwa Christielah si pembunuh.
Menteri dalam negeri menyarankan kepada raja untuk menolak permintaan ampun. “Hukum harus dijalankan.” Pada tanggal 9 Maret 1950 Evans dihukum mati di Pentonville.
Bagaimana selanjutnya?
Suami istri Christie masih saja menghuni rumah Rillington Place 10 sesudah Evans dihukum mati. Mereka tetap tinggal di situ, meskipun rumah tadi sudah dijual kepada seorang penjaga pintu hotel yang berasal dari Jamaika. Pemilik baru menyewakan kedua tingkat teratas pada orang-orang setanah airnya. Christie sering sakit dan pada musim semi serta musim panas 1952 beberapa bulan lamanya ia dirawat di rumah sakit. Musim gugur 1952 ia mulai bekerja kembali. Tetapi pada tanggal 6 Desember ia berhenti lagi dan menyatakan ia ingin pindah ke sekitar Sheffield. Bulan Maret akan mencari pekerjaan di situ.
Pada tanggal 12 Maret, hari Jumat, orang melihat Nyonya Christie berada di luar rumah untuk terakhir kali. Ia memberikan cucian ke perusahaan mencuci, akan tetapi tidak pernah mengambilnya kembali. Beberapa lama sebelum Natal, kakaknya mendapat surat dari Christie, yang menerangkan bahwa istrinya menderita reumatik di buku-buku jari-jari dan tidak dapat menulis sendiri. Namun selain daripada itu, ia sehat-sehat saja.
Ia juga menulis surat kepada abang istrinya dan menandatangani surat dengan nama istrinya dan namanya sendiri. Ia bercerita kepada seorang tetangga bahwa ia akan segera pindah ke Sheffield dan menyampaikan salam istrinya. Seorang wanita muda yang berasal dari Jamaika melihat bahwa Christie setiap pagi menyemprotkan disinfektan di rumah dan halaman. Pada tanggal 8 Januari, ia menjual perabot rumah tangga kepada orang yang dulu membeli barang-barang Evans. Ia juga berhasil mengambil uang simpanan di bank yang disimpan atas nama istrinya.
Pada pertengahan bulan Maret, Christie menawarkan rumahnya kepada Nyonya Reilly yang sedang mencari rumah. Suaminya membayar persekot untuk 3 bulan sewa. Pada tanggal 20 Maret Christie keluar dari rumahnya. Akan tetapi karena si pemilik rumah tidak setuju suami istri Reilly tinggal di tempat bekas Christie, mereka tidak bisa tinggal di sana. Tempat itu kemudian disewakan kepada orang-orang yang datang dari Jamaika.
Penyewa yang baru pada tanggal 24 Maret ingin menaruh radio di dapur. Ia menemukan tempat di dinding yang seperti kosong kalau diketok-ketok. Karena rasa ingin tahu, ia melepaskan kertas perekat dinding dan tiba-tiba melihat punggung mayat telanjang di sebuah tempat yang dalam.
Polisi yang segera dipanggil menentukan bahwa itu adalah mayat seorang wanita. Mayat diletakkan di sebuah tumpukan kotoran dengan punggungnya menghadap ke dapur. Kepala mayat menunduk, pada hidungnya ditemukan bekas-bekas darah. Waktu mayat itu diambil dari tempat tadi, ditemukan mayat kedua, yang dibungkus dalam selimut berwarna gelap. Kemudian masih ditemukan mayat ketiga. Malam itu, polisi yang memeriksa rumah dengan teliti, masih menemukan mayat keempat, yang terdapat dalam kotoran yang ada di bawah lantai kayu di ruang depan: mayat Nyonya Christie.
Ketiga mayat yang ditemukan di dalam dinding adalah wanita-wanita tunasusila usia 20 hingga 30 tahun. Ketiganya tampaknya diracuni dengan gas yang keras, meskipun tidak mematikan. Dapat dilihat bahwa sebelum ajalnya ketiga wanita itu tidak memberi perlawanan. Mereka kemudian dicekik. Pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa sewaktu ajal mereka, ataupun segera sesudahnya, telah terjadi senggama.
Tidak memerlukan waktu lama untuk mengenal kembali ketiga wanita tunasusila itu. Nama mereka Hectorina MacLennan, Kathleen Maloney, dan Rita Nelson. Mereka baru dinyatakan hilang beberapa minggu atau bulan (kira-kira 20, 50 dan 70 hari). Pada mayat Nyonya Christie tidak ditemukan peracunan oleh gas. Akan tetapi ia juga dicekik. Ajalnya tiba kira-kira 12 atau 15 minggu sebelumnya.
Di mana Christie berada waktu ditemukan hal-hal yang mengejutkan ini, tidak diketahui orang. Gambarnya disebar luaskan di semua koran. Meski begitu, ia belum ditemukan.
Sesudah rumah diperiksa dari atas ke bawah, kini orang juga memeriksa halaman. Di tempat tanaman kembang, pada tanggal 27 Maret 1953, ditemukan banyak tulang belulang. Polisi menetapkan bahwa itu adalah tulang belulang manusia. Juga ditemukan rambut manusia. Tulang yang dipakai sebagai penyangga pagar halaman, ditentukan sebagai tulang paha manusia. Semua dibawa ke Lembaga Kedokteran Pengadilan Scotland Yard. Sesudah itu diperiksa di dua lembaga lagi. Ternyata tulang-tulang dua wanita.
Sementara itu juga ditemukan gigi palsu seperti buatan Jerman atau Austria. Fakta ini lekas menolong mengungkapkan identitas mayat wanita pertama yang ditemukan di halaman. Ternyata itu adalah sisa-sisa seorang siswi perawat bernama Ruth Margarete Christine Fuerst, yang dianggap hilang sejak tahun 1943. Kerangka lain kepunyaan Muriel Amelia Eady, yang pada tahun 1944 hilang waktu berusia 32 tahun. Mereka dua wanita yang mempunyai nama baik.
Muriel Eady berkenalan dengan Christie di kantin pabrik tempat Christie dahulu bekerja. Terakhir ia dilihat orang pada tanggal 7 Oktober 1944. Karena pengusutan mengenai tempat tinggalnya tidak berhasil, orang menyangka bahwa ia tewas kena bom yang berjatuhan di London.
Mungkin kedua mayat itu tidak pernah akan ditemukan, jika gairah membunuh pada Christie tidak timbul kembali. Bahwa di halaman terkubur dua mayat wanita selama 10 tahun, tidak mengganggu ketenteraman jiwanya. Begitu pula kenangan pada Evans, penghuni serumah yang dihukum gantung hampir 3 tahun sebelumnya.
Sesudah keenam mayat itu ditemukan, polisi mulai bertanya, bagaimana Christie bisa membujuk kelima wanita yang tidak dikenalnya itu masuk rumah. Di daerah di mana ia tinggal, ia terkenal sebagai penggugur kehamilan. Biarpun tidak ada bukti, omongan orang sudah cukup untuk mendatangkan wanita-wanita ke rumahnya. Katanya Nyonya Christie membantu suaminya pada waktu ia menjalankan pengguguran, tetapi sama sekali tidak ada bukti.
Biarpun banyak koran memuat gambar Christie, ia lama ditemukan. Pada hari tanggal 31 Maret, seorang petugas polisi melihat seorang lelaki di tepi Sungai Thames sedang membungkuk di pagar memandang ke depan. Lelaki itu memakai topi, karena itu mukanya tidak mudah dikenal.
Petugas polisi mendekatinya dan bertanya, “Apa yang Anda kerjakan di sini? Apakah Anda mencari pekerjaan?” Lelaki itu mengangguk. Si petugas kemudian bertanya siapa namanya.
Lelaki itu menyebutkan nama dan petugas bertanya, “Apakah Anda mempunyai surat-surat tanda pengenal?”
Jawaban yang diberikan, “Tidak satu pun.” Petugas meminta orang yang tak dikenal itu agar membuka topi. Sesudah itu ia tidak ragu-ragu lagi, pria itu Christie!
Waktu mereka sedang dalam perjalanan ke kantor polisi, Christie mengambil dompet dan di dalamnya petugas menemukan kartu pengenal, lalu kartu-kartu makanan untuk dia dan istrinya dan masih ada kartu-kartu pengenal lainnya. Waktu badannya diperiksa masih ditemukan lagi kartu-kartu pengenal lain, sehingga identitasnya sudah tidak salah lagi.
Di kantor polisi mula-mula Christie diberi cukup sarapan. Kemudian datanglah para petugas Scotland Yard untuk mengadakan interogasi. Christie mengambil taktik yang masih terus dipegangnya hingga mati: ia berdusta, melebih-lebihkan atau menyatakan bahwa ia sudah tidak dapat mengingat apa-apa lagi.
Tetapi tanggal 31 Maret, Christie mulai memberi pengakuannya yang pertama. Katanya pada tanggal 14 Desember 1952 ia bangun jam 8 pagi dan melihat istrinya terguncang-guncang kesakitan seperti menderita kejang di tempat tidur. Mukanya biru dan seperti kurang udara. Ia membantu sekuat tenaga agar istrinya dapat bernafas dengan baik, akan tetapi tidak ada harapan. Karena ia tidak tahan melihat istrinya menderita, ia mengambil kaos panjang dan mengikatnya di leher istrinya. Ia melihat bahwa istrinya itu mungkin menghabiskan dua bungkus obat tidur. Istrinya kemudian tercekik. Mayatnya ditinggalkannya dua atau tiga hari di tempat tidur dan kemudian diletakkan di bawah lantai kayu di kamar depan rumah.
Waktu diadakan pemeriksaan mayat, di badan Nyonya Christie tidak ditemukan bekas obat tidur sedikit pun. Tetapi sudah pasti bahwa ia dicekik. Memang tidak dapat diragukan lagi bahwa hal itu telah dilakukan dengan rencana terlebih dahulu. Tidak ada bukti sama sekali bahwa matinya itu disebabkan “kasihan”. Christie telah membunuh istrinya dengan sengaja.
Menurut Christie, Kathleen Maloney menegurnya di jalan, mengganggunya, dan akhirnya ikut dengannya ke rumah. Di situ Kathleen bertengkar dengannya dan mengambil wajan bertangkai untuk memukul Christie. Waktu sedang saling memukul, Kathleen jatuh ke sebuah kursi tempat ada tali menggantung. “Saya tidak tahu apa yang terjadi, akan tetapi mungkin saya gelap mata. Saya hanya ingat bahwa Kathleen terbaring di kursi tadi dengan tali melingkar leher.” Kemudian ia mungkin telah menyembunyikannya ke dalam dinding, sesudah membuka papan yang ada di dinding.
Beberapa waktu sesudah itu ia berkenalan dengan Rita Nelson di sebuah restoran. Rita mencari rumah bersama temannya, dan karena ia mendengar bahwa Christie akan pindah rumah, Rita datang ke rumahnya untuk melihat-lihat. Di rumah itu ia bertengkar dengan Christie dan menyerangnya. Ia ingat bahwa terjadi sesuatu. Tiba-tiba saja Rita terbaring mati di lantai.
Tidak lama kemudian, ia berkenalan dengan seorang lelaki dan seorang wanita, yang menceritakan bahwa mereka harus keluar dari rumah mereka dan harus mencari tempat tinggal lain. Christie menawarkan mereka untuk tinggal bersamanya. Mereka pun beberapa hari tinggal bersamanya, lalu pergi lagi mencari rumah. Si wanita, Hectorina McLean, kembali ke rumah Christie untuk menunggu teman lelakinya di situ. Christie memegang lengannya dan menyuruhnya keluar rumah. Karena itu, mereka saling memukul. Si wanita jatuh ke lantai dan agaknya gaunnya mencekik leher. Waktu Christie memegang pergelangan tangannya, ia sudah sekarat. Christie menaruhnya di belakang dinding juga.
Ia masih tinggal 3 minggu di dalam rumahnya, kemudian pergi tidak menentu di London.
Yang aneh di dalam pengakuan ini adalah tidak ada pengakuan mengenai peracunan gas ataupun pemerkosaan. Christie tidak menduga bahwa ahli medis dapat membuktikan hal itu.
Christie, yang pada tanggal 1 April dimasukkan ke Penjara Brixton, dituduh membunuh istrinya serta tiga wanita lain yang disimpannya di dinding. Ia kemudian dihadapkan ke pengadilan untuk diadili.
Pada tanggal 22 April untuk pertama kali didengarnya bahwa di halamannya ditemukan dua kerangka. Ia langsung mengaku bahwa ia sendiri yang membunuh kedua wanita itu. 5 hari kemudian, ia menceritakan kepada pembelanya dan kepada seorang dokter yang diminta oleh pembela untuk hadir, bahwa ia juga bertanggung jawab untuk kematian Nyonya Evans. Akan tetapi tentang pembunuhan Geraldine yang berumur 14 bulan, ia tidak tahu-menahu.
Akhir Mei, Christie dibawa ke psikiater. Semua dokter yang memeriksanya berkesimpulan bahwa Christie sangat abnormal. Tetapi meskipun demikian, ia masih boleh dimintai pertanggungjawaban.
Waktu diminta keterangan tentang wanita-wanita yang mayat-mayatnya dikubur di halaman, ia pertama-tama bicara tentang Ruth Fuerst, seorang wanita Austria. Wanita itu dikenalnya selama musim panas 1943. Ruth sering mengunjunginya selama istrinya tidak ada di rumah. Pada salah satu kesempatan itu, ia mencekiknya saat sedang bersenggama dengannya. Mayatnya tadinya disembunyikan di bawah kayu-kayu di rumahnya, kemudian di ruangan cuci, dan akhirnya di halaman.
Muriel Eady dijumpainya di bulan Desember 1943 di sebuah pabrik radio tempat ia bekerja. Antara keduanya segera terjalin hubungan persahabatan. Ia membawa wanita itu untuk diperkenalkan kepada istrinya dan si wanita memperkenalkannya ke keluarganya. Waktu ia mendengar bahwa wanita muda itu menderita penyakit yang kronis, ia menawarkan untuk menyembuhkannya. Ia meminta wanita itu datang ke rumahnya, sementara istrinya sedang bepergian, dan disambungkan wanita tadi pada sebuah alat yang dibuatnya sendiri. Tabung gelas segi empat dengan tutup metal berlubang dua. Melalui saluran karet ke lubang yang satu dimasukkan Friars Balsam (balsam untuk disedot) dan melalui saluran lain gas untuk masak. Friars Balsamnya hanya di gunakan untuk menutup bau gas. Nona Eady menutup kepalanya dengan kain dan enak saja menghirup balsam dan gas. la segera pingsan.
“Saya hanya samar-samar ingat, bahwa saya mengambil kaos panjang dan mengikatnya di leher. Saya tidak tahu betul. Mungkin saya bersenggama dengannya waktu saya mencekiknya. Saya menaruhnya di ruangan cuci. Malam itu juga saya kuburkan dia di halaman.”
Akhirnya, pada tanggal 8 Juni 1953, Christie mengaku terang-terang bahwa ia yang membunuh Nyonya Evans. Tadinya waktu diperiksa polisi, hal ini disangkalnya. Akan tetapi di akhir April diakuinya pada pembelanya dan Dr. Hobson. Pada permulaan bulan November 1949, ia menemui Nyonya Evans di dapurnya. Nyonya itu sedang mencoba membunuh diri dengan gas. Segera ia membuka pintu dan jendela agar gas keluar. Hari berikutnya Nyonya Evans menyatakan bahwa ia ingin berhubungan intim dengan Christie, akan tetapi ia tidak sanggup karena badannya lemah. Kemudian Nyonya Evans meminta agar Christie membantunya bunuh diri. Christie mendekatkan saluran ke kepala Nyonya Evans dan gasnya disalurkan. Waktu ia jatuh pingsan, tampaknya Christie mencekiknya. “Sepertinya terjadi dengan sebuah kaos panjang, yang telah saya temukan di ruangan.” Sesudah itu ia pergi ke bawah, ke istrinya.
Malam hari ia menceritakan kepada Evans bahwa istri Evans telah bunuh diri dengan gas. Ia masih menambahkan bahwa tentu saja Evans akan dituduh melakukannya karena Evans selalu bertengkar dengan istrinya. Lalu Evans setuju untuk membawa mayat si istri dengan truknya dan menguburkannya di mana saja. Akan tetapi Christie membawa mayat ke ruangan cuci.
Ahli medis tidak menemukan bekas gas waktu mengautopsi Nyonya Evans. Hal itu berlawanan dengan cerita Christie. Ahli-ahli lain menyatakan bahwa jika terjadi sebagaimana diceritakannya, maka Christie sendiri pun akan keracunan gas. Yang tidak mungkin ialah bahwa wanita-wanita muda tidak mengadakan perlawan waktu diracuni dengan gas.
Perkara Christie disidangkan di sebuah pengadilan di London. Dimulai tanggal 22 Juni 1953 dan lamanya 4 hari. Hakimnya Justice Finnmore. Karena perhatian besar dari pihak umum, maka jaksa tinggi Sir Lionel Heald sendiri yang menjadi penuntut. Pembelaan ditangani oleh Derek Curtis Bennet. Bagi penuntut dan pembela, masih didampingi dua orang ahli hukum.
Di Inggris, jika seseorang melakukan lebih dari satu pembunuhan dan dihadapkan ke pengadilan, maka hanya bisa dihukum untuk satu pembunuhan saja. Christie dituntut karena pembunuhan yang dilakukannya terhadap istrinya yang berusia 54 tahun yang telah dinikahinya 32 tahun. Tertuduh mengaku tidak bersalah.
Di kalangan umum telah ada sangkaan,bahwa sesudah Christie mengaku membunuh Nyonya Evans, maka Evans merupakan korban kesalahan peradilan. Oleh karena itu penuntut menekankan bahwa Evans diadili karena membunuh anaknya, tidak karena membunuh istrinya.
Penuntut bertanya kepada petugas Scotland Yard yang telah memeriksa perkara itu, “Apakah Anda mempunyai persangkaan bahwa Evans digantung sebagai orang tidak bersalah?”
“Sama sekali tidak.”
Penuntut memanggil semua saksi: petugas polisi yang memeriksa perkara Christie, sanak keluarga suami istri Christie, penghuni-penghuni serumah, pedagang, orang-orang yang punya sangkutan dengan mereka, dan dokter keluarga Christie.
Dokter Matthew Odess menceritakan bahwa ia telah merawat Christie sejak 1934. Keadaan kesehatan Christie sudah sejak bertahun-tahun menurun. Ia menderita reumatik otot, masalah usus, depresi dan lemah saraf, sering sakit kepala, tidak bisa tidur, dan kadang-kadang lemah ingatan. Semuanya itu ciri-ciri seorang yang neurosis.
Pembela kemudian membacakan sebuah surat, yang ditujukan Dr. Odess pada sebuah klinik pada tanggal 18 Maret 1952. Dalam surat itu ditulis, “Saya ingin menekankan bahwa ia pria yang hidup baik-baik, menyendiri, bekerja keras, dan sangat bertanggung jawab. Keinginannya ialah agar segera dapat kembali ke tempat kerjanya.” Bulan Maret atau April 1952, Christie dinasihati dokter agar menjalankan pemeriksaan khusus di sebuah klinik psikiatris, akan tetapi ia menolak mengikuti nasihat itu.
Untuk pembelaan, Curtis Bennett mendasarkan pembicaraan atas tesis bahwa tertuduh mungkin sakit jiwa.
Pembela lalu memanggil tertuduh sendiri. Jawaban Christie samar-samar dan berbelit-belit. Ia selalu menyatakan bahwa ia tidak ingat lagi apa yang telah ia kerjakan. Mungkin ia membangkitkan kesan bahwa ia tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Ia berbicara begitu perlahan, sehingga hakim menyuruh menaruh mikrofon di mukanya. Tidak ada hal yang baru yang diungkapkan Christie. Christie tetap menyatakan bahwa ia tidak membunuh anak Evans.
Meskipun tertuduh berusaha keras meyakinkan pengadilan bahwa ia tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya, ia gagal. Segera saja juri mendapat kesan bahwa mereka berhadapan dengan seorang pembunuh yang buas dan keji. Mereka teringat bahwa menurut keterangan ahli medis, tertuduh selalu mendapat kesukaran dalam berhubungan seksual. Impotensinya ini telah memberinya perasaan rendah diri yang sedemikian mencekam. Sehingga keinginannya untuk mempunyai perasaan lebih, menyebabkan ia membunuh wanita-wanita yang telah menjadi saksi ketidakmampuannya itu.
Yang tidak dimengerti ialah mengapa ia membunuh istrinya sendiri. Mungkin istrinya mengetahui terlalu banyak dan disingkirkan karena dianggap saksi yang berbahaya.
Di samping Christie sendiri, pembela hanya menghadapkan seorang saksi ke pengadilan, yakni psikiater Dr. Hobson, dokter ahli terkenal di London. Ahli ini melukiskan tertuduh sebagai seorang lelaki yang mudah histeris, yang kadang-kadang kehilangan suaranya. Gejala-gejala pertama tidak normal ini sudah terlihat pada tahun 1918. Menurut Dr. Hobson, keseimbangan jiwa Christie ini diguncangkan oleh pengalaman-pengalaman seksual yang tidak membahagiakan dan bahwa beberapa pengalaman mengejutkan, mengembangkan penyakit jiwanya lebih lanjut.
“Saya berpendapat bahwa Christie itu sejak dulu seorang yang gagal dalam kehidupan seksual dan tidak mampu melakukan senggama dengan baik. Kekurangan ini tidak bisa diatasinya.”
Lebih lanjut ahli menyatakan, bahwa tertuduh suka “salah ingat” karena ia ingin melupakan kejadian-kejadian itu dan mencoba untuk menghilangkan kejadian-kejadian itu dari ingatannya. Kadang-kadang ia seperti berdusta. Sebenarnya ia menderita penipuan pada diri dan yakin bahwa apa yang diceritakannya itu benar. Oleh karena itu orang tidak dapat mempercayai apa yang diterangkannya, jika tidak dibuktikan.
Pembela mengingatkan dokter pada pernyataan Christie, bahwa pada saat ia melakukan ketujuh pembunuhan itu ia tidak mengetahui apa yang dikerjakannya. Pembela bertanya pada dokter apakah dokter dapat menerima keterangan itu. Dr. Hobson mengatakan tidak seraya ditambahkan, “Saya menganggap ia tidak tahu benar, apakah yang dilakukan itu, tidak baik.” Dokter tetap pada pendirian itu, pada waktu penuntut dalam pemeriksaan selanjutnya mencoba untuk merubah pendiriannya.
Berdasarkan keterangan tadi, ada kemungkinan Christie bisa bebas. Oleh karena itu penuntut menganggap perlu menghadapkan dua ahli untuk melawan ahli pihak pembela. Ahli pertama ialah Dr. Matheson, kepala dokter di Penjara Brixton, di mana Christie ditahan sejak 1 April 1953. Ahli kedua adalah psikiater dari London, Dr. Curran.
Juga Dr. Matheson melukiskan tertuduh sebagai seseorang yang bertabiat lemah dan mudah histeris. Ketidakmampuan seksual itu telah sangat memberatkannya dan memberikan perasaan rendah diri. Akan tetapi dokter dengan segera menambahkan bahwa itu bukanlah penyakit jiwa. “Orang yang histeris itu mengidap neurosis atau psikoneurosis. Dan itu menurut saya lebih bersifat suatu kekurangan dalam watak, dalam kepribadian, daripada suatu penyakit jiwa....”
Waktu ditanyakan bagaimana keadaan jiwa Christie waktu ia membunuh istrinya, maka dokter menjawab tegas, “Saya kira ia mengerti benar apa yang telah dikerjakannya. Ia mengerti bahwa yang telah dilakukannya itu melawan hukum.” Dokter tetap berpendirian demikian, juga waktu pembela menyatakan bahwa tertuduh tidak dapat dimintai pertanggungjawaban karena dalam kejadian-kejadian itu juga terjadi hal-hal yang sangat aneh, misalnya senggama dengan korban sesudah mereka meninggal. Tentu ini menyangkut sesuatu yang tidak normal. Akan tetapi seorang lelaki yang telah membunuh tujuh orang, tidak bisa dianggap tidak bertanggungjawab atas perbuatannya, hanya karena ia menyatukan pembunuhan dengan pemerkosaan.
Dr. Curran menyatakan hal yang sama. Christie mudah histeris, akan tetapi tidak bisa dianggap mengidap penyakit jiwa. “Baik sebelum maupun sesudah kejahatan tampak jelas, bahwa Christie tahu benar apa yang ia kerjakan dan ia tahu juga bahwa hal itu salah.” Mengenai hilang ingatan harus ditanggapi dengan hati-hati. “Seperti penjahat lain, ia dapat saja membuang yang tidak menyenangkan dari ingatannya.”
Dalam pledoi terakhir, Curtis-Bennett sebagai pembela masih sekali lagi menyatakan bahwa tertuduh sewaktu melakukan kejahatan-kejahatan tidak mungkin dimintai pertanggungjawaban karena ia tidak sadar telah berbuat sesuatu yang tidak benar, seperti dikatakan Dr. Hobson. Seseorang yang sehat ingatannya tidak akan berbuat seperti Christie, misalnya saja ia menyuruh orang tinggal berhari-hari di rumahnya meskipun di situ ada beberapa mayat.
Untuk membunuh istrinya pun tidak ada motif yang jelas. Ia pun telah meninggalkan rumah tanpa menyingkirkan mayat-mayat dengan kemungkinan perbuatannya terungkap. Akhirnya pada waktu ia ditangkap, ia membawa surat-surat tanda pengenal cukup banyak. Seorang pembunuh biasa ia tidak akan berbuat demikian. Hanya orang yang sakit jiwa akan berlaku seperti dilakukan tertuduh.
Tuntutan yang dikemukakan penuntut hanya pendek saja. Tidak mungkin Christie membunuh istrinya karena belas kasihan. Ia mencekik wanita itu dengan rencana yang matang. Sesudah itu ia membohong untuk menimbulkan kesan bahwa istrinya masih hidup. Christie bertanggung jawab penuh untuk perbuatannya dan bahwa ia tahu betul bahwa perbuatannya salah. Ini berdasarkan pendapat kedua ahli medis terakhir.
Juri berunding setengah jam lamanya dan memutuskan Christie bersalah melakukan pembunuhan. Itu terjadi pada tanggal 25 Juni 1953. Christie tidak naik banding.
Bagaimana soal Evans?
Waktu surat-surat kabar memuat keputusan, di kalangan masyarakat timbul perasaan tidak enak. Mereka bertanya-tanya apakah Timothy Evans digantung karena perbuatan yang dilakukan Christie?
Christie menerangkan di pengadilan bahwa ialah yang membunuh Nyonya Evans. Jika itu benar, maka dapat dianggap bahwa ia juga pembunuh anak Evans.
Ibu Evans, Nyonya Probert, kemudian meminta pertolongan seorang anggota parlemen agar pemeriksaan dibuka kembali. Anggota parlemen tersebut dan rekan-rekannya berhasil mewujudkan keinginan Nyonya Probert.
John Scott Henderson, diberi perintah oleh Menteri Dalam Negeri Sir David Maxwell Fyfe, pada tanggal 6 Juli 1953 untuk menentukan apakah telah terjadi suatu miscarriage of justice, suatu kesalahan peradilan. Ia diberi bantuan dua ahli hukum. Karena 15 Juli sudah ditentukan sebagai tanggal pelaksanaan hukuman, maka pemeriksaan sudah harus selesai sebelum tanggal itu. Pengusutan tidak dikerjakan secara terbuka. Henderson membaca bahan perkara yang sangat banyak dan mendengar keterangan 23 saksi. Pada tanggal 9 Juli ia juga mendengar kesaksian Christie, yang keterangannya berbelit-belit dan tidak mengungkapkan hal-hal baru. Ketika ditanyakan apakah ia ada sangkut pautnya dengan kematian Nyonya Evans, Christie sekarang menjawab, “Saya tidak dapat mengaku dan tidak dapat mengingkari!” Pada tanggal 29 dan 30 Juni ia mengaku kepada pendeta penjara, bahwa ia tidak membunuh anak Evans dan bahwa ia mengira jika ia juga tidak membunuh Nyonya Evans. Jika dalam sidang ia menyatakan sebaliknya, maka hal ini hanya karena pengakuan itu berguna. “The more the merrier.” Lebih banyak lebih baik, katanya.
Pada tanggal 13 Juli, Henderson mengakhiri pemeriksaan. Ia menarik kesimpulan, bahwa tidak dapat diragukan lagi, Evans bertanggung jawab atas kematian anak perempuannya dan juga atas kematian istrinya. Pengakuannya yang ketiga dan yang terakhir dapat dipercaya dan dapat dibuktikan. Jika Christie dalam perkara menyatakan sebaliknya, yaitu mengaku bersalah membunuh Nyonya Evans, maka keterangan ini bukan saja tidak dapat dipercaya akan tetapi juga tidak dapat dibuktikan. Maka tidak ada terjadi miscarriage of justice.
Keterangan Henderson diajukan ke parlemen tanggal 14 Juli 1953. Pada tanggal 15 Juli Christie dihukum mati. Sesudah hukuman mati, perkara tetap saja menarik perhatian.
Sejak tanggal 29 Juli, di parlemen diajukan debat. Beberapa anggota partai buruh memberi kritik keras pada Henderson karena tidak mendengar keterangan dari seorang pekerja yang keluar masuk ruang cuci. Pernyataan Evans, bahwa ia sendiri menyembunyikan kedua mayat di ruangan cuci, mungkin disarankan polisi. Anggota-anggota parlemen berpendapat bahwa aneh sekali di Rillington Place nomor 10 ada dua pembunuh, yang membunuh korban-korban dengan cara yang sama dan disembunyikan di tempat-tempat yang sama pula. Padahal penjahat-penjahat dikatakan berlaku sendiri-sendiri. Kritik keras juga dilemparkan, mengapa pemeriksaan dilakukan dalam beberapa hari saja, tanpa mengikutsertakan umum dan ahli hukum. Mengapa begitu tergesa-gesa dan kemudian disusul dengan pelaksanaan hukuman mati? Apakah mereka ingin mencuci tangan untuk membela polisi?
Menteri dalam negeri, David Maxwell Fyfe, berhadapan dengan para pengkritik dan membantah keras. Atas pertanyaan mengapa pelaksanaan hukuman mati tidak ditangguhkan, ia menjawab bahwa ia tidak melakukan itu atas dasar perikemanusiaan. Seseorang yang jelas mengetahui bahwa ia harus mati, tidak boleh dibiarkan menunggu-nunggu.
Hal ini menyebabkan Henderson mengumumkan keterangan tambahan pada tanggal 28 Agustus.
Pada tanggal 5 November 1953 sekali lagi ada debat di parlemen, yang menuduh Henderson kurang memperhatikan hal-hal yang meringankan keadaan Evans. Sekali lagi ditugaskan pemeriksaan.
Keragu-raguan bahwa Evans diadili dengan benar masih besar selama beberapa waktu sesudah itu. Orang-orang berpendapat bahwa jalan persidangan Evans akan lain, jika diketahui bahwa Christie itu seorang pembunuh ganda. Mungkin Evans pada waktu itu akan bebas ataupun hanya dihukum karena memberi bantuan saja. Memang sudah nasibnya, bahwa polisi merasa puas hanya dengan pemeriksaan tidak menyeluruh di rumahnya. Andai kata ditemukan mayat-mayat di halaman, maka Evans tidak akan digantung, mungkin sama sekali tidak akan dihukum.
Makin lama pendapat masyarakat di Inggris makin keras, bahwa Evans sebenarnya tidak usah dihukum mati. Para penentang hukuman mati tidak melewatkan kesempatan untuk memperkeras perjuangan mereka untuk menghapuskan hukuman mati. Politisi, ahli-ahli hukum, dan dokter-dokter yang terkenal memberikan pendapat mereka dalam bentuk tulisan-tulisan dan lebih memperkuat keraguan. Kini dapat dikatakan, bahwa hukuman mati yang dijatuhkan pada Evans, tidak disetujui dan ditolak di Inggris.
(Gerhart Herrmann Mostar dan Robert A. Stemmle)
Baca Juga: Cerita di Belakang Seorang Bintang Panggung
" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553761001/perkara-yang-berekor-panjang" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1684218487000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3401143" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(110) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/08/03/terpincuk-mutiara_corneliajpg-20220803011013.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(131) "Nyonya Evans mengaku panik melihat Dune tewas tergantung di apartemennya. Namun, polisi meyakini ada motif pembunuhan di baliknya." ["section"]=> object(stdClass)#60 (8) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["show"]=> int(1) ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(110) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/08/03/terpincuk-mutiara_corneliajpg-20220803011013.jpg" ["title"]=> string(17) "Terpincuk Mutiara" ["published_date"]=> string(19) "2022-08-03 13:10:43" ["content"]=> string(22700) "
Intisari Plus - Sebuah telepon berdering, suara nyonya Evans terdengar parau. Ia panik melihat Dune tewas tergantung di apartemennya. Namun, polisi meyakini ada motif pembunuhan di balik kematian Dune.
-------------------
Tengah malam itu telepon berdering. Terdengar suara seorang wanita, "Pak Wickwire?"
Dengan mengantuk saya menjawab, "Ya ...."
Segera saja sejumlah kalimat memberondong kacau. "Saya Frances Dune. Maaf, saya menelepon Anda sekarang, tapi saya tidak bisa tidur. Saya tidak dapat menunggu. Saya harus memberi tahu Anda. Hati nurani saya...." Ia mengambil napas panjang. "Tentang mutiara Wagstaff itu...." Tahu-tahu terdengar suara gedebruk dan telepon jatuh, lalu teriakan panjang yang mengerikan. Teriakan itu makin lama makin sayup. Setelah itu sepi.
Saya menekan telepon keras-keras ke telinga saya. Frances Dune adalah sekretaris saya dan mutiara Wagstaff adalah benda berharga yang dipercayakan kepada saya. Saya insaf bahwa sekretaris saya mengalami hal yang mengerikan.
"Polisi! Polisi!" teriaknya. Suara wanita itu bukan suara Frances Dune.
"Ini bukan polisi! Ada apa?"
"Oh, Pak Wickwire! Saya tidak tahu Anda masih mendengarkan. Frances Dune ... saya mencoba mencegahnya... Saya tidak bisa...." Suara wanita itu seperti histeris." Saya memotong.
"Anda siapa?"
"Saya ... saya Muriel Evans. Saya bekerja di bank Anda. Pak Wickwire, ia bunuh diri ...." Saya teringat pada teriakan ngeri tadi dan hati saya kecut.
"Anda di mana?" tanya saya dengan suara bergetar.
"Saya di apartemennya!"
"Tolong sebutkan alamatnya." Ia menyebutkannya dengan suara yang juga bergetar, tetapi jelas.
"Panggil polisi. Saya akan segera ke sana. Jangan biarkan orang lain masuk. Oh, ya. Bagaimana cara dia bunuh diri? Anda yakin ia sudah meninggal?"
Tampaknya Nona Evans harus bersusah payah mengeluarkan suaranya. "Ia melompat ke luar jendela. Apartemennya ini di tingkat kesembilan." Saya merinding.
Warisan janda kaya
Lima belas menit kemudian saya sudah berada di dalam taksi. Saya hampir yakin bahwa saya tahu mengapa Frances Dune bunuh diri. Kadang-kadang, walaupun jarang, karyawan bank yang bertahun-tahun jujur bisa tiba-tiba khilaf. Pernah ada kasir yang dipercaya tahu-tahu kabur melarikan uang. Pernah pula karyawan andalan buron menggondol surat-surat berharga. Kali ini sekretaris saya yang biasanya menjadi teladan rupanya mencuri mutiara-mutiara Wagstaff.
Nama saya James Wickwire. Saya bankir dan bujangan. Umur saya cukup tua, sehingga saya dijadikan wakil presiden di bank dan dipercaya untuk mengurusi harta para janda kaya.
Salah seorang janda itu, Ny. Wagstaff. Sudah meninggal dua belas tahun lalu. Ia mewariskan hartanya kepada beberapa ahli waris di bawah umur, yang masih harus menunggu untuk bisa menerima warisan itu sepenuhnya.
Di antara warisan itu terdapat kalung mutiara yang biasa disebut mutiara-mutiara Wagstaff. Sebetulnya kalung itu menyusahkan juga, karena setahun dua kali harus dikeluarkan untuk dikenakan sepanjang hari.
Bank memang menyediakan pelbagai pelayanan yang kadang-kadang aneh, atas permintaan orang-orang yang banyak simpanannya itu. Ny. Wagstaff meminta agar sedikitnya dua kali setahun mutiaranya menempel sepanjang hari pada kulit wanita. Katanya, kalua Mutiara asli tidak pernah kena badan manusia, maka benda itu akan kehilangan sinarnya. Jadi setahun dua kali, secara bergiliran seorang karyawan wanita dikirim ke ruang tempat penyimpanan barang-barang berharga.
Di sana seorang petugas akan mengeluarkan mutiara Wagstaff dari kotak beludrunya yang berwarna biru tua dan memasangnya di leher wanita itu. Si wanita itu harus tinggal di situ sepanjang hari sambil membaca buku. Menjelang bank tutup, kalung itu dikembalikan ke kotaknya dan disimpan lagi selama enam bulan.
Saya tidak tahu, betulkah mutiara itu lebih berseri kalau kena kulit manusia. Rasanya sih sama saja. Tapi Ny. Wagstaff meminta begitu dan berpesan wanti-wanti agar permintaannya itu dipenuhi.
Di dalam taksi saya membayangkan pertemuan saya yang terakhir dengan Ny. Wagstaff. Malam itu saya melihat ia duduk bersandar ke bantal di kamarnya yang mewah dan feminin. Rambut wanita itu sudah putih, tetapi ditata rapi. Tangannya yang mungil tapi sudah penuh urat tanda ketuaan itu mengusap-usap mutiaranya yang berharga.
"Mutiara ini mesti dipakai, Jim," katanya. "Kalau tidak, sinarnya akan hilang. Salah seorang dari karyawati Anda di bank mesti memakainya. Saya senang Anda memiliki banyak karyawati cantik. Soalnya, mutiara dimaksudkan untuk wanita cantik. Dulu orang bilang saya cantik," katanya dengan mata berbinar. Saya percaya.
"Suami saya dulu bilang, hanya wanitalah yang betul-betul mencintai mutiara. Keindahan menginginkan keindahan pula." Lalu ia tertawa agak sedih. Ia juga bilang, "Kadang-kadang seorang wanita cantik nekat berbuat apa saja demi perhiasan, demi mutiara seperti ini.
Itulah percakapan saya yang terakhir dengan Ny. Wagstaff. Saya mengatur agar keinginannya dilaksanakan. Cuma saja saya tidak bisa mengadakan kontes kecantikan di bank. Jadi, karyawati cantik atau tidak cantik bisa saja mendapat giliran. Karena itulah sepanjang hari tadi Nona Dune memakainya.
Bawel, teliti, efisien
Tadi pagi, ketika saya datang ke kantor, Nona Dume mengingatkan bahwa hari ini mutiara Wagstaff mesti dipakai. Karena sepanjang hari itu saya harus tugas luar, saya meminta Nona Dune saja yang memakainya.
Sudah hampir sepuluh tahun ia menjadi sekretaris saya. Orangnya jangkung, usianya 40-an dan ia sama sekali tidak cantik. Tapi ia sangat rapi, sangat efisien, walaupun bawel dan ketelitiannya sering berlebihan. Saya percaya kepadanya. Tak saya sangka ....
Begitu ia berbicara di telepon tadi, saya segera menduga apa yang terjadi. Sebelum pergi meninggalkan kantor, saya berpesan agar menjelang kantor tutup nanti, mutiara itu . dikembalikan kepada Pak Wazey, manajer ruang penyimpanan barang berharga. Kunci kotak depositnya saya serahkan kepada Pak Wazey. Jangan-jangan Pak Wazey tidak memeriksa lagi isi kotak biru yang diberikan Nona Dune. Pasti dalamnya kosong.
Rupanya karena merasa menyesal, tengah malam buta Nona Dune menelepon saya untuk mengakui kesalahannya. Daripada menghadapi akibat yang memalukan, ia memilih melompat dari jendela kamarnya. Ah, tragis sekali akhir hidup wanita yang tidak cantik dan pekerja keras itu. Ini semua terjadi gara-gara ia terpincuk keindahan seuntai mutiara.
Mutiara Wagstaff memang indah. Hal itu tidak bisa diperdebatkan lagi. Tapi zaman sudah berubah. Ketika Ny. Wagstaff menerima mutiara itu dari suaminya, ia masih muda. Suaminya membayar hampir setengah juta dolar untuk memperoleh kalung itu. Namun, kini pasaran mutiara sudah tidak seperti dulu lagi. Harga mutiara merosot gara-gara banyak mutiara indah bisa dihasilkan di peternakan tiram mutiara,
Taksi tiba di gedung apartemen yang letaknya tidak jauh dari sungai. Mobil-mobil polisi dan ambulans sudah datang. Jendela-jendela sekitar tempat itu semua tampak terang. Banyak kepala dijulurkan untuk menonton.
Saya diminta mengenali jenazah Nona Dune. Saat itu walaupun saya memakai mantel tebal, saya gemetar.
Setelah itu saya naik ke apartemen Nona Dune di tingkat kesembilan bersama seorang letnan polisi. Apartemen itu kecil. Kamar tidur Nona Dune menjadi satu dengan kamar duduk. Ada sebuah dapur kecil. Semuanya serba rapi, bersih dan sederhana, sama seperti penampilan Nona Dune. Tidak ada barang mewah di sana.
Seorang gadis duduk dengan tegang di sebuah kursi. la bangkit ketika melihat kami masuk. Saya ingat-ingat lupa pada wajahnya. Ternyata ia bekerja di bagian pembukuan. Tidak heran kalau saya jarang melihatnya.
"Saya Muriel Evans, Pak Wickwire," katanya perlahan. Gadis itu langsing, mengenakan pakaian berwarna kelabu. Sebuah mantel berwarna merah ceri tersampir di punggung kursi. Ia mengenakan lipstik dan cat kuku yang serasi. Rupanya ia bisa menguasai diri dalam keadaan yang sungguh tidak mengenakkan itu.
"Ini nona yang melaporkan kejadian itu," kata saya kepada letnan polisi.
"Saya perlu meminta keterangan Anda," kata polisi itu. "Maaf, saya harus melakukannya sekarang, pada saat Anda masih kaget."
Histeris
Saya memandang ke sekeliling saya. Gagang telepon sudah di taruh ke tempatnya semula. Sebuah kursi di sisi telepon terguling. Rupanya suara gedebuk yang saya dengar tadi adalah bunyi kursi jatuh. Jendela yang ambangnya bisa dengan mudah dilangkahi masih terpentang.
"Nona Dune menelepon saya kira-kira pukul 23.00," cerita Nona Evans. "Saya tinggal tidak jauh, cuma terseling dua blok dari sini. Katanya, ia tidak bisa tidur. Ia gelisah dan meminta saya datang. Sebenarnya saya tidak terlalu akrab dengannya. Tapi karena ia termasuk orang penting juga di kantor, ia sekretaris Pak Wickwire, jadi saya datang. Ia bercerita bahwa ia mengambil mutiara-mutiara Wagstaff. Mutiara itu tadinya ditaruh di ruang penyimpanan barang-barang berharga di bank ...."
"Baik saya terangkan," kata saya. Lalu saya menceritakan secara singkat perihal mutiara itu.
"Tenangkan diri Anda, Nona Evans. Apakah Nona Dune dalam keadaan histeris ketika Anda datang?" tanya letnan polisi.
"Ya! Oh, ya! Ia bilang, ia harus berbicara. Ia bercerita, tapi saya tidak percaya. Ia menangis. Saya katakan mungkin ia sakit atau sedang gelisah. Karena tidak tahu harus berbuat apa-apa, saya pergi ke dapur untuk membuatkan kopi. Saat saya di dapur itu saya dengar ia menelepon Pak Wickwire. Saya mendengar ia menceritakan apa yang ia lakukan. Lalu tiba-tiba saja ia menjatuhkan telepon seperti tidak sanggup melanjutkan. Saya keluar dari dapur. Ia sedang membuka jendela. Saya berusaha untuk mencegahnya. Lalu entah apa yang terjadi. Pokoknya, saya tidak bisa mencegah dia ...."
Nona Evans menutup mukanya dengan kedua belah tangan. Letnan polisi mengelus bahu Nona Evans, untuk menghiburnya. Saya bertanya, "Di mana mutiara-mutiara itu?"
Nona Evans tersentak. la memandang saya dengan matanya yang biru besar. Walaupun sedang ketakutan ia tampak menarik. "Saya tidak tahu," katanya. "Ia tidak menunjukkannya kepada saya. Itulah yang membuat saya tidak percaya."
"Kami akan menemukannya," . kata letnan itu. "Entah mutiara itu, entah secarik surat gadai."
Kejahatan terencana
Saya minta izin memakai telepon, tetapi letnan itu berkata sebaiknya saya menggunakan telepon lain. Soalnya, walaupun kasus ini jelas bunuh diri, harus diadakan pemeriksaan menurut aturan-aturan tertentu. Misalnya saja, pemeriksaan sidik jari dan sebagainya., sebab polisi tidak boleh mengabaikan kemungkinan pembunuhan.
Mata biru Nona Evans menjadi gelap. "Tapi ini jelas bunuh diri. Saya melihat sendiri ...."
"Saya mengerti," hibur letnan itu dengan simpatik. "Jangan takut. Lagi pula kalau Anda membunuh dia ...."
"Oh ...!" seru Nona Evans.
Saya menepuk-nepuk bahunya. "Kalau Anda membunuh dia, tentu Anda buru-buru pergi. Tidak ada yang melihat Anda ke sini 'kan?"
"Tidak," bisiknya.
"Nah! Anda 'kan tidak akan menelepon polisi. Kami akan menemukan mutiara itu," kata letnan polisi.
Dua orang polisi lain masuk ke apartemen, ketika saya keluar lalu turun dengan lift ke lantai dasar. Saya menelepon Pak Wazey dari sana. Pemuda yang bertugas di switchboard kelihatannya menikmati betul kejadian langka ini.
"Aduh, tidak disangka, ya!" katanya. "Nona Dune memang sangat gelisah, ketika menelepon wanita bermantel merah itu, tapi tak diduga ia bakal ...."
Saya meminta pemuda itu memanggilkan taksi.
Bank dikatakan memiliki birokrasi yang rumit. Namun, kalau ada kejadian darurat, birokrasi itu bisa dipotong. Malam itu misalnya, Pak Wazey dan saya pergi ke bank, lalu bersama-sama kami masuk ke ruang tempat penyimpanan benda-benda berharga. Kami membuka kotak beludru tempat menyimpan kalung Wagstaff. Lho! Di dalamnya ada kalung. Namun, mutiara dalam kotak itu jelas bukan mutiara Wagstaff, tapi mutiara tiruan murahan!
Pak Wazey pucat. "Waktu saya menaruh kotak ini, saya melihat sekilas isinya. Tapi Anda 'kan tahu, saya bukan ahli mutiara," katanya. "Lagi pula yang memberinya orang yang biasa dipercaya, Nona Dune!"
Tak mungkin pencurian ini dilakukan karena dorongan hati sesaat. Ini kejahatan yang direncanakan. Tapi bukankah Nona Dune tidak pernah ditugaskan memakai kalung mutiara itu sebelumnya?
Saya meminta daftar nama para karyawati yang pernah ditugaskan mengenakan kalung itu. Pak Wazey memilikinya. Praktis semua karyawati pernah kebagian tugas memakai kalung Wagstaff. Sebagian dari karyawati itu sudah menikah dan berhenti bekerja. Sebagian lagi mendapat kesempatan bukan cuma sekali, tetapi dua tiga kali. Nona Busch tiga kali, Nona Smith dua kali, Nona Evans dua kali, Nona Williams tiga kali. Nona Dune cuma sekali, kemarin. Tapi Nona Dune tahu segala sesuatu tentang mutiara itu dari berkas-berkas yang ada pada saya. la bisa menyiapkan diri. la juga yang mengingatkan saya kemarin bahwa mutiara Wagstaff mesti dipakai.
Dengan hati berat saya menyaksikan Pak Wazey mengunci kembali ruang tempat penyimpanan barang berharga. Di luar langit gelap dan hujan turun. Saya kembali ke apartemen Nona Dune.
Punya pacar?
Saya meninggalkan apartemen itu belum sampai sejam, tetapi polisi sudah memeriksa seluruh apartemen kecil itu. Tak ada sudut yang dilewatkan. Bahkan pakaian, buku-buku, isi bantal, semua diobrak-abrik. Mutiara Wagstaff tidak ditemukan. Surat gadai pun tidak ada.
Saya berdiri di dekat ambang jendela, memandang ke bawah. Kepala saya rasanya pusing, karena merasa gamang. Tragis sekali, seuntai mutiara yang dipercayakan kepada saya dibayar oleh Nona Dune dengan nyawanya.
Saat itu saya jadi teringat kembali kepada Ny. Wagstaff, wanita tua yang masih cantik, ketika saya bertemu dengannya terakhir kali dua belas tahun yang lalu. Kata-katanya pada pertemuan itu seperti mengiang-ngiang di telinga.
Setelah berpikir-pikir, saya pamit kepada polisi yang menyatakan akan mencari mutiara Wagstaff di pegadaian-pegadaian dan toko-toko permata.
"Anda tidak keberatan ikut ke rumah saya?" tanya saya kepada Nona Evans. "Saya perlu mendiktekan laporan kejadian ini."
Nona Evans mengangguk dan mengambil mantelnya. Letnan polisi buru-buru membantunya mengenakan mantel itu. Ketika Nona Evans sudah menuju lift, saya berbalik kembali untuk membicarakan pemakaman Nona Dune dengan letnan polisi dan memberi beberapa instruksi. Setelah itu saya menyusul Nona Evans.
Dalam perjalanan dengan taksi, kami tidak bisa menemukan kata-kata untuk diucapkan. Di rumah saya menawarkan wiski dengan soda, tapi Nona Evans yang matanya biru indah itu menolak.
"Apakah Nona Dune mempunyai pacar atau teman laki-laki?" tanya saya.
"Itulah yang terlintas dalam pikiran saya," kata wanita yang tampaknya bukan orang bodoh itu. "Anda maksudkan seseorang yang mungkin merencanakan hal ini dan mempengaruhi Nona Dune agar mengambil mutiara itu? Ya, satu dua kali saya melihat Nona Dune bersama seorang pria, kelihatannya lebih muda dari padanya. Ah, tapi rasanya kejam memikirkan kemungkinan ini."
Kami duduk di ruang kerja saya. Saya mengeluarkan sebuah revolver dari laci. Nona Evans tampak kaget sekali. Saya cepat-cepat menghiburnya. "Pria itu sekarang tentu tahu apa yang terjadi. la bisa berbahaya."
Revolver itu saya isi peluru, lalu saya taruh di meja. Kemudian saya pergi ke ruang sebelah dan membuka pintu yang menghadap ke jalan. Jalanan sepi. Rumah saya pun sepi, sebab tidak ada siapa-siapa. Setelah itu saya mengambil gelas wiski soda saya, lalu pergi ke jendela, yang tirainya tidak saya tutup. Saya memandang keluar. Kaca jendela memantulkan ruangan di belakang saya.
Detektifnya sudah meninggal
Tiba-tiba saya katakan, "Di mana mutiara-mutiara itu?" Wanita bermantel merah itu kelihatan tegang.
"Anda memakai kalung itu dua kali. Sekali enam bulan yang lalu, sekali lagi satu setengah tahun yang lalu. Pada kali yang kedua, Anda menukarkan mutiara itu dengan mutiara palsu, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Sampai kemarin. Nona Dune sadar, kalung yang dipakainya bukan mutiara Wagstaff. Malam ini ia memanggil Anda untuk meminta kalung itu dikembalikan, jadi Anda ...."
"Sayalah yang melaporkan peristiwa bunuh diri itu. Saya tidak akan melakukannya, kalau saya…”
"Anda terpaksa melaporkannya, sebab petugas switchboard tahu Anda ada di apartemen Nona Dune."
Dari kaca jendela saya melihat sosok bermantel merah itu bergerak. Tapi saya terus berbicara. "Anda membunuh dia!"
Saya mendengar ceklekan logam di belakang saya. Saya berbalik. Nona Evans berdiri di samping saya. Ia memang cantik, tetapi seperti api. Ia menodong saya dengan revolver saya sendiri, padahal saya bukan pemberani dan tidak cekatan.
"Jangan menembak!" kata saya.
"Saya harus!" jawabnya. Suaranya merdu, sedangkan wajahnya indah seperti bintang. "Mutiara itu ada di apartemen saya. Saya memang berniat menyembunyikannya, tapi sekarang belum keburu. Kalau Anda tidak saya tembak, Anda akan memberi tahu polisi. Anda bertanggung jawab atas mutiara itu dan semua orang tahu bagaimana kesetiaan Anda pada bank kita. Orang akan menarik kesimpulan bahwa ini pun peristiwa bunuh diri." la menaruh jari di pelatuk senjata itu.
Pada saat itu pintu ruang kerja terpentang dan sejumlah polisi menyerbu masuk. Bunyi tembakan terdengar, tapi saya luput. Peluru melenceng ke langit-langit.
Ketika Nona Evans sudah dibawa pergi, saya merasa tubuh saya letih sekali. Sebelum meninggalkan apartemen Nona Dune tadi, saya mengatur agar polisi masuk dari pintu depan yang saya pentang. Saya tidak mempunyai cara lain untuk menghadapi Nona Evans, sebab saya tidak mempunyai bukti-bukti. Tapi saya yakin ia bersalah.
Ternyata ia menyambar gagasan yang saya lemparkan tentang kemungkinan Nona Dune mempunyai pacar. Saya terpaksa mengambil risiko dengan membiarkan Nona Evans memegang revolver.
"Terima kasih, Letnan," kata saya kepada pak polisi.
"Anda seorang detektif sejati, Pak Wickwire," katanya.
"Ah, detektifnya sebenarnya Ibu Wagstaff sendiri. Dialah yang berkata: keindahan menginginkan keindahan pula. Karena itulah kadang-kadang seorang wanita cantik nekat melakukan segala sesuatu demi perhiasan." * (Mignon G. Eberhart)
" ["url"]=> string(62) "https://plus.intisari.grid.id/read/553401143/terpincuk-mutiara" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1659532243000) } } }