array(8) { [0]=> object(stdClass)#77 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3355963" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#78 (9) { ["thumb_url"]=> string(103) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/07/01/mata-mata-di-scrubsjpg-20220701063531.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#79 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(135) "George Blake, seorang ahli penyamaran berkebangsaan Soviet, dianggap sebagai tahanan teladan oleh para sipir, sampai ia melarikan diri." ["section"]=> object(stdClass)#80 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(103) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/07/01/mata-mata-di-scrubsjpg-20220701063531.jpg" ["title"]=> string(19) "Mata-mata di Scrubs" ["published_date"]=> string(19) "2022-07-01 18:35:43" ["content"]=> string(21670) "
Intisari Plus - George Blake, seorang ahli penyamaran berkebangsaan Soviet, menjalani masa hukuman selama 42 tahun di penjara Wormwood Scrubs, London. Para sipir penjara beranggapan ia adalah tahanan teladan, sampai ia melarikan diri.
------------------------
Malam datang lebih cepat di Sabtu, 22 Oktober 1966. Langit mendung dan dinginnya angin utara mengingatkan pengunjung Rumah Sakit Hammersmith di London bahwa musim dingin akan tiba. Di sepanjang sisi rumah sakit tersebut terdapat sebuah gang kecil yang memisahkan rumah sakit itu dengan penjara Wormwood Scrubs.
Di gang tersebut, tepatnya di depan sebuah salon mobil, duduk seorang pria yang tampak gelisah dengan buket bunga krisan di tangannya.
Siapa pun yang melihatnya akan beranggapan bahwa ia berencana mengunjungi keluarganya di rumah sakit. Namun, jika perhatikan dengan saksama, akan terlihat ia sedang berbicara pada buket bunga krisannya dengan nada yang tidak sabar.
Pria itu adalah Sean Bourke, dan sebenarnya ia sedang menggunakan walkie talkie yang tersembunyi di balik buket bunga. Ia akan melakukan suatu tindak kriminal yang serius.
*
Wormwood Scrubs merupakan sebuah bangunan Victoria kuno. Ia adalah tempat tinggal bagi banyak tahanan London. Kebanyakan dari mereka dijatuhi masa hukuman yang singkat, dan tidak ada seorang pun yang dianggap berbahaya. Di antara perampok, pencuri mobil, dan penadah, tersebutlah seorang mata-mata yang tidak terkenal bernama George Blake, mantan anggota senior MI6, agen rahasia Inggris.
Ia telah mengkhianati setidaknya 42 agen lainnya demi pasukan komunis Soviet, serta menyerahkan rahasia informasi vital lainnya pada musuh Inggris.
Pengadilannya di tahun 1961 merupakan suatu sensasi tersendiri. Ia dijatuhi hukuman 42 tahun penjara, hukuman terlama yang pernah diberikan pada mata-mata di masa perdamaian.
Blake ditempatkan di Wormwood Scrubs, bagian barat London, karena agen rahasia Inggris perlu menginterogasinya dari waktu ke waktu. Karena markas mereka di London, akan lebih mudah bila Blake ditahan di dekat mereka.
Namun, itu bukanlah keputusan yang tepat. Blake adalah seorang yang pintar, dengan sejarah yang luar biasa mengagumkan. Lahir di Geor Behar, Belanda, dari perpaduan ibu Belanda dan ayah Yahudi, ia besar dengan keyakinan pada paham komunis. Ia berjuang bersama pejuang Belanda ketika negaranya diduduki tentara Nazi pada tahun 1940, kemudian kabur ke Inggris tahun 1943. Lalu ia bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan, di mana ia kemudian direkrut menjadi agen rahasia Inggris.
Meski tertangkap di Perang Korea, ia mampu bertahan selama tiga tahun di penjara Korea Utara. Dalam perjalanannya kembali ke Inggris, ia diyakinkan bahwa komunis merupakan sistem yang terbaik bagi pemerintahan, dan ia terus membocorkan rahasia kenegaraan pada Soviet, pemimpin komunis di dunia selama 10 tahun.
Tentu saja, Blake adalah tahanan yang populer di Scurbs. Perawakannya tinggi dan menawan. Ia mengajar tahanan yang buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Ia juga sangat sopan dan mudah diajak kerja sama oleh sipir penjara. Beberapa tahanan lainnya bersimpati dengan paham komunisnya, yang lainnya merasa hukuman yang diterimanya terlalu kejam.
Di antara tahanan itu ada Sean Bourke (penjahat kecil), Pat Pottle, dan Michael Randle (dua orang aktivis yang dipenjara karena aksi demo mereka di pangkalan udara Amerika di Inggris). Tiga orang tersebut telah dibebaskan dari penjara belum lama ini, dan memutuskan untuk membantu Blake melarikan diri.
Sekarang, Bourke diliputi rasa gelisah di luar sana, di keremangan malam, sementara Blake berdiri di aula D yang terang, bercakap-cakap dengan seorang tahanan mengenai apakah acara gulat di televisi asli atau hanya rekayasa.
Rupanya penjaga penjara terlalu asyik menyimak percakapan tersebut sehingga ia tak menyadari, tahanan lainnya (teman Blake) sedang memindahkan dua bingkai kaca sebuah jendela besar di atas kepalanya.
Percapakapan berakhir, Blake kembali ke selnya. Ia meraih walkie talkie (yang belum lama ini diselundupkan ke dalam penjara) dan melongok ke luar jendela. Kini aula tadi benar benar kosong, semua penjaga dan tahanan sedang asik nonton film akhir pekan yang diputar setiap Sabtu malam.
Tanpa terlihat, ia menyelinap keluar ke dinginnya angin malam dan loncat ke atas atap, di bawah jendelanya. Dari sana ia meloncat ke bak sampah, lalu turun ke bawah. Di depannya menjulang tembok setinggi enam meter.
"Sean, Sean, kau bisa mendengar suaraku?" bisiknya ke walkie talkie sambil bersembunyi di bawah bayang-bayang.
Namun, tak ada jawaban. Bourke sedang sibuk. Sejoli pasangan muda sedang bercumbu di dalam mobil yang terparkir di dekatnya. Ia sama sekali tidak ingin ada yang melihat pelarian ini. Dengan berpura-pura menjadi penjaga penjara, ia berusaha mengusir pasangan muda tersebut.
Blake menunggu seakan-akan harus menunggu selamanya. Jantungnya berdebar kencang, dan rasa takut mencekam seperti tinju di perutnya. Bingkai kaca jendela yang hilang pasti akan segera ketahuan, sedangkan ia hanya punya beberapa menit untuk kabur.
Blake sudah mendekam dalam penjara Wormwood Scrubs selama empat tahun yang menyengsarakan, dan kunjungan agen rahasia Inggris semakin lama semakin sering. la tahu mereka akan segera memindahkan dirinya ke penjara dengan tingkat keamanan super tinggi di luar London, dan ia tidak mungkin kabur dari sana. Ini merupakan satu-satunya kesempatan yang ia punya untuk melarikan diri.
Tiba-tiba walkie talkie Blake berbunyi.
"George? Apa kau di sana? Syukurlah! Ini, aku lemparkan tangganya sekarang."
Suasana masih sunyi. Lalu terdengar suara tangga yang terbuat dari tali merayap di tembok.
"Oke, Sean, pegang erat-erat, aku datang," bisik Blake. Kemudian ia keluar dari bayang-bayang, lari ke tembok dan memanjat tangga tersebut. Tentu ia akan segera terlihat oleh penjaga.
Ia memanjat asal-asalan, mencengkeramkan tangannya ke tembok bata yang kasar. Blake tidak bertubuh atletis, dan aktivitas fisik tersebut segera membuatnya kelelahan. Sesampai di ujung atas tembok, sambil terengah-engah, ia memandang ke bawah melihat Bourke dan mobilnya.
Kebebasan hanya terpaut sekian detik darinya, Blake sudah tidak sabar lagi untuk bebas, ia tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Daripada turun lewat tangga, ia lebih memilih loncat dari atas, akibatnya pergelangan tangannya patah dan wajahnya terluka mendarat di bawah.
"Ya, Tuhan," kata Bourke, "Apakah kau baik-baik saja? Itu tidak perlu dilakukan!"
la membantu temannya berdiri dan memapahnya ke jok belakang mobilnya. Lalu ia duduk di jok depan dan menyalakan mesin. Mobil menyala, Bourke menginjak gas dan menyebabkan orang-orang di sekitarnya bubar serta menabrak bumper belakang mobil yang ada di depannya.
Sebelum pemiliknya sempat keluar, Bourke sudah bergerak maju meninggalkannya, menuju lalu lintas kota malam itu, meninggalkan pusat London.
"Kita berhasil! Kita berhasil!" soraknya gembira.
Di jok belakang, Blake memegang pergelangan tangannya yang patah dan menahan rasa sakit setiap kali terjadi guncangan. Selain itu, darah yang menetes di wajahnya membuat ia terlihat seperti orang gila.
Segala peristiwa yang pernah dialaminya di penjara terbayang-bayang dalam benaknya. Penderitaan, kepengapan penjara, rasa sayur lobak yang basi, penghuni Scurbs yang menakutkan.
"Ya, Tuhan, apa yang harus kulakukan untuk membayar empat tahun yang sudah hilang itu!" serunya.
Blake gembira luar biasa. Beberapa saat kemudian, ia terlihat lebih serius.
"Ini belum berakhir bukan? Aku harus menyembuhkan ini," katanya sambil mengangkat tangannya. "Lalu, aku harus keluar dari negeri ini."
"Semua ada waktunya, George, semua ada waktunya," kata Bourke. "Pertama-tama kita harus pergi ke tempat persembunyian yang kutemukan untukmu, lalu makan."
*
Perjalanan tersebut tidak memakan waktu lama, dan sepengetahuan mereka, tidak ada yang mengikuti. Bourke telah menyiapkan kamar untuk Blake di sebuah rumah di suatu jalan yang lusuh, tak dikenal, tak jauh dari penjara. Bourke parkir di depan rumah tersebut. Mereka menunggu sampai jalanan sepi, lalu segera masuk ke rumah sebelum ada yang melihat mereka.
Di dalam, Bourke membersihkan luka di wajah Blake dan membalut sebisanya pergelangan tangannya yang patah Kemudian ia pergi dan meninggalkan mobilnya cukup jauh dan kembali dengan sebotol brandy.
"Ini akan menghilangkan rasa lapar kita," katanya sambil tertawa. "Lihatlah apa yang aku punya untuk makan malam!"
Bourke segera membakar dua kerat daging steak. Begitu matang, ia memotong-motong jatah Blake. Ia melihat kawannya makan dengan rakusnya. Namun tak lama, Blake seperti tidak sanggup mencerna makanannya.
"Empat tahun makan makanan penjara," ia tertawa, "Sekarang baru bisa makan seperti ini. Tidak heran kalau aku merasa mual!"
"Minumlah brandy ini," saran Bourke, "Itu akan membantu pencernaanmu!"
*
Selesai makan, Blake dan Bourke berdiskusi tentang aksi pelarian tadi.
"Banyak masalah yang harus kami hadapi untuk mengeluarkanmu dari sana," kata Bourke.
la menceritakan pada kawannya, bagaimana ia, Pottle, dan Randle berusaha menghubungi keluarga Blake untuk mengumpulkan dana demi mewujudkan rencana pelarian tersebut, juga bagaimana mereka kecewa karena Bourke tidak mengumpulkan nota bon setiap barang yang dibelinya.
"Lagipula, bagaimana mungkin mendapatkan nota bon dari sebuah paspor palsu?" kata Bourke.
la menjelaskan pada Blake bagaimana mereka merencanakan semua ini, mulai dari mobil untuk kabur, walkie talkie, tangga dari tali, sampai pada paspor palsu. Biaya yang keseluruhannya mencapai tujuh ratus poundsterling itu mereka dapat dari uang mereka sendiri ditambah pinjaman dari beberapa teman.
Ketika mereka sedang asyik-asyiknya minum sambil makan stroberi, acara televisi yang sedang mereka tonton disela sekilas info. Seorang pria membaca berita dengan serius:
"Mata-mata Soviet, George Blake, telah melarikan diri dari penjara Wormwood Scrubs di London. Pelarian tersebut dilakukan kira-kira pada pukul setengah tujuh malam tadi. Blake kabur dari penjara dengan memanjat tangga di tembok yang dilemparkan oleh seorang temannya. Diyakini kedua buronan tersebut kabur menggunakan mobil kecil berwarna biru menuju arah barat, keluar dari London."
Foto terbaru Blake muncul di layar televisi. Foto yang di ambil di dalam penjara itu membuatnya tampak jahat.
"Sekilas info!" kata Bourke. "Mereka bahkan tidak menunggu waktu acara berita. Kau adalah orang yang paling dicari di seluruh Inggris!"
Brouke tertawa, sebaliknya Blake memasang wajah serius "Aku harap tidak ada yang melihat kita masuk ke dalam rumah ini," katanya. "Setiap polisi di London akan mencariku."
*
Keesokan harinya, Bourke pergi mencari dokter. Blake tahu bahwa Bourke memang mempunyai banyak teman dan jaringan, tapi pelajaran yang didapatnya selama menjadi mata-mata telah mengajar dirinya bahwa tidak ada satu orang pun yang benar-benar dapat dipercaya. Setiap kontak yang mereka lakukan seperti ini semakin membuka kesempatan terjadinya pengkhianatan.
Sekitar siang hari, Bourke kembali membawa seorang dokter dan setumpuk koran. Dokter itu seorang muda yang terkesan serius. Ia menyapa Blake dengan dingin, lalu mengobati pergelangan tangan Blake yang patah. Rasanya sangat sakit, Blake menenggak wiski Bourke untuk menghilangkan rasa sakit yang menyerangnya.
Setelah sang dokter pergi, Blake berkata, "Apakah kau yakin ia tidak akan mengkhianati kita? Kelihatannya ia bukan orang yang ramah."
"Jangan khawatir," kata Bourke. "Dia ada di pihak kita. Mungkin ia hanya sedikit khawatir karena mengobati seorang buronan. Sekarang lihat ini ..."
Bourke menunjukan koran-koran hari itu pada Blake. Semuanya dipenuhi dengan berita pelarian. Salah satu koran memberi komentar yang berlebihan pada bunga krisan yang dibawa Bourke. Koran tersebut memberi gambar ilustrasi Bourke sebagai dalang tindak kriminal ini yang bersembunyi di balik bayang-bayang, serta menulis bahwa bunga krisan tersebut merupakan sarana komunikasi yang misterius.
Keduanya menertawakan cara media memberitakan pada publik bagaimana mereka melarikan diri. Mereka juga sangat terkesan pada teori salah satu koran yang mengatakan bahwa seorang pengganti telah dikirim ke tempat ia dipenjara sementara Blake yang asli telah kembali ke Rusia menjadi agen ganda.
Bagaimana pun, semua publikasi ini adalah kabar buruk. Wajah Blake ada di halaman muka setiap surat kabar kota, dia selalu muncul di televisi setiap kali sekilas info ditayangkan. Mereka harus amat sangat hati-hati.
Meski dokter yang menangani pergelangan tangannya tidak pernah mengadukan mereka, keduanya tetap berpikir adalah lebih baik jika mereka pindah ke tempat yang tak jauh dari sana, dan tinggal di rumah seorang teman dari Randle dan Pottle. Namun, hal itu merupakan bencana. Istri teman tersebut memberitahu psikiaternya bahwa mereka menyembunyikan seorang buronan yang dicari-cari polisi.
Bourke juga membuat kesalahan konyol. Lepas dari segala perencanaan melarikan Blake, ia telah membeli mobil tersebut atas nama dirinya sendiri, buruknya hal ini telah terlacak oleh polisi. Sekarang fotonya juga ikut terpampang bersama foto Blake di halaman muka setiap surat kabar dan namanya selalu disebut dalam berita-berita, baik di radio maupun di televisi.
Di awal November, mereka pindah ke rumah Pat Pottle yang juga berada di London. Merasa lelah sembunyi dalam pengejaran ini, Blake sudah tidak tahan lagi ingin keluar dari Inggris.
Namun, sudah dua minggu ia kabur, nama dan fotonya masih saja dipampang di setiap koran dan televisi. Tentu sangat berisiko sekali keluar dari Inggris dengan cara yang wajar, naik ferry atau pesawat terbang, sekalipun menggunakan paspor palsu.
Pottle dan Randle berusaha mengubah penampilan Blake. Mereka memberinya obat Meadinin yang akan menggelapkan warna kulit Blake, juga menjemurnya di bawah lampu sorot secara intensif. Sayangnya usaha tersebut sia-sia. Blake tetap mudah dikenali. Akhirnya, Randle muncul dengan kelicikan baru.
la memiliki mobil VW Combi yang besar. Blake bisa bersembunyi di tempat penyimpanan selimut. Sementara Randle dan keluarganya akan mengaku pada petugas perbatasan bahwa mereka akan berjalan-jalan ke Jerman Timur. Saat itu negara tersebut dikuasai Soviet. Dengan demikian Blake akan aman di sana.
Perjalanan tersebut lancar dan aman tanpa satu rintangan apa pun. Blake diturunkan di luar Berlin. Ia langsung mengenalkan dirinya pada prajurit Jerman pertama yang ia temui, namun tak seorang pun yang mempercayai kisahnya. Ia dibawa ke Berlin.
Untungnya seorang agen rahasia Soviet yang mengenalnya secara pribadi datang untuk menjemputnya Ketika agen rahasia itu masuk ke ruangan dan memeluknya, serta berkata, "Ini memang dia! Memang dia!" Blake lega semua masalahnya telah berakhir.
Setelah Pelarian
Blake mendapat penghargaan dari sekutu Soviet. Ia diangkat menjadi Kolonel KGB (agen rahasia Soviet) dan diberi tempat tinggal nyaman di sebuah apartemen di Moskwa.
Ia telah meninggalkan istri dan tiga orang anaknya di Inggris, tetapi menikah lagi dengan gadis Rusia dan dikaruniai seorang putri. la bekerja sebagai peneliti bidang politik dan ekonomi di Universitas Moskwa. Sampai sekarang ia masih hidup dan tidak menyesali masa lalunya.
Ketika baru-baru ini ia ditanyai apakah dengan runtuhnya komunis Soviet, ia merasa segala jerih payahnya menjadi sia-sia, ia menjawab, "Saya pikir tidak ada salahnya membiarkan diri Anda mempercayai suatu konsep yang mulia, atau percobaan yang mulia, walaupun akhirnya tidak sukses."
Masa depan Sean Bourke suram. Karena tidak setenar Blake, ia berhasil terbang keluar dari Inggris dengan menggunakan paspor palsu. Ia terbang ke Berlin dan dikirim ke Moskwa untuk bersatu kembali dengan Blake. Keduanya sangat kompak, dan pemerintah Soviet menempatkan mereka di apartemen yang sama. Namun, keretakan di antara keduanya tak terhindarkan.
Blake bisa bersikap manis bila segalanya sesuai dengan keinginannya, tapi ia juga bisa menjadi sombong dan bersikap menyebalkan. Bourke bahkan menyangka bahwa Blake telah meminta KGB untuk melenyapkan dirinya.
Bourke kembali ke tanah kelahirannya, Irlandia, dan menulis sebuah buku berjudul The Springing of George Blake (Kisah Pelarian George Blake). Ia menyamarkan bagian Pottle dan Randle demi menghindari penangkapan terhadap diri mereka. Bukunya menjadi best seller, dan ia kembali menulis, namun karya selanjutnya tidak disertai kesuksesan seperti yang pertama. Akhirnya, ia menjadi alkoholik dan mati sendirian di dalam mobilnya, di Irlandia, tahun 1982.
Peran Pat Pottle dan Michael Randle dalam pelarian Blake diketahui publik pada tahun 1989 ketika surat kabar Inggris menerbitkan kisah sensasional tersebut. Keduanya ditangkap dan diseret ke pengadilan.
Meski mereka telah melanggar hukum, para juri di pengadilan bersimpati pada keduanya, sehingga mereka dibebaskan dari hukuman. Pat Pottle meninggal tahun 2000, sedangkan Michael Randle masih berprofesi sebagai penulis dan jurnalis, juga seorang peneliti di Departemen Studi Perdamaian, Univesitas Bradford. (Nukilan dari buku: TRUE ESCAPE STORIES Oleh Paul Dowswell)
" ["url"]=> string(64) "https://plus.intisari.grid.id/read/553355963/mata-mata-di-scrubs" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656700543000) } } [1]=> object(stdClass)#81 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3257490" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#82 (9) { ["thumb_url"]=> string(96) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/28/kisah-keenamjpg-20220428065846.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#83 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(119) "Tiga generasi semua merasakan perang. Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand ternyata diserang pada saat bersamaan." ["section"]=> object(stdClass)#84 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Misteri" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "mystery" ["id"]=> int(1368) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Misteri" } ["photo_url"]=> string(96) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/28/kisah-keenamjpg-20220428065846.jpg" ["title"]=> string(43) "Tsar Rusia Terakhir dan Pembunuh yang Mirip" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-29 10:09:21" ["content"]=> string(8845) "
Intisari Plus - Tiga generasi semua merasakan perang. Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand ternyata diserang pada saat bersamaan. Mata-mata KGB tertangkap oleh pengarang novel.g sama.
---------------------------------------
Keluarga Pejuang
SELAMA jangka waktu yang lama, tiga generasi keluarga Jackson berdinas di bawah bendera Royal Australian Navy. Tahun 1942 kelasi muda John Jackson terlibat dalam perang di Laut Coral, saat gabungan pasukan AS - Australia berhadapan dengan armada Jepang yang kuat dan menghentikan rangsekan Jepang ke selatan.
Tepat lima puluh tahun kemudian, cucunya, Todd, ikut dalam latihan-latihan perang untuk memperingati kerja sama AS - Australia di lepas pantai Australia. Nama sandi latihan perang itu Operation Coral Sea.
Todd seorang veteran Perang Teluk dan Jackson generasi ketiga yang pernah berperang. Ayahnya, Peter, pernah lima kali dinas ke Vietnam dengan kapal HMAS Sydney pada tahun 1960-an.
Namun yang paling luar biasa adalah kaitan antara Todd dan kakeknya. Todd masuk angkatan laut tanggal 10 Januari 1989, tepat 50 tahun setelah kakeknya masuk dinas AL. Delapan belas bulan setelah bergabung dengan AL, untuk pertama kalinya ia merasakan bertempur, yaitu dalam Perang Teluk.
Hari keberangkatan kapalnya dari Fremantle, yaitu persinggahan terakhir di Australia sebelum mengarungi Samudra Hindia menuju Teluk, bertepatan dengan 50 tahun keberangkatan kakeknya dari Fremantle menuju Inggris, tempat pertama kalinya kakeknya merasakan bertempur.
Kenyataan dan Masa Depan
Pada bulan Juni 1957, ketika Norman Mailer sedang mengarang novelnya, Barbary Shore di apartemennya di New York, seorang mata-mata Sovyet mulai muncul dalam ceritanya. Mula-mula, mata-mata itu cuma tokoh yang tidak penting, tetapi lama-kelamaan menjadi tokoh yang dominan. Ketika novel itu selesai ditulis, FBI menangkap gembong mata-mata Sovyet, Rudolph Abel, yang tinggal dalam gedung apartemen yang sama dengan Mailer. Mailer, seperti penulis-penulis lain, entah bagaimana, berhasil menangkap kejadian yang sebenarnya maupun yang terjadi di masa depan.
Langganan Berduel
HENRI Tragne dari Marseille, Prancis, berduel lima kali antara tahun 1861 - 1878. Dalam empat duel yang pertama, lawan-lawannya roboh dan tewas sebelum sebutir peluru pun ditembakkan. Pada duel yang kelima, Tragne yang tewas. Seperti empat duel terdahulu, saat itu belum sebutir peluru pun ditembakkan.
Pasangan yang Tidak Berbahagia
HARI pernikahan Putri Maria del Pozzo della Cisterna yang menikah dengan Amadeo, Pangeran D'Aosta, putra raja Italia di Turin tanggal 30 Mei 1867, terganggu oleh kejadian-kejadian berikut:
Pembunuh yang Mirip
SEORANG pembunuh bernama Claude Volbonne, membunuh Baron Rodemire de Tarazone di Prancis tahun 1872. Dua puluh satu tahun sebelumnya, ayah baron juga dibunuh oleh seseorang bernama Claude Volbonne. Kedua pembunuh itu tidak ada sangkut pautnya.
Tsar Rusia Terakhir
DALAM bukunya, The Occult (1971), Colin Wilson memberikan detail dari pengusutannya yang terampil. Pengusutan itu mengungkapkan bahwa kalau tidak karena suatu kebetulan, PD I mungkin takkan terjadi. Hal ini merupakan suatu pernyataan yang sulit dipercaya. Namun, komponen-komponennya terbentuk dengan cara misterius seperti biasa.
Wilson mulai dengan menekankan bahwa satu dari dua tokoh dalam cerita ini adalah Rasputin, rahib yang sangat besar pengaruhnya atas Tsar dan Tsarina dari Rusia. Pada dua kesempatan, Rasputin berhasil membujuk Tsar agar jangan berperang demi daerah-daerah Balkan yang dianggap Austria sebagai miliknya.
Tokoh lain adalah Pangeran Aria (Archduke) Franz Ferdinand dari Austria yang dibunuh di Sarajevo oleh seorang pejuang Bosnia, Gabriel Princip, bulan Juni 1914. Sebagai akibatnya, Austria menyatakan perang terhadap Serbia. Ini berarti, nasib dunia terletak dalam tangan Tsar, karena ia harus membuat keputusan untuk berpihak ke Serbia dan menyatakan perang pada Austria, atau membiarkan orang-orang Balkan menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Inilah saatnya saran Rasputin bisa menentukan terjadinya perang atau damai. Sayangnya saat itu Rasputin tidak ada untuk memberi saran. Ia sudah ditikam oleh seorang yang ingin membunuhnya di desa kediamannya, Pokrovskoe dan terombang-ambing antara hidup dan mati selama berminggu-minggu.
Ketika Wilson menulis buku tentang Rasputin, ia melihat kebetulan itu, yaitu bahwa Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand diserang pada waktu yang kira-kira bersamaan. Karena rasa ingin tahunya tergelitik, ia berusaha mengetahui waktu penyerangan yang lebih tepat terhadap mereka. Keterangan tentang tanggal Rasputin ditikam ternyata berbeda-beda.
Sejarawan Sir Bernard Pares berpendapat Rasputin ditikam pada hari Sabtu, 26 Juni 1941. Namun buku Maria Rasputin tentang ayahnya menyatakan dengan jelas bahwa penikaman terjadi hari berikutnya. Hal ini lebih masuk di akal karena Rasputin ditikam setelah pulang dari gereja. Ini berarti ia ditikam pada hari yang sama dengan penembakan terhadap Pangeran Aria. Menurut Maria Rasputin, saat penikaman adalah tidak lama setelah pukul 14.00.
Pangeran Aria sudah yakin ia akan tewas bahkan sebelum berkunjung ke Sarajevo. Ia berkata kepada guru pribadi anak-anaknya, "Peluru yang akan membunuh saya sudah disiapkan."
Tidak lama setelah pukul 10.00 hari Minggu itu, sebuah bom rakitan dilemparkan ke mobilnya, tetapi Pangeran Aria dan istrinya tidak cedera. Mereka menghadiri upacara di balaikota dan pergi setengah jam kemudian. Ketika mereka dalam perjalanan kembali ke Sarajevo, kira-kira pukul 11.00, seorang mahasiswa muda yang menderita penyakit paru-paru dan yang terlibat dalam percobaan pembunuhan sebelumnya, mencondongkan tubuhnya ke depan dan melepaskan dua tembakan yang membunuh Pangeran Aria dan istrinya.
Sarajevo dipisahkan oleh garis bujur sejauh 50 derajat dari Pokrovskoe, sehingga waktu di kedua tempat itu berbeda. Wilson menghitung perbedaannya. Perhitungannya mudah saja: bumi berputar 360 derajat dalam waktu 24 jam, atau 180 derajat dalam 12 jam, atau 90 derajat dalam enam jam dan 45 derajat dalam tiga jam.
Jadi untuk berputar 50 derajat diperlukan waktu tepat tiga jam 20 menit. Pangeran Aria Franz Ferdinand dibunuh sesaat sebelum pukul 11.00. Rasputin ditikam pukul 14.15. Pukul 10.55 di Sarajevo, tepat pukul 14.15 di Pokrovskoe.
Wilson menyimpulkan: 'Pria yang kematiannya menyebabkan Perang Dunia I, dan pria yang mestinya bisa mencegah perang, diserang pada saat yang sama. Kebetulan ini merupakan yang paling luar biasa, yang pernah saya temukan.'
" ["url"]=> string(88) "https://plus.intisari.grid.id/read/553257490/tsar-rusia-terakhir-dan-pembunuh-yang-mirip" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1651226961000) } } [2]=> object(stdClass)#85 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246990" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#86 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/21/10_thumbnail-intisariplus-sejara-20220421060644.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#87 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(149) "Bogdan Stashinsky adalah seorang anggota komunis dan pembunuh terbesar dari Uni Soviet. Perjumpaannya dengan seorang wanita telah mengubah segalanya." ["section"]=> object(stdClass)#88 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/21/10_thumbnail-intisariplus-sejara-20220421060644.jpg" ["title"]=> string(31) "Ada Apa dengan Cinta Mata-Mata?" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:56:24" ["content"]=> string(8048) "
Intisari Plus - Bogdan Stashinsky adalah seorang anggota komunis dan pembunuh terbesar dari Uni Soviet. Perjumpaannya dengan seorang wanita telah mengubah segalanya.
---------------------------------------
Sesuatu yang luar biasa terjadi. Pada 12 Agustus 1961, Bogdan Stashinsky, pembunuh terbesar Uni Soviet di masa Perang Dingin, datang ke Markas Besar Kepolisian Jerman Barat untuk menyerahkan diri. Malam itu juga, Stashinsky ditanyai oleh sebuah tim yang terdiri dari pejabat-pejabat tinggi dinas intelijen. Cerita yang diungkapkannya malam itu bukanlah yang terhebat.
Stashinsky dilahirkan di Ukraina, 1931, ketika Ukraina masih menjadi bagian Uni Soviet. Banyak warga Ukraina yang menginginkan kebebasan dan berjuang melawan peraturan Soviet. Di antara mereka juga ada anggota keluarga Stashinsky, Tapi Bogdan berbeda. Dia bergabung dengan komunis, dan untuk menunjukkan dedikasinya dia menyerahkan saudara-saudaranya.
Para penguasa terkesan, dan Stashinsky direkrut oleh KGB, dinas intelijen Uni Soviet. Setelah menjalani pelatihan selama dua tahun, dia mendapatkan berbagai tugas penyamaran untuk mengejar orang-orang antikomunis di negara jajahan Soviet di Eropa Timur. KGB mengawasi kemajuan anggota baru mereka dengan senang. Dia dinilai cukup baik untuk mendapat tugas-tugas yang dianggap sangat berisiko. Tahun 1957 dia menerima tugas yang sangat sesuai dengan kemampuannya pembunuhan terhadap pemimpin perlawanan Ukraina, Lev Rebet.
KGB menyebut Rebet sebagai "Rubah yang Licik" dan dia adalah lawan yang hebat. Hanya sedikit hal yang diketahui tentang dirinya. Informasi yang harus dikembangkan Stashinsky adalah bahwa Rebet menjalankan kelompok perlawanannya itu dari Munich, sebuah wilayah yang berada di Jerman, di luar kekuasaan Uni Soviet. Markas rahasianya berada di sebuah gedung yang disebut 'bunker'. Rebet adalah sosok dengan sikap yang sangat berkuasa, berjalan dengan cepat, berkacamata, dan menyembunyikan kepalanya yang gundul di bawah topi baret. Dia menjalankan organisasinya dengan tangan besi. Siapa saja yang diduga menjadi mata mata Soviet akan ditembak mati tanpa ragu.
Dengan tenang. Stashinsky terbang ke Munich dan siap menjalankan tugas. Dia mulai mencari tahu tempat pertemuan para pelarian Ukraina, dan dalam beberapa hari dia yakin telah dapat mengidentifikasi Rebet, Sekarang yang harus dilakukan adalah membunuhnya.
Senjata yang akan dipakai Stashinsky adalah sebuah produk baru pengembangan dari pistol gas. Senjata ini berupa tabung dari logam ringan untuk menyemprotkan cairan beracun yang dapat membunuh orang dalam waktu 90 detik. Semprotan itu tidak akan meninggalkan jejak, dan jika digunakan dengan benar akan menimbulkan kesan bahwa korbannya terkena serangan jantung. Gas beracun itu sangat berbahaya sehingga Stashinsky harus menelan pil penangkal racun sebelum dia menggunakan senjatanya, kalau-kalau dia ikut menghirup gasnya.
Tugas ini selesai dengan cepat, seperti mimpi. Stashinsky bertemu Rebet di tangga menuju kompleks kantor. Dia berjalan mendahului Rebet, menyembunyikan senjatanya dalam sekantong sosis, dan menyemprotkannya dengan gerakan yang sangat cepat. Rebet terhuyung-huyung ke belakang, lalu jatuh di tangga. Pada saat tubuhnya ditemukan. Stashinsky sudah pergi jauh.
Stashinsky dielu-elukan sebagai seorang pahlawan dan dimu dengan makan malam istimewa oleh KGB. Setahun kemudian, penguasa Soviet memutuskan untuk membunuh pelarian Ukraina lain yang ada di Munich. Namanya Stefan Bandera, dan Stashinsky adalah orang yang tepat untuk pekerjaan ini.
Pada suatu hari di musim gugur, Bandera kembali ke apartemennya, kedua tangannya membawa kantung-kantung besar berisi bahan-bahan makanan. Ketika dia kesulitan mengunci pintunya, seorang asing mendekat. Dia adalah Stashinsky: Dia tersenyum dan bertanya pada Bandera apakah kunci pintunya berfungsi dengan baik. Bandera terlihat bingung, dan dia terlambat melihat senjata berisi gas beracun itu, sehingga tidak sempat bereaksi. Stashinsky menembakkan senjata itu langsung ke mukanya, kemudian berjalan pergi dengan tenang. Tapi pembunuhan ini tidak berjalan dengan mulus. Bandera masih sempat berjalan sempoyongan mencari bantuan, dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Pihak kepolisian Jerman Barat tidak ragu mengatakan bahwa ini adalah pembunuhan.
Lancar ataupun tidak, Stashinsky telah melakukan tugasnya. Sekali lagi, dia dielu-elukan sebagai pahlawan, dan mendapatkan medali tanda jasa. Tapi ketika kariernya mulai bersinar, Stashinsky merusaknya sendiri. Saat menjalankan tugas sebagai pengawas Soviet di Berlin Timur, dia jatuh cinta pada seorang gadis penata rambut Jerman berusia 21 tahun. Namanya Inge Pohl.
KGB sangat terkejut. Menurut mereka, jodoh yang tepat untuk bintang pembunuh mereka seharusnya berasal dari dalam KGB sendiri. Tapi Stashinsky sudah membuat keputusan. Pasangan itu menikah dan dia membawa pengantin wanitanya untuk tinggal bersamanya di Moskwa.
Cinta tampaknya mampu melunakkan Stashinsky. Dia mengakui semuanya pada Inge dan mengatakan bahwa yang dikerjakannya saat ini membuatnya muak. Inge sangat terkejut dan mendorong suaminya untuk mundur dari pekerjaan yang sangat mengerikan itu. Dia juga mengatakan pada suaminya bahwa dia tidak suka tinggal di Moskwa dan menyarankan agar mereka menyeberang ke Jerman Barat.
Sialnya, salah seorang anggota KGB, mengawasi Stashinsky dan istrinya dengan sangat dekat—begitu dekat bahkan, sampai mereka memasang alat penyadap di apartemen pasangan itu, dan membuka surat-surat mereka. Ketika Stashinsky menyadarinya, dia sangat marah. Perselisihan dengan atasannya akan membuat karier Stashinsky berakhir.
Inge hamil. Dia kembali ke rumah orangtuanya di Berlin Timur. Permintaan izin Stashinsky untuk mengikuti istrinya ditolak, dan dia diperintahkan untuk tetap tinggal di Uni Soviet selama tujuh tahun ke depan. Anak itu akhirnya lahir, tapi meninggal enam bulan kemudian. Dalam situasi yang tragis itu, KGB mengizinkan Stashinsky mengunjungi istrinya di Berlin, dan menghadiri pemakaman anaknya.
Ini adalah kesempatan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Selama kunjungan itu Stashinsky dan Inge melarikan diri. Dengan menggunakan surat-surat palsu, mereka memasuki wilayah Jerman Barat, dan Stashinsky menyerahkan dirinya pada polisi. Di sini dia juga mengakui pembunuhan yang telah dilakukannya atas Rebet dan Bandera, yang diikuti dengan persidangan tingkat tinggi. Pada 1962 dia divonis hukuman penjara selama 13 tahun. Tapi ternyata seorang mata-mata yang telah meninggalkan pekerjaannya demi cinta sekali lagi harus mengalami guncangan: Inge Pohl menceraikannya pada 1964.
Kelanjutannya
Stashinsky dibebaskan dari penjara hanya setelah menjalani empat tahun dari masa tahanannya. Dia segera menghilang. Diperkirakan dia dibawa ke Amerika, dan tinggal di sana dengan identitas baru, jauh dari pembunuh KGB yang pasti akan dikirim untuk memburunya. Muncul juga spekulasi bahwa bekas istrinya juga bersamanya di Amerika, dan perceraian mereka hanyalah sebuah tipu muslihat.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246990/ada-apa-dengan-cinta-mata-mata" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650819384000) } } [3]=> object(stdClass)#89 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246989" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#90 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/21/9_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421060226.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#91 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(139) "Awalnya hanya seorang sopir, lalu menjadi penyaji makanan dan minuman. Di kemudian hari, segenap rahasia pemerintah Inggris di Turki bocor." ["section"]=> object(stdClass)#92 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/21/9_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421060226.jpg" ["title"]=> string(21) "Sang Pelayan Perlente" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:54:58" ["content"]=> string(22265) "
Intisari Plus - Awalnya hanya seorang sopir, lalu menjadi penyaji makanan dan minuman. Di kemudian hari, segenap rahasia pemerintah Inggris di Turki bocor ke pihak Jerman. Atasannya menuliskan ke dalam sebuah buku, yang kemudian menjadi titik pijak film Hollywood.
---------------------------------------
Ludwig Moyzisch bukanlah orang yang menawan. Suatu malam, ketika sedang tidur lelap, dia dibangunkan dan dipanggil untuk segera menuju ke rumah Sekretaris Pertama Kedutaan Jerman di Ankara, Turki. Di tengah malam seperti ini, seberapa pentingkah urusannya?
Saat itu, Oktober 1943. Eropa terlibat dalam Perang Dunia II. Turki yang merupakan wilayah netral berada dalam posisi yang tidak nyaman, di antara negara Eropa yang dikuasai Nazi dan Soviet Rusia yang penuh mata-mata. Moyzisch, anggota Dinas Rahasia Jerman, SD (Sicherheitsdienst), adalah salah satu mata-matanya. Dia menyamar sebagai perwakilan dagang kedutaan Jerman, dan dia sering diminta untuk melakukan hal-hal aneh, yang tidak diharapkan dan pada waktu-waktu yang tidak biasa.
Walaupun begitu, dia semakin merasa jengkel ketika sampai di rumah tersebut, Sekretaris Kedutaan sendiri sudah tidur. Hanya istrinya yang menyambut Moyzich di pintu depan.
"Ada orang dengan sikap yang aneh di sana," katanya sambil menunjuk ke ruang gambar. Dia punya sesuatu untuk dijual pada kita."
Wanita itu juga segera menuju ke tempat tidurnya sambil berpesan untuk menutup pintu ketika dia pergi nanti.
Dengan kejengkelan yang semakin memuncak, Moyzisch berjalan dengan cepat menuju ke ruang gambar. Dia ingin menyingkirkan tamu itu segera. Matanya melihat kekacauan di sekeliling ruangan, dia juga memperhatikan hiasan-hiasan di dalam ruangan itu, sampai beberapa saat kemudian dia melihat sosok yang pucat dalam kegelapan, duduk diam tak bergerak di sofa, wajahnya tertutup bayangan. Sesuatu dalam diri lelaki ini memunculkan kecurigaan Moyzisch. Emosinya diturunkan dan dia mulai berkonsentrasi untuk menjernihkan pikiran.
Tamu itu berdiri. Dia kecil dan pendek, dengan rambut hitam yang tebal, serta dahi yang lebar. Moyzisch kemudian menyebut wajahnya sebagai "orang yang biasa menyembunyikan perasaannya", tapi saat ini, sorotan matanya yang kelam terlihat mencoba menutupi kegelisahan.
Orang itu berjalan ke arah pintu, dan tiba-tiba menyentakkan daun pintunya keluar, melihat apakah ada seseorang yang bersembunyi di belakangnya. Kemarahan Moyzisch muncul kembali. Dia adalah seorang mata-mata, bukan salah satu dari Marx Bersaudara, dan ini bukanlah film picisan. Tapi dia tetap diam, dan membiarkan tamu itu memulai pembicaraan.
"Aku punya tawaran untukmu," orang itu mulai berbicara dengan logat Prancis yang lancar namun berat. "Tapi pertama-tama aku ingin jaminan bahwa yang kukatakan saat ini tidak akan sampai pada orang lain ataupun atasanmu. Jika kau mengkhianati aku, hidupmu akan kehilangan arti seperti hidupku. Dan mungkin aku akan mempertimbangkan untuk melakukan ini sebagai pilihan terakhir," kata pria itu sambil meniru gerakan menggorok leher dengan tangannya.
Moyzisch memandang lelaki itu dengan dingin. Dia tidak ingin menanggapi ancaman itu dengan serius. Tapi dia adalah seorang mata-mata profesional, dan dia dilatih untuk melihat dan menunggu apa lagi yang akan dikatakan oleh orang asing itu. Ini sangat menarik...
"Aku dapat mengirimkan foto-foto yang berisi informasi rahasia untukmu—informasi yang sangat —dari Kedutaan Besar Inggris. Tapi jika kau menginginkannya, kau harus memberikan bayaran yang sangat besar. Aku mengorbankan diriku untukmu, jadi aku juga memi harga yang senilai dengan pengorbananku."
Moyzisch angkat bicara untuk pertama kalinya. "Berapa jumlah yang Anda inginkan?"
"Aku ingin £20.000 sterling—tunai."
Moyzisch membuka topengnya, dia tidak tahan untuk mencemooh. "Itu sangat tidak mungkin," katanya. "Barang apakah di dunia ini yang senilai dengan uang sebesar itu?"
Pada 1943, uang sebanyak itu bisa membuat orang sungguh-sungguh kaya.
"Well, silakan kau pertimbangkan," kata orang asing itu, "Aku akan memberikan waktu tiga hari untuk memutuskan, lalu aku akan meneleponmu di Kedutaan Jerman dan menyebut diriku sebagai Pierre. Aku akan menanyakan apakah kau punya surat untukku. Jika jawabannya 'ya", aku akan datang dan menemuimu. Jika 'tidak', maka kau tidak akan mendengar apapun dariku. Jika kau tidak tertarik, ada banyak pihak lain yang pasti menginginkannya."
Ada sesuatu dalam diri orang ini yang membuat Moyzisch ragu untuk mengabaikannya. Dia hampir yakin orang ini akan membawa informasi rahasia itu ke Kedutaan Soviet di Ankara jika pihak Jerman menolaknya, dan dia melakukan itu sungguh hanya untuk urusan bisnis. Moyzisch menyetujui rencana yang diajukan dan lelaki itu bersiap pergi. Begitu sampai di pintu, dia berbalik dan tersenyum licik. "Aku bertaruh, kau pasti sedang berpikir siapakah aku ini. Well, aku akan memberitahu. Aku adalah pelayan Duta Besar Inggris.
Sebelum Moyzisch sempat berkata-kata, pintu dihempaskan dan orang asing itu menghilang.
Pagi berikutnya, Moyzisch berencana menemui Duta Besar Jerman, Franz von Papen. Jumlah uang yang diminta orang itu sangat besar, sehingga mereka memerlukan izin langsung dari Sekretaris Luar Negeri Jerman, Joachim von Ribbentrop. Mereka yakin dia akan menolak, tapi surat balasan datang dan ternyata tawaran itu diterima. Kurir khusus akan dikirimkan untuk membawa uang itu dari Berlin.
Moyzisch memberikan nama pada orang asing itu—Cicero, seperti nama seorang orator terkenal Romawi—dan membuat persiapan untuk menyambut kedatangannya. Sudah dapat dipastikan, telepon dari "Pierre" akhirnya datang, dan mereka membuat janji untuk bertemu di kedutaan pada pukul 22.00 malam itu.
Moyzisch sudah mempersiapkan segalanya. Dia menyiapkan sebuah kamar gelap, lengkap dengan teknisi fotografi, sehingga dia dapat memeriksa film-film tersebut saat itu juga. Orang asing itu datang tepat pada waktunya, dan keduanya mulai mencoba melakukan pertukaran, dengan masih disertai rasa saling curiga. Cicero menginginkan uangnya terlebih dahulu, kemudian baru dia akan menyerahkan film. Sementara Moyzisch ingin filmnya diperiksa dulu apakah benar-benar asli, baru dia akan menyerahkan uang. Mereka melakukan kompromi. Moyzisch menghitung uang sebesar £20.000 di depan Cicero, kemudian mengembalikan ke tempatnya dan membawa film tersebut ke kamar gelap.
Hasilnya sangat spektakuler. Dokumen sangat rahasia yang tidak diragukan keasliannya, lengkap dengan tanggalnya. Cicero mendapatkan uangnya, dan rencana selanjutnya dibuat, di mana pihak Jerman akan membayarnya £15.000 untuk setiap informasi yang diantarkan. Jumlah uang yang diberikan memang cukup besar, tapi informasi yang diberikan memang sangat luar biasa.
Pada malam yang lain, Cicero datang lagi membawa lebih banyak film. Ketika dia ingin pulang, dia meminta Moyzisch untuk mengantarkannya kembali ke Kedutaan Besar Inggris, Pihak Jerman menjadi heran.
"Kenapa tidak?" kata Cicero dengan tenang. "Di sanalah aku tinggal."
Film-film berikutnya terus menyusul, masing-masing mengungkapkan dokumen-dokumen yang berisi informasi sensitif. Pihak Jerman tidak bisa percaya begitu saja dengan keberuntungannya. Cara Cicero memperoleh dokumen rahasia itu tampak terlalu mudah, dan mereka menyangka dia tengah mempermainkan mereka, memberikan informasi-informasi palsu untuk membingungkan dan menyesatkan pihak Dinas Rahasia Jerman.
Moyzisch diperintahkan untuk mengungkapkan semua hal tentang penghubung mereka di Kedutaan Inggris, dan kemudian membuat gambaran tentang Cicero. Nama sebenar nya adalah Eleyza Bazna. Dia adalah seorang Albania yang memutuskan untuk pergi ke Turki dan menetap di Ankara. Di situ dia mendapat pekerjaan sebagai sopir, kemudian menjadi pelayan yang menyajikan makanan dan minuman, lalu akhirnya menjadi pelayan untuk diplomat-diplomat tingkat tinggi. Dia pernah bekerja untuk Duta Besar Yugoslavia dan diplomat Jerman yang memecatnya karena ketahuan telah membaca surat-surat mereka. Akhirnya, dia menemukan pekerjaan di Kedutaan Besar Inggris sebagai pelayan para pejabat tinggi di sana.
Bazna mengerjakan tugasnya dengan sangat baik Di rendah hati, mampu melakukan tugasnya dengan efisien, dan memiliki kemampuan khusus untuk menebak apa yang diinginkan tuannya. Dia juga sangat pandai, mampu berbicara dalam berbagai bahasa asing dengan lancar. Ketika posisi pelayan di kediaman Duta Besar Sir Hughe Knatchbull Hugeson kosong, Bazna mendapatkan pekerjaan itu.
Apa yang tidak diketahui oleh Sir Hughe adalah bahwa pelayan barunya memiliki beberapa ketertarikan. Yang pertama adalah fotografi, yang kedua adalah Mara, pelayan wanita di kedutaan, dan yang ketiga adalah mengintip file-file rahasia kedutaan. Ketika Bazna mengetahui betapa mudahnya melakukan semua itu, dia semakin bersemangat
Bazna mengetahui bahwa bos barunya adalah seorang dengan kebiasaan hidup yang teratur. Segala hal dalam kehidupan Sir Hughe berjalan seperti mesin waktu. Dia mandi di pagi dan sore hari, bermain piano setelah makan siang, dan makan pada waktu yang sama setiap hari. Ketika dia keluar dengan Rolls-Royce ungunya, Bazna mengetahui dengan pasti kapan bosnya pergi dan kembali
Kebiasaan lain Sir Hughe yang sangat mengakomodasi keinginan Bazna adalah dia suka membaca dokumen-dokumen yang sangat rahasia di kediamannya, dan menyimpannya di situ.
Pada suatu sore, ketika Sir Hughe sedang mandi, Bazna masuk ke dalam ruang tidur, dengan alasan meletakkan pakaian tidur tuannya, lalu membuat cetakan kunci tempat penyimpanan dokumen dari lilin. Du kemudian membuat tiruan kunci itu dengan bantuan temannya. Setelah itu, semua dokumen yang disimpan Sir Hughe di tempat penyimpanan dokumen itu dibaca oleh pelayannya.
Rutinitas itu memang sempurna! Dan semakin banyak Bazna membaca dokumen-dokumen itu, dia semakin nekat untuk mendapatkannya. Pada suatu kesempatan, setelah Sir Hughe diberi pil tidur, Bazna bahkan membaca dan memfoto surat-surat rahasia itu di meja yang berada tepat di sisi tempat tidur.
Betapa hebat semua rahasia itu! Rencana serangan udara dari Turki melawan sekutu Nazi, Rumania... Rincian pertemuan antara Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Soviet Joseph Stalin... dan yang terhebat di antara semuanya untuk pihak Jerman adalah Bazna menyampaikan berita penyerangan pihak sekutu Eropa berikutnya dari Inggris ke Prancis. Bazna bahkan memberikan pada pihak Nazi kode penyerangan itu "Operasi Overlord".
Tapi anehnya, pihak Nazi masih melihat bahwa bebes informasi itu tampak terlalu 'hebat'. Meskipun mereka tetap menganggap Bazna tidak berbohong, mereka mengatakan bahwa informasi yang disampaikannya palsu—sengaja disisipkan oleh pihak intelijen Inggris agar ditemukan oleh Bazna dan diteruskan pada pihak Jerman.
Bazna tidak terlalu peduli dengan yang dilakukan Jerman terhadap informasinya, apalagi dengan apa yang mereka pikirkan tentang informasi itu —asalkan, uangnya terus mengalir dan menumpuk. Dia tidak perlu berusaha keras untuk menyembunyikannya, dia hanya perlu menyimpan di bawah karpet kamar tidurnya.
Tapi, seperti biasa, ketika orang sedang berlimpah harta, mereka lupa menyimpan sebagian hartanya untuk persiapan jika keadaan tidak sebaik sekarang. Bazna mulai berfoya-foya dengan uangnya. Dia menyewa sebuah pondok penginapan di luar kota lengkap dengan peralatan modern. Satu hal mengkhawatirkan yang melanggar asas kerahasiaan adalah dia menyebut pondok itu dengan "Villa Cicero"—sesuai dengan nama kode jermannya, bahkan dia memasang plakatnya di pintu. Dia dan teman wanitanya, Mara, menjadi pelanggan tetap ABC Store di Ataturk Boulevard, toko paling bergengsi di seluruh Turki. Pakaian dan perhiasan mereka bisa membuat malu para tokoh masyarakat kelas atas
Moyzisch mulai terganggu dengan cara Bazna memamerkan kekayaannya, terutama ketika dia mulai memakai jam tangan emas. Bahkan Mara, yang memercayai bahwa dia bekerja untuk Turki, mulai mengejeknya.
"Orang mulai bertanya-tanya bagaimana kita mampu membeli baju-baju yang indah ini. Bagaimanapun kau tetaplah seorang pelayan."
"Jangan khawatir," dia tersenyum pada Mara. "Mereka semua terlalu bodoh."
Tapi orang-orang itu tidak bodoh.Anehnya, pihak Turki lah yang pertama kali memperhatikan Bazna. Mereka mengambil posisi netral dalam perang. Ketika konflik semakin meluas, mereka mulai bertanya-tanya pihak mana yang paling cocok dengan kepentingan mereka untuk didukung, Suatu malam, setelah Bazna menyerahkan film ke Kedutaan Jerman, dan Moyzisch mengantarkannya pulang, mereka menyadari ada sebuah mobil hitam yang mengikuti mereka. Ketika Moyzisch memperlambat mobilnya, mereka juga melambat, ketika kecepatan d naikkan, mereka juga mempercepat laju kendaraannya. Setelah lelah mempermainkan mereka, Moyzich menginjak pedal gas dan dengan kecepatan penuh melintasi bulevar Ankara dengan kecepatan 190 km/jam.
Di akhir minggu itu, Moyzisch menabrak mobil seorang pejabat Turki.
"Hei, bung!" kata orang Turki itu. "Anda benar-benar pengemudi yang ceroboh. Anda harus lebih berhati-hati terutama di malam hari."
Ini adalah sebuah peringatan, karir Bazna sebagai mata mata hampir berakhir.
Tanda-tanda bahaya terus mengikuti. Di Kedutaan Besar Inggris, satu tim ahli keamanan datang untuk memasang sistem keamanan dokumen-dokumen rahasia milik duta besar. Tapi Bazna mendengar Sir Hughe mendiskusikan sistem itu bersama dengan salah satu anggota tim, dan mencoba cara untuk melewati sistem tersebut.
Rahasia itu terus mengalir dari Kedutaan Inggris ke pihak Jerman, tapi Bazna sedang mempertimbangkan untuk membuka rahasianya pada seorang mata-mata yang jauh lebih berani darinya, untuk meneruskan tugasnya. Di Kementerian Luar Negeri Jerman bekerja seorang bernama Fritz Kolbe, seorang Jerman yang membenci Nari. Kolbe memiliki akses langsung ke semua bahan rahasia yang disuplai oleh Cicero pada pihak Jerman di Ankara, dan dia mendapat perhatian dari Amerika. Pihak Amerika mengatakan pada Inggris bahwa mereka pasti memiliki seorang mata-mata yang lepas dari pengawasan di dalam lingkungan kedutaan mereka.
Tapi pihak intelijen Inggris tidak dapat menemukan identitas Cicero. Rahasianya justru terungkap dari dalam Kedutaan Jerman. Moyzisch memiliki seorang sekretaris yang sangat tidak cakap dan selalu berwajah muram bernama Nellie Kapp. Berambut pirang, perempuan berusia 20 tahun itu selalu mencibir serta menggerutu selama bekerja. Dia juga sangat malas, Moyzisch sangat ingin memecatnya—satu satunya alasan kenapa dia tidak melakukannya adalah karena ayahnya seorang diplomat Jerman tingkat tinggi.
Yang mengherankan, Nellie, dengan segala kesalahannya, menunjukkan ketertarikan terhadap segala sesuatu yang dikerjakan Moyzisch. Alasannya adalah karena dia juga seorang mata-mata. Dia bekerja untuk American Office for Strategic Service (OSS) dan dia memiliki kunci brankas Moyzisch. Dia juga membuat foto semua dokumen yang melaluinya. Tidak lama kemudian, dia mempunyai ide bag bahwa Cicero adalah Eleyza Bazna.
Di akhir Maret 1944, Nellie telah menyelesaikan tugasnya, dan memutuskan bahwa ini adalah saat untuk melarikan diri. Bagaimanapun jika staf Kedutaan Jerman mengetahui kalau dia sudah memata-matai mereka, dia akan disiksa dan kemudian ditembak. Nellie kemudian memotong rambut nya, dicat warna hitam, lalu menumpang pesawat keluar dan Turki, Sementara itu Dinas Rahasia Inggris membuat jebakan, karena tidak terlalu yakin dengan kemampuan orang-orang mereka. Suatu malam, seorang petugas keamanan Inggris, Sir John Dashwood, duduk diam di kantor Sir Hughe dengan segelas wiski. Dia mematikan lampu dan menunggu. Tidak lama kemudian, pintu dibuka, dan lampu dinyalakan. Di ujung pintu berdiri Bazna, dengan kunci di tangan. Kedua laki-laki itu saling memandang. Tidak ada sepatah kata pun terucap. Bazna membalik badannya dan pergi. Semua sudah berakhir.
Bazna tidak dapat ditahan, karena dia tidak melanggar satu pun hukum Turki. Setelah mendengarkan kemarahan Sir Hughe yang amat sangat, Bazna mengumpulkan semua harta miliknya, termasuk semua uang yang ada di bawah karpetnya. Dia kemudian meninggalkan kedutaan untuk selamanya, dan berdiam di wilayah yang lebih eksklusif di Ankara.
Sementara itu, datanglah saat-saat yang tidak menyenangkan bagi Moyzisch. Sekretarisnya menghilang secara mencurigakan, dan sekarang rahasia agen terbaiknya telah terbongkar. Pimpinannya di Berlin tentu saja sangat tidak suka, dan mengirimkan telegram yang memintanya untuk segera kembali ke Jerman. Moyzisch mengkhawatirkan hidupnya. Untuk mengulur waktu, dia mengirimkan telegram balasan yang mengatakan bahwa dia sedang sakit, sehingga tidak dapat melakukan perjalanan. Tidak lama kemudian, dia menerima telepon di rumahnya.
"Saya menghubungi Anda atas nama Inggris," terdengar sebuah suara yang misterius. "Jika Anda kembali ke Jerman, Anda akan ditembak. Datanglah pada kami, selamatkan dirimu."
Ini adalah sebuah dilema. Moyzisch enggan meng khianati negaranya. Dia adalah seorang yang loyal terhadap Nazi, bahkan sudah bergabung dengan partai ini sebelum Hitler berkuasa. Sekarang, dia tetap percaya pada paham yang dianut Nazi. Untunglah, dia tidak harus mengambil keputusan, karena tidak lama kemudian negara-negara sekutu betul-betul menyerang Prancis, seperti yang diprediksi Cicero, dan perang tidak berpihak pada Jerman. Pihak Turki melihatnya sebagai petunjuk untuk bergabung dengan negara sekutu. Semua diplomat Jerman, termasuk Moyzisch, ditangkap dan ditahan hingga akhir masa perang.
Kelanjutannya
Bazna sangat puas dengan hidupnya. Dia tetap hidup, dan sangat kaya. Dia pergi ke Portugal, membawa £300,000 bersamanya, kemudian ke Amerika Selatan. Tapi di sinilah jalan hidupnya berubah. Seorang bankir datang ke vila mewah yang disewa Bazna, dan mengatakan padanya bahwa semua uang kertasnya palsu.
Bazna menerima berita itu dengan tenang. Menyadari dirinya telah ditipu pihak Jerman, dia bahkan tertawa keras. Jerman memutuskan bahwa informasi yang diberikan Bazna tidak berguna, dan mereka tidak akan membayarnya dengan uang asli. Tapi yang terjadi kemudian jauh dari sebuah guyonan yang layak ditertawakan, khususnya bagi Bazna. Dia ditangkap dan dikirim ke penjara dengan dakwaan memalsu uang. Setelah dibebaskan, dia menuju ke Jerman dan meminta pada pemerintah Jerman Barat untuk memberikan kompensasi atas 'kerugiannya'. Tidaklah mengejutkan, permintaannya ditolak. Dia meninggal dunia dalam kesepian dan miskin di Istanbul, pada 1971.
Nasib Ludwig Moyzisch lebih baik setelah perang. Dia memberikan bukti-bukti dalam pengadilan penjahat perang Nazi di Nuremberg, dan kemudian kembali menjalani kehidupan sipil di Austria. Di sana dia melakukan pekerjaan samarannya di kedutaan dalam kehidupan nyata—menjadi manajer ekspor untuk perusahaan tekstil. Dia menulis sebuah buku berjudul Operation Cicero yang berkisah tentang aktivitas spionasenya, yang kemudian dibuat menjadi film berjudul Five Fingers, yang dibintangi James Mason.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(66) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246989/sang-pelayan-perlente" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650819298000) } } [4]=> object(stdClass)#93 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246981" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#94 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/21/7_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421054600.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#95 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(103) "Pengakuannya sebagai mata-mata ganda ternyata tak bisa menyelamatkan Kolonel Uni Soviet Oleg Penkovsky." ["section"]=> object(stdClass)#96 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/21/7_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421054600.jpg" ["title"]=> string(28) "Pedagang dan Mata-Mata Hebat" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:51:05" ["content"]=> string(24092) "
Intisari Plus - Pengakuannya sebagai mata-mata ganda ternyata tak bisa menyelamatkan Kolonel Soviet Oleg Penkovsky. Menentang pemerintahnya bukan karena dia anasionalis, tapi karena alasan anti-komunis.
---------------------------------------
Menjadi mata-mata adalah permainan dalam kesendirian; dibutuhkan keberanian serta kesabaran yang sangat tinggi. Banyak mata-mata menghabiskan malam yang panjang tanpa bisa tidur nyenyak, terus bertanya-tanya kapan penyamarannya akan terbongkar, dan nasib buruk apa yang akan menimpanya jika dia berkhianat atau menyerahkan diri. Seorang mata-mata yang dikirim untuk membuka rahasia negara musuh, punya masalah besar. Tapi mata-mata yang meninggalkan negaranya sendiri dan bekerja untuk negara asing dapat dipastikan menerima siksaan bahkan sampai pada kematian jika ketahuan.
Oleg Penkovsky sama seperti orang lainnya. Dia bertubuh tinggi dan tampan, dengan sikap serta kesopanan aristokrat yang tidak biasa di kalangan komunis Uni Soviet. Pada 1960 dia adalah seorang Kolonel di GRU—Dinas Intelijen Militer Soviet. Karena pangkatnya, dengan mudah dia bepergian ke sekitar Kremlin, benteng Moskwa—seperti markas beir pemerintah, dan memiliki akses yang tak terhitung jumlahnya ke rahasia-rahasia militer.
Penkovsky memandang dunianya dengan menganggap remeh rahasia. Ayahnya dulu adalah pegawai di dinas ketentaraan Czar, dan berperang melawan komunis dalam perang sipil Rusia. Perlawanan keluarganya terhadap peraturan baru Rusia tampaknya menurun padanya. Lebih dari tiga tahun dia mulai membenci rezim yang dilayaninya, dan menjuluki pemimpin Soviet, Nikita Krushchev, sebagai seorang petani bodoh.
Saat itu dunia tengah memasuki era yang dikenal sebagai Perang Dingin. Meskipun sesungguhnya tidak berperang, ada ketegangan antara komunis Uni Soviet dan negara-negara kapitalis barat, macam Amerika Serikat dan Persemakmuran Inggris, yang menimbulkan rasa saling curiga. Kedua belah pihak membangun kekuatan nuklirnya dan berperang lewat propaganda dan ancaman. Penkovsky yakin negaranya merencanakan meluncurkan senjata nuklir untuk melawan musuh kapitalisnya; dan semakin dia memikirkannya, semakin dia mencari cara untuk menjatuhkan pemimpinnya.
Bagaimanapun, sebagai orang muda, Penkovsky adalah contoh produk dari sistem Soviet. Dia mengikuti pendidikan di Frunze Military Academy di Moskwa, tempat dia diangkat menjadi anggota GRU—organisasi yang hanya menerima orang-orang terbaik. Misi pertamanya menjadi mata-mata di Ankara, Turki, pada 1955. Dia menyamar sebagai atase militer di Kedutaan Besar Uni Soviet. Turki adalah sekutu dari musuh terbesar Uni Soviet, yaitu Amerika Serikat.Turki bersebelahan dengan wilayah selatan Uni Soviet, dan pihak Soviet ingin mengetahui sebanyak-banyaknya tentang perlengkapan militer yang dimiliki Turki dan pangkalan militer Amerika yang beroperasi di sana. Penkovsky adalah seorang agen yang teliti dan dapat diandalkan. Dia melaksanakan instruksi yang disampaikan padanya melalui surat.
Penkovsky kembali ke Moskwa setelah setahun, untuk pelatihan lebih lanjut. Karena catatan sejarah keluarganya yang antikomunis, pada 1960 dia dipromosikan sebagai kolonel, meskipun dia lolos promosi untuk pangkat yang lebih tinggi. Walaupun demikian, dia tetap dipercaya untuk memimpin delegasi perdagangan Soviet ke London, dan di sana dia diharapkan dapat membentuk jaringan mata-mata Soviet.
Selama mengatur perjalanannya ke London, Penkovsky bertemu dengan seorang yang nantinya memberikan pengaruh besar terhadap hidupnya. Namanya Greville Wynne, seorang pengusaha Inggris.
Wynne, yang mewakili perusahaan pembuatan alat-alat elektronik Inggris, mengingat dengan jelas pertemuan dengan Penkovsky. Pada suatu sore di musim dingin, di ruang atas sebuah bangunan di Gorky Street 11, dekat Red Square Moskwa, Wynne mencoba membujuk agar mengizinkan kelompok pengusaha Inggris mengunjungi negara mereka. Ini bukanlah tugas mudah. Pada saat itu hubungan antara dua negara sangat tegang. Inggris adalah sekutu dekat Amerika. Kecurigaan yang sangat tinggi ada d kedua belah pihak. Bagaimanapun, hidup terus berjalan. Jika perdagangan—meskipun dalam skala kecil dapat dilakukan. mungkin akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Di samping itu, baik perdagangan maupun delegan perdagangan, semua memberikan kesempatan bagi kedua pihak untuk melakukan operasi mata-mata.
Wynne sebenarnya bukanlah mata-mata, tapi seperti pengusaha barat lainnya yang mengunjungi negara-negara komunis, dia diminta untuk memperhatikan segala hal yang mungkin berguna untuk Dinas Rahasia Inggris. Wynne merasa senang dapat membantu sebagai intelijen Inggris selama Perang Dunia II.
Pertemuan yang tampaknya berjalan dengan baik itu terjadi pada suatu hari saat musim dingin di Moskwa. Wynne telah menghabiskan lima tahun hidupnya menjual alat elektronik di Uni Soviet dan negara-negara komunis lain di bagian utara Eropa. Dia dikenal banyak orang yang sedang berunding di tempat itu, dan menurutnya, mereka memercayainya. Menjelang malam, kesepakatan dicapai. Dalam tradisi Rusia, sebotol vodka dikeluarkan, mereka melakukan toast untuk merayakan kesepakatan tersebut.
Setelah orang-orang selesai minum, mereka bersantai dalam percakapan yang penuh canda. Tapi perhatian Wynne tertuju pada satu orang yang tidak dikenalnya—pakaiannya lebih rapi dari yang lain, dan tampaknya memiliki kewibawaan yang mengagumkan. Dia minum sedikit dan tidak bergabung bersama dengan orang-orang lain yang sedang bersenda gurau di sekeliling meja. Orang itu adalah Oleg Penkovsky.
Penkovsky mungkin menjaga jarak dengan koleganya yang lebih junior, tapi sikapnya yang tidak tenang itu berhubungan dengan kecemasan yang sedang dirasakannya. Pada Agustus tahun itu, dia mengirimkan surat kepada Kedutaan Besar Amerika di Moskwa, menawarkan jasanya sebagai mata-mata. Empat bulan sudah berlalu, dan tidak ada respons. Tentu saja dia khawatir, bagaimana jika KGB—dinas polisi rahasia Soviet yang ditakuti—melakukan kegiatan mata-mata di kedutaan, dan pengkhianatannya ketahuan? Sebelumnya, pihak Amerika sangat senang dengan penawarannya, tapi mereka tidak menemukan cara yang aman untuk menghubunginya. Mungkin, pikir Penkovsky, Wynne atau salah satu koleganya dapat memberikan kesempatan untuk berhubungan dengan pihak barat.
Sebulan kemudian, Desember 1960, Wynne dan serombongan pengusaha Inggris tiba di Moskwa dalam rangka perjalanan bisnis seperti yang sudah diatur di Gorky Street. Penkovsky adalah pejabat pemerintah yang akan mendampingi mereka dan dia sedang menunggu untuk menyambut mereka.
Di waktu-waktu yang mereka habiskan bersama, Wynne mengamati Penkovsky dengan cermat. Dia yakin orang Rusia itu tengah memikirkan sesuatu, tapi Sang Kolonel memilih untuk tidak menceritakan padanya. Sebagai gantinya, da mendekati pengusaha Inggris lainnya yang selalu menolak untuk membawa pesan-pesan yang disampaikan Penkovsky.
Ini tidaklah mengejutkan—orang-orang barat yang bersamanya dalam perjalanan itu telah diperingatkan untuk berhati-hati terhadap pendekatan yang dilakukan orang-orang Rusia yang kelihatan ramah, karena dikhawatirkan mereka terjebak dalam rencana Rusia dan menjadi korban pemerasan. Penkovsky harus menunggu orang lain.
Wynne kembali ke Uni Soviet pada April 1961 untuk mengatur kunjungan balasan ke Inggris bagi pengusaha Soviet. Sekali lagi Penkovsky terlibat dalam perundingan, dan memberikan daftar nama pengusaha yang akan ikut serta dalam perjalanan tersebut pada Wynne. Namanya sendiri berada di urutan paling atas.
"Jadi Anda juga ikut, Kolonel?" tanya Wynne. Nada pertanyaannya meminta penjelasan lebih lanjut.
"Ya, Mr. Wynne," kata Sang Kolonel. Dia kemudian melihat sekeliling untuk melihat apakah ada orang lain yang mendengarkan, kemudian dia menurunkan suaranya, dan berbisik. "Tapi saya pergi ke London bukan untuk bersenang-senang. Saya ingin mengatakan banyak hal pada Anda."
Setelah itu, Penkovsky memberikan sebuah amplop tebal pada Wynne. Ketika dia kembali ke hotelnya, Wynne membuka paket itu, yang ternyata berisi penjelasan rinci mengenai Penkovsky dan kariernya, serta beberapa rahasia militer Soviet.
Penkovsky sudah memilih orang yang tepat. Ketika mereka bertemu di hari berikutnya, Wynne memberikan jalan. "Aku tahu orang yang bisa Anda ajak bicara," kata Wynne. "Aku akan mengatur pertemuan dengan mereka ketika Anda datang ke London."
Beberapa minggu kemudian Penkovsky tiba di London dengan delegasinya. Mereka dijamu oleh Organisasi Perdagangan Inggris lengkap dengan makan malam dan anggur. Mereka sangat menikmati perjalanan mereka, berbelanja, serta mengunjungi tempat-tempat wisata. Wynne bertindak sebagai pendamping mereka. Setiap malam, setelah semua koleganya pergi tidur, Penkovsky akan dibawa ke sebuah kamar di hotel tersebut. Di situ dia akan diperiksa oleh sebuah tim yang beranggotakan pejabat intelijen Inggris dan Amerika dari CIA dan MI6.
Mereka sungguh-sungguh percaya ini adalah keberuntungan. Di akhir minggu pertama, Penkovsky telah memberikan banyak informasi, mulai dari proyek persenjataan Uni Soviet hingga isi buku petunjuk telepon Kremlin. Dia juga terbuka tentang alasan keinginannya menjadi mata-mata untuk pihak barat, dan dia meyakinkan mereka bahwa motif utamanya adalah karena kekecewaannya terhadap rezim Soviet. Penkovsky mengatakan pada para interogator bahwa dia merasa punya tugas untuk ikut menciptakan perdamaian dunia. Dia juga mengatakan ingin menjadi warga negara Inggris Raya atau Amerika Serikat dan diterima sebagai kolonel dalam dinas ketentaraan mereka.
Baik pihak Inggris maupun Amerika sangat bersedia membantu. Dalam sebuah upacara yang khusus disiapkan untuknya, Penkovsky disumpah menjadi warga negara sekaligus kolonel dalam dinas ketentaraan Amerika maupun Inggris. Mereka semua berpikir Penkovsky adalah tangkapan yang luar biasa. Dia adalah penyusup di Kremlin dengan pangkat tinggi. Tampaknya dia lebih termotivasi oleh hati nuraninya dibandingkan ketamakan. Dia memang meminta bayaran untuk pekerjaannya, tapi sebenarnya semua itu hanya untuk mempersiapkan kehidupan barunya, yang setelah dipertimbangkan akan dihabiskan di Amerika Serikat, setelah masa tugasnya sebagai mata-mata selesai. Dia tidak meminta jumlah yang besar untuk informasi sensitif yang diberikan.
Bagaimanapun di balik semua keuntungan yang dapat diberikan, baik CIA maupun M16 memiliki ketidakcocokan dengannya. Tidak ada yang meragukan kesungguhan hatinya, atau menyangka dia adalah agen ganda untuk Soviet, tapi beberapa idenya berisiko tinggi, bahkan tampak menggelikan. Contohnya, dia menyarankan untuk memasang beberapa bom atom berukuran kecil di Markas Militer Moskwa.
Karakternya juga mengkhawatirkan. Penkovsky tampak secara jelas memandang dirinya sebagai seorang pahlawan yang dapat mengubah sejarah dengan tangannya sendiri. Lebih dari semua itu, dia mengatakan pada mereka bahwa dia ingin diingat sebagai 'mata-mata terhebat sepanjang sejarah' Kesombongan bukanlah sebuah tanda yang baik.
Penkovsky dan delegasi perdagangannya kembali ke Moskwa pada Mei 1961, dan dia mulai menjalankan tugas sebagai mata-mata dengan sungguh-sungguh. Di Bandar Udara Moskwa, barang-barang bawaannya tidak digeledah. Da terhitung sebagai penumpang yang sangat penting, sehingga tidak perlu diganggu dengan penggeledahan yang bisa dianggap sebagai penghinaan. Semua berjalan baik. Pada suatu saat, dia menyembunyikan kamera Minox kecil dan gulungan film yang cukup untuk membuat ribuan jepretan foto.
Setelah menemukan akses menuju rahasia Uni Soviet yang paling sensitif, Penkovsky merencanakan perjalanan dagang lain untuk dirinya sendiri. Dia tiba di London pada Juli dan mengunjungi Paris pada September. Pada kedua kesempatan itu dia menemui pejabat Dinas Rahasia negara negara barat, untuk mencetak filmnya. Bersama dengan foto-foto itu, dia mengirimkan sekitar 5.000 dokumen yang sangat rahasia. Dia juga mengatakan pada penghubungnya, secara terinci, semua yang telah dipelajari selama hampir 25 tahun melayani tentara Soviet dan juga Dinas Intelijen. CIA dan MI6 tidak pernah tahu.
Selain perjalanan pribadi ke luar negri, Penkovsky secara rutin juga mengunjungi Wynne di Moskwa. Pengusaha Inggris ini bertindak sebagai kurir, mengirimkan film dari atau untuk Penkovsky dan tim CIA/MI6, dan membawa beberapa rol film baru untuk kamera Minox. Ketika Wynne tidak ada, Penkovsky diminta untuk menghubungi Janet Chisholm, istri pejabat Kedutaan Besar Inggris di Moskwa. Sebuah pertimbangan keamanan yang mengejutkan. Seperti semua pejabat kedutaan besar, suami Janet Chisholm berada di bawah pengawasan KGB, tapi Janet tidak dianggap memiliki risiko keamanan, sehingga bebas datang dan pergi.
Janet bertemu Penkovsky di sebuah taman di Moskwa dengan membawa tiga anaknya yang masih kecil. Mereka pura-pura bertemu secara kebetulan, Penkovsky berbincang dengan biasa dan ramah bersama Janet dan anak-anaknya, kemudian memberikan sekantung permen rasa buah untuk mereka. Jika ada orang dari KGB yang mengawasi mereka, akan terlihat sebagai pertemuan dan canda tawa yang tidak berbahaya, tapi sebenarnya, kantong itu berisi film dari kamera Minox yang siap diproses.
Permainan yang berisiko ini terus berlanjut hingga musim dingin lewat. Penkovsky bertemu Janet Chisholm lebih dari sepuluh kali, tapi pada akhir Januari 1962 dia menyadari bahan dirinya sedang diikuti. Yang tidak diketahuinya ialah bahwa seorang Amerika bernama Jack Dunlap, yang bekerja untuk National Security Agency, gabungan organisasi intelijen di Amerika, sedang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan (lihat "Sersan Playboy", di halaman lain buku ini). Dunlap melaporkan pada KGB bahwa Penkovsky telah membocorkan rahasia pada Amerika.
Dalam perjalanan Wynne berikutnya ke Moskwa, dengan sangat khawatir Penkovsky mengatakan bahwa dia yakin KGB mengetahui sesuatu tentang dirinya. Wynne menyampaikan informasi ini. Baik CIA maupun MI6 memutuskan, inilah saatnya untuk mengeluarkan Penkovsky dari Moskwa. Tapi bagaimana mereka melakukannya? Ada rencana untuk mengeluarkannya dari bandara Moskwa dengan memasukkannya dalam sebuah paket. Bahkan sempat juga diusulkan untuk menjemputnya dengan kapal selam di perairan Baltic. Sementara dinas keamanan barat sibuk memikirkan cara mengeluarkannya, Penkovsky semakin cemas, terutama ketika permohonannya untuk bepergian ke luar negeri ditolak, sebuah tanda yang meyakinkan bahwa dia sedang dicurigai.
Wynne terbang ke Moskwa untuk misi perdagangan yang lain. Pada suatu malam ketika baru sampai di hotel, dia menyadari kopornya telah digeledah. Ternyata KGB mencurigainya juga. Tiga hari kemudian, dia merencanakan pertemuan dengan Penkovsky, makan malam di sebuah restoran. Ketika dia sampai di restoran itu, dia sadar tengah diawasi oleh dua orang. Tidak lama kemudian Penkovsky sampai di tempat itu, tapi mereka tidak menemukan meja kosong. Penkovsky berbalik dan pergi, menunggu Wynne di luar. Kedua orang ini segera memberikan laporan singkat dalam percakapan yang sangat terburu-buru.
"Kau sedang diikuti. Kau harus pergi besok, dengan penerbangan pertama," kata Penkovsky, yang kemudian menghilang.
Wynne berbalik kembali ke hotelnya, dan dengan tergesa-gesa berjalan ke arah dua lelaki yang mengawasi dirinya. Dua orang itu terkejut ketika menyadari tengah berhadapan dengan orang yang sedang diburu, dan mereka segera menjauh. Pagi harinya, Wynne segera menuju ke bandara. Dia sama sekali tidak mengerti. Ini adalah sebuah situasi yang sangat aneh baginya sebagai seorang pengusaha yang memutuskan untuk menceburkan diri ke dalam kegiatan mata-mata kecil-kecilan. Penkovsky juga ada di sana untuk melepas kepergiannya, dan menyampaikan permohonan dengan suaranya yang terdengar sangat putus asa.
"Katakan pada teman-temanku, aku harus segera keluar dari sini, sangat segera. Aku akan terus mencoba bergerak tapi ini sangat berbahaya."
Wynne memutuskan bahwa kembali ke Uni Soviet sangatlah berbahaya untuknya, tapi di musim gugur tahun 1962 dia mengikuti iring-iringan truk gandeng yang mengangkut mobil-mobil yang akan dipamerkan berkeliling di beberapa pusat pameran perdagangan di negara-negara komunis di Eropa Barat. Pada 2 November dia berada di Budapest, ibukota Hungaria. Dia menghabiskan malam yang indah dengan mengajak calon-calon pelanggan makan malam di restoran mahal, lalu kembali ke truknya. Di sinilah hidupnya tiba-tiba berubah.
Empat laki-laki keluar dari kegelapan. Semuanya gemuk dan pendek, menggunakan pakaian dan topi yang sama berwarna gelap. Mereka terlihat seperti pemain teater, tapi yang mereka lakukan jauh dari menghibur. Mereka mencengkeram lengan Wynne dan mendorongnya ke kursi belakang mobil. Wynne berteriak minta tolong, tapi sebuah tinju yang keras menghantam ginjalnya, seolah mengambil seluruh napas dari tubuhnya. Sebuah tongkat besi dihantamkan ke kepalanya dan dia merasa selembar kain hitam jatuh menutupinya.
Saat Wynne siuman, dia sudah berada di kantor polisi. Dunia seolah-olah berputar di depan matanya, dan dia kembali jatuh pingsan selama beberapa hari. Dia lalu dibawa ke Lubyanka, Markas Besar KGB di Moskwa, penjara yang paling ditakuti di Uni Soviet.
Di sini, KGB berusaha menghancurkan nyali Wynne. Dia diberi sebuah tempat tidur tanpa kasur dan selimut. Sebuah drum dari besi diletakkan di sisi lain dalam selnya, untuk digunakan sebagai toilet. Meskipun saat itu sedang musim dingin, penjaga penjara sesekali mengambil selimutnya. Begitu dinginnya sehingga tubuhnya serasa membeku jika menyentuh kerangka tempat tidurnya yang terbuat dari besi.
Tapi ternyata semua acara makan siang bisnis dan malam malam yang dilaluinya dengan menghibur klien, tidak membuat mantan intelijen di masa perang ini menjadi lemah. Wynne terbentuk sebagai orang yang keras, dan sungguh mengerti apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang menangkapnya. Dia terus bertahan mengatakan tidak melakukan kesalahan apapun, dan tetap menjaga cerita karangannya, dengan menyatakan bahwa dia adalah korban penipuan, yang tidak menyadari bahwa selama ini dia sudah menolong Dinas Rahasia Inggris. Meskipun telah melewati semua siksaan yang menyakitkan, dia tetap menolak untuk menandatangani surat pengakuan.
KGB sudah menangkap Penkovsky pada Oktober 1962, sebulan sebelum Wynne diculik. Kedua orang itu saling berpandangan untuk terakhir kali dalam persidangan mereka pada Mei 1963. Persidangan ini dimaksudkan sebagai pameran keadilan Soviet. Diselenggarakan di ruang pengadilan yang sangat luas, sang hakim duduk di bawah palu dan sabit berwarna merah dan emas yang sangat besar—lambang Uni Soviet. Kamera berputar dan para wartawan menulis dengan cepat ketika Penkovsky dan Wynne berdiri di tempat saksi.
Hakim memberikan keputusan. Wynne dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Sebagai warga negara Soviet dan seorang pengkhianat, Penkovsky tentu akan dijatuhi hukuman yang jauh lebih berat.
"Oleg Vladimirovich Penkovsky," sang hakim mengumumkan dengan suara lantang di tengah keheningan pengunjung sidang yang menunggu keputusannya, "dinyatakan bersalah atas pengkhianatannya terhadap ibu pertiwi. Dijatuhi hukuman mati, dan semua harta miliknya disita oleh negara."
Siksaan berat yang diberikan para interogator pada Penkovsky di hari terakhir hidupnya hanya dapat dibayangkan. Bagaimana nasib Penkovsky sebenarnya, sampai sekarang tetap menjadi sebuah misteri. Terdengar desas-desus, ketika KGB berusaha menguras semua informasi darinya, mereka membawa kolonel itu ke ruang bawah tanah dan memasukkannya secara perlahan-lahan ke dalam ruang pembakaran, dimulai dari kakinya. Mungkin itu hanyalah sebuah cerita untuk menakut-nakuti pejabat tinggi Soviet yang mulai berpikir untuk mengkhianati negaranya. Tapi, bisa juga cerita itu benar...
Kelanjutannya
Setelah persidangan, Wynne dikembalikan ke Lubyanka yang menyeramkan. Perlakuan para petugas di sana sangatlah kejam, hingga suatu saat dia pernah harus dibawa ke rumah sakit akibat kelaparan. Kemudian, pada April 1964, tiba-tiba dia diseret keluar dari selnya dan dinaikkan ke kereta-api, kemudian dilanjutkan dengan pesawat. Dia tidak tahu akan dibawa ke mana.
Suatu pagi, pukul 05.15. pada 22 April 1964, sebuah mobil Mercedes berwarna kuning membawa Wynne ke Checkpoint Heerstrasse, di sisi timur perbatasan antara Berlin Barat dan Timur. Pada saat yang sama, sebuah Mercedes hitam berhenti di sisi bagian barat. Seseorang melangkah keluar, Konon Molody, mata-mata Soviet yang dikenal dengan nama samara Gordon Lonsdale (baca juga "Lelaki Penuh Pesona" halaman lain dalam buku ini). Dia juga tertangkap dan dipenjara, dan sekarang akan ditukarkan dengan Greville Wynne. Dua orang ini berjalan melintasi perbatasan, ke arah berlawanan, menuju kebebasan masing-masing.
Pemerintah Inggris menolak mengakui Wynne sebagai mata-mata, dan tidak melakukan apapun untuk mengembalikan kehidupannya. Pihak Amerika memperlakukannya dengan lebih baik, mereka membayarnya $213.700 sebagai kompensasi atas penderitaan yang dia rasakan. Sayangnya, dia kehilangan sebagian besar uangnya dalam bisnis properti yang kurang berhasil.
Wynne menulis dua catatan tentang petualangannya. Kedua buku itu (The Man from Moscow, terbit 1967, dan The Man from Odessa, 1981), dikatakan mengandung banyak ketidaksesuaian cerita. Ia meninggal dunia pada 1990.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246981/pedagang-dan-mata-mata-hebat" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650819065000) } } [5]=> object(stdClass)#97 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246688" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#98 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/20/6_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420082412.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#99 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(148) "Richard Sorge, reporter surat kabar Jerman sekaligus mata-mata komunis, menjalani hidupnya hingga sampai ke lingkaran diplomatik tertinggi di Tokyo." ["section"]=> object(stdClass)#100 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/20/6_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420082412.jpg" ["title"]=> string(30) "Terlahir untuk Kehidupan Ganda" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:45:31" ["content"]=> string(22974) "
Intisari Plus - Richard Sorge, reporter surat kabar Jerman sekaligus mata-mata komunis, menjalani hidupnya hingga sampai ke lingkaran diplomatik tertinggi di Tokyo.
---------------------------------------
Adakah mata-mata yang lebih licik dari Richard Sorge? Dikenal sebagai salah satu agen rahasia terbesar abad ke-20, dia menjalani kehidupan ganda sejak lahir. Ibunya seorang Rusia dan ayahnya seorang Jerman; dia dilahirkan di Baku, Rusia, tapi dibesarkan di Jerman.
Sorge adalah seorang anak Jerman dengan jiwa patriot yang tinggi, dan ketika Perang Dunia I terjadi, tahun 1914, dia meninggalkan sekolahnya dan menjadi tentara sukarelawan. Dia dikirim ke Front Utara tempatnya bertempur dengan gagah berani, dan menerima Iron Cross (tanda jasa tingkat pertama) untuk usahanya. Tapi dia juga mendapatkan. luka di kaki akibat pecahan peluru yang membuatnya pincang sepanjang sisa hidupnya.
Selama masa penyembuhan luka, dia kembali ke Berlin: Saat itu pandangan Sorge tentang dunia berubah. Dia kehilangan keyakinan terhadap patriotisme, dan tampaknya Sorge menemukan ideologi yang lebih cocok. Setelah membaca buku Karl Marx, dia yakin filosofi ini adalah jalan untuk menuju kesatuan dan kedamaian dunia. Melalui sebuah kebetulan yang mengherankan, ternyata ada hubungan keluarga—paman ayahnya ternyata pernah menjadi sekretaris pribadi Marx.
Setelah keluar dari rumah sakit, Sorge melanjutkan sekolahnya. Dia lulus dari University of Hamburg deng gelar Ph.D di bidang ilmu politik. Sekarang dia menjadi anggota komunis dan bekerja keras merekrut para pelajar untuk kepentingan politiknya. Namun, kepolisian Jerman yang mencurigainya sebagai mata-mata komunis berencana menangkapnya. Dengan berpura-pura akan memberikan informasi rahasia, Sorge terbang ke Moskwa. Tahun 1917, Rusia sudah menjadi negara komunis pertama dan mengganti namanya sendiri menjadi Uni Soviet. Pemimpin Rusia nyambut dan merekrutnya karena kepandaian serta ketekunannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Rusia. Mereka juga terpesona dan kagum ketika mengetahui hubungan keluarganya dengan Karl Marx, yang saat itu menjadi figur yang sangat dijunjung tinggi di negara itu. Di Moskwa, Sorge dilatih menjadi seorang mata-mata dan diajari bahasa Prancis, Rusia, dan Inggris. Selama sisa hidupnya, dia mengabdi pada negara asal ibunya dengan loyalitas dan ketaatan.
Sorge memulai tugasnya dengan dikirim untuk menjalankan misi sebagai mata-mata ke seluruh dunia. Misi yang paling sukses dikerjakannya adalah tugas selama empat tahun di sebuah pelabuhan di Shanghai, Tiongkok. Di situ dia mendapat pekerjaan sebagai seorang jurnalis freelance untuk sebuah surat kabar Jerman—penyamaran yang sangat cocok untuk seorang mata-mata. Uni Soviet sangat ingin menjadikan Tiongkok negara komunis, dan mereka memutuskan bahwa Shanghai, dengan jumlah penduduk pendatang yang besar, perkembangan industri yang pesat dan komunitas kriminal yang paling terkenal di dunia, akan menjadi titik awal yang paling bagus untuk mengadakan revolusi.
Sorge bukanlah tipe pemalu dan tidak percaya diri. Dia bertubuh tinggi, berwajah garang, suka minum, dan sangat bebas dalam berpakaian serta bersikap. Suaranya keras, kasar, bahkan menjengkelkan. Namun dia juga punya pesona, dan banyak yang tertarik padanya. Dia mudah mendapat teman, bahkan di tempat asing sekalipun. Sorge segera mempunyai jaringan teman-teman dan kenalan yang siap direkrut untuk membantunya. Dia juga memilih sekelompok pendatang dari Amerika dan Jepang yang tinggal di Shanghai, termasuk Hotsumi Ozaki, seorang jurnalis dari Tokyo yang akan menjadi teman sepanjang hidupnya.
Selama dua tahun, jika tidak bisa dibilang menggemparkan, Sorge sangat berjasa dengan informasi yang diberikannya, dan membuktikan bahwa dia dapat bekerja dengan efisien. Tapi keagresifan serta keefektifan tentara Jepang ketika menyerbu dan menguasai provinsi di bagian timur Tiongkok, Mansyuria, yang berada di perbatasan tenggara Uni Soviet, menimbulkan ketakutan besar untuk Uni Soviet. Sorge dipanggil kembali ke Moskwa. Komandanga memberitahu bahwa mereka sangat senang atas hasil kerja di Shanghai, tapi dia kini akan dikirim ke tempat jauh yang lebih penting: Tokyo. Misinya adalah untuk mengetahui apakah Jepang berniat menyerang Uni Soviet.
Bagi orang Eropa seperti Sorge, Jepang adalah salah satu bangsa di dunia yang sangat sulit dimata-matai. Orang yang tinggal di sana sangat sedikit sehingga sangat mudah menarik perhatian. Mereka juga harus mempelajari secara lengkap bahasa yang sangat asing, dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan masyarakat yang sangat berbeda. (Di Jepang, contohnya, menunjuk hidung orang lain di depan umum adalah sikap yang sangat tidak sopan). Halangan yang paling berat adalah orang Jepang memiliki kecurigaan yang sangat tinggi terhadap aktivitas yang mengarah pada spionase. Ini adalah tugas berat dan membutuhkan strategi jangka panjang.
Sorge mulai membuat penyamaran. Dia kemudian menjadi jurnalis Jerman, dan untuk melakukannya secara efektif dia harus kembali ke tempat asalnya. Tapi saat itu di Jerman, Adolf Hitler dan Nazi sedang sangat berkuasa. Mereka sangat fanatik dengan paham anti-komunis, dan Sorge yakin bahwa Gestapo (polisi rahasia Nazi) akan mengetahui riwayatnya sebagai mahasiswa komunis di Hamburg.
Dengan sangat berani, dia memutuskan untuk kembali. Keberuntungan ada padanya. Entahlah, mungkin sisa-sisa catatan dirinya tidak dapat terjangkau karena berada jauh di tara tumpukan dokumen polisi yang berdebu? Atau mungkin mata-mata komunis di dalam Gestapo secara rahasia sudah merusak bukti-bukti yang memberatkan dirinya? Dia shik pernah tahu kenapa dia tidak ditangkap.
Sorge meminta referensi dari editor tempatnya bekerja dan membuat identitas yang masuk akal untuk dirinya sendiri sebagai jurnalis Nazi yang sangat ingin bekerja untuk kepentingan Jerman dan pemimpin baru Nazi. Ternyata penyamarannya sangat meyakinkan, Abwehr (Dinas rahasia Jerman) bahkan memintanya menjadi mata-mata kecil-kecilan untuk mereka. Dia segera memperoleh paspor Jerman dan menuju Jepang pada Agustus 1933.
Sorge menyadari dia akan tinggal di Jepang untuk jangka waktu lama. Dia menghabiskan dua tahun pertamanya hanya untuk membiasakan diri dengan negara baru yang asing dan kebudayaannya yang tidak biasa. Dia menyewa sebuah rumah kecil dan meleburkan diri dalam kehidupan Jepang: memenuhi rumahnya dengan buku-buku dan kerajinan Jepang, tidur di lantai dengan kasur Jepang yang disebut futon, dan meninggalkan sepatunya di pintu depan, serta mengenakan pakaian tradisional Jepang. Untuk melengkapi pengetahuan, dia belajar dari beberapa teman wanitanya. Sementara melakukan itu semua, dia menuli artikel-artikel yang bagus untuk surat kabarnya, yang meningkatkan reputasinya sebagai salah satu koresponden luar negeri Jerman yang hebat. Teman-temannya di surat kabar Jerman memberikan surat perkenalan pada orang-orang penting di Tokyo, dan dalam waktu singkat Sorge sudah sangat populer dalam perkumpulan-perkumpulan sosial Jerman di Tokyo, yang kecil namun bergengsi. Dengan kepercayaan yang terus meningkat dari masyarakat sekitarnya, dia lalu membuat kontak dengan orang-orang yang mungkin akan berguna dalam kegiatan spionasenya.
Sorge secara istimewa diterima di Kedutaan Jerman, yang pejabatnya ingin bertemu dengan orang senegaranya yang tahu banyak tentang negeri Timur Jauh. Ketika Sorge akan mengatakan semua yang diketahui tentang Tiongkok, mereka menceritakan sejarah lama Jepang dan kebijakan luar negerinya. Secara signifikan, Sorge dapat membuat hubungan persahabatan dengan seorang atase militer di kedutaan, Letnan Kolonel Ott yang bahkan mengizinkan Sorge untuk melakukan perjalanan bersamanya dalam sebuah misi pencarian fakta di Mansyuria.
Sebagai mata-mata, Sorge telah mengatur pekerjaan sendiri dan hidupnya dengan sangat baik, tapi atasannya di Soviet memintanya untuk membuat jaringan mata-mata. Dia merekrut anggota. Kandidat yang pertama dan pasti adalah Ozaki Hotsumi. Teman lamanya dari Shanghai itu sekarang kembali ke Tokyo, dan masih menjadi jurnalis. Hotsumi tidak mengikuti keyakinan Sorge pada komunisme, tapi dia tidak senang dengan serangan yang dilakukan negaranya terhadap Mansyuria dan juga usaha-usaha agresif terhadap bagian Tiongkok lainnya, yang dilihatnya sebagai ancaman terhadap kedamaian dunia. Sama seperti Sorge, dia kenal banyak orang yang berguna dan berpengaruh.
Dalam tim itu juga ada seorang komunis Yugoslavia, namanya Branko Vukelic, yang bekerja sebagai teknisi fotografi dan jurnalis—dua hal yang berguna untuk menjadi mata-mata. Dia juga merekrut seorang Jepang-Amerika, Miyagi Yotoku, yang kembali ke Tokyo dari California, dan menjadi seniman yang hidup sederhana dengan menjual lukisannya. Yang terakhir, Max Klausen, seorang Jerman yang juga disertakan dalam tim. Dia sudah bekerja dengan Sorge sejak di Shanghai, dan akan menjadi operator radio, yang mengirimkan laporan langsung ke Uni Soviet.
Jaringan mata-mata ini memiliki kelemahan. Kebanyakan teman-teman yang bekerjasama dengan Sorge adalah orang asing. Bahkan Miyagi, yang dilahirkan sebagai orang Jepang, dibesarkan sebagai seorang Amerika, meskipun dia sering menemukan adat dan tingkah orang Jepang yang menimbulkan kekagumannya. Hotsumi sangat tidak ternilai harganya. Dia yang mengatur perekrutan informan di kalangan pemerintahan. Dengan pekerjaannya sebagai jurnalis dia menjadi konsultan khusus untuk Prince Konoye, perdana menteri Jepang. Selama bekerja dengan Konoye, dia mendapat akses untuk mengumpulkan informasi rahasia.
Sorge, pada gilirannya, diterima di Kedutaan Jerman hampir seperti seorang staf. Mereka memintanya untuk menulis laporan, dan memberinya kantor kecil tempat untuk bekerja sebagai sekretaris atase militer. Dengan privasi di dalam kantornya, dia dapat memotret dokumen-dokumen yang menarik untuk pihak Uni Soviet. Posisinya menjadi semakin kuat ketika temannya, Eugen Ott, diangkat menjadi duta besar Jerman. Dalam suatu kesempatan, Sorge membuat rencana kunjungan ke Hong Kong untuk mengirimkan setumpuk dokumen rahasia pada agen Soviet. Ketika Ott mengetahui dia akan pergi ke Hong kong, Ott memberikan dokumen rahasia yang sama untuk dibawa ke Kedutaan Jerman di sana. Sorge tidak percaya dengan keberuntungannya ini.
Menjadi mata-mata adalah permainan yang sulit dan berbahaya. Suatu saat, Sorge melakukan kecerobohan. Tidak lama setelah kembali dari Hong kong, dia mendapat undangan keluar pada suatu malam. Pengundangnya seorang pejabat penting Jerman di Tokyo, Prince Albert von Urbach. Dua orang ini pergi ke beberapa bar di kota itu. Pada pukul dua dini hari, Sorge sudah sangat mabuk dan ingin pulang. Dengan terburu-buru, dia menaiki sepeda motor yang bisa digunakannya berkeliling Tokyo dan melaju di tengah sepinya malam.
Tidak lama, dia sampai di sebuah tikungan; karena terlalu cepat, dia menabrak tembok di dekat Kedutaan Besar Amerika. Penjaga keamanan kedutaan segera berlari mendekat, dan melihat Sorge berdarah, dan tidak sadarkan diri. Mereka kemudian memanggil pihak kedutaan Jerman. Yang datang pertama kali adalah von Urbach. Sorge mulai sadar, dan dia teringat bahwa di sakunya ada beberapa dokumen yang dicuri dari Kedutaan Jerman. Dengan terbata-bata dia berkata, "Panggil Klausen ke sini". Untunglah von Ubach melakukan seperti yang diminta. Sorge memberikan dokumen itu pada Klausen dan kembali tak sadarkan diri.
Kecelakaan itu menimbulkan luka yang serius di kepalanya. Dia juga sulit menggerakkan beberapa otot di wajahnya. Akibatnya, ekspresi wajahnya tetap, tampak selalu seperti orang marah dan cemberut. Mirip topeng Jepang—begitu kata seorang teman.
Ketika berangsur-angsur sembuh, kehidupan Sorge sebagai mata-mata memasuki fase yang paling vital. Pada September 1999, Jerman menyerang Polandia—dan Perang Dunia II dimulai. Ini adalah berita penting bagi pemerintah Jepang sebagai sekutu Jerman.
Atasan Sorge merasa putus asa setelah mendengar informasi tentang rencana Jepang. Uni Soviet telah menandatangani pakta bersama dengan Jerman sebulan sebelum perang dimulai, dan semua pihak berjanji untuk tidak saling menyerang. Tapi pihak Soviet masih sangat curiga terhadap Jepang di perbatasan Mansyuria. Sorge memberikan jawaban yang menenangkan. Jepang, katanya pada mereka, tidak tertarik dengan Uni Soviet. Tujuan sebenarnya adalah untuk menguasai Tiongkok dan mencegah masuknya kekuasaan negara barat—Amerika, Inggris, Prancis, dan Belanda—yang memiliki angkatan perang dan koloni di Timur Jauh.
Tapi kemudian Sorge memberikan informasi penting lain yang sangat mengganggu. Dia melihat bahwa Jerman tidak berniat menjaga pakta perjanjian dengan pihak komunis. Hitler berencana menyerang dan mengirimkan tentaranya ke jantung Uni Soviet. Tinggal menunggu waktu yang tepat.
Berita itu sangat tidak menyenangkan, terutama untuk seseorang yang memiliki komitmen terhadap komunis seperti Sorge, tapi keadaan semakin buruk—pemegang otoritas di Moskwa tidak percaya padanya. Ini sangat menakutkan. Sorge mengumpulkan potongan-potongan bukti untuk mendukung klaimnya. Pada Mei 1941, dia punya bukti yang sangat meyakinkan—Jerman sudah menempatkan 19 divisi di perbatasan Soviet. Mereka berencana menyerang dalam bulan ini. Sorge bahkan memberikan tanggal pastinya pada Moskwa: 22 Juni. Tapi bagaimanapun, pimpinan mata-mata, dan terutama pimpinan Soviet, Joseph Stalin, segera menolak laporannya dan diberi tanda "informasi yang sangat diragukan dan menyesatkan".
Penyerangan terjadi tepat seperti yang diprediksikan. Ketika Sorge mendengar berita itu, bersama-sama dengan semua orang di dunia, dari koran dan laporan di radio, dia sangat bersedih dan menangis. Teman wanitanya yang berasal dari Jepang, Miyake, yang tidak mengetahui kalau dia adalah mata-mata, melihatnya menangis tersedu-sedu ketika sedang belajar. Dia bertanya kenapa Sorge begitu sedih.
Sorge yang merasa sangat lemah, berusaha menjawab dengan sejujurnya.
"Karena aku sendirian. Aku tidak punya teman sejati." katanya sedih.
"Tapi bukankah kau punya Duta Besar Ott dan teman teman dari Jerman lainnya?" kata wanita itu.
"Oh, tidak. Tidak. Mereka bukan teman sejati."
Wajahnya kembali murung dan mulai menangis lagi. Miyake menunggu dengan penuh harap, tapi Sorge tidak berkata-kata lagi. Wanita itu sangat mengenalnya, sehingga dia tidak menanyakan lebih lanjut.
Tapi ketika dia merasa sudah sangat terpuruk, Sorge berencana memberikan informasi terpenting sepanjang karirnya sebagai mata-mata. Jerman melakukan penyerangan terus menerus, divisi tentaranya terus mengalir ke Soviet dalam jumlah yang besar. Pasukan Soviet hampir putus asa menghadapi mereka. Tapi masih banyak pasukan Soviet yang bermarkas di Siberia, di perbatasan utara Soviet. Ini dikarenakan pemimpin Soviet yakin pasukan Jepang yang dekat dengan Mansyuria akan bergabung dengan sekutu Nazi dalam penyerangan ke Soviet. Sorge dan Hotsumi sekali lagi mencoba menghubungi sumber-sumber mereka untuk mencari bukti adanya rencana serangan tersebut.
Pada awal Oktober, Sorge mengirim laporan ke Moskwa. Jepang, katanya, tidak akan menyerang Soviet. Ini adalah berita paling baik yang mereka dengar sejak penyerangan Jerman. Ribuan pasukan digerakkan dari Siberia ke bagian barat negara itu untuk bertempur melawan Jerman. Keputusan ini menyelamatkan pihak Soviet dari kekalahan.
Tapi Sorge juga mengatakan pada Moskwa bahwa Jepang merencanakan sebuah langkah yang lebih berani. Jepang akan menyerang Angkatan Laut Amerika yang bermarkas di Pearl Harbor. Dia bahkan memberikan tanggalnya: 6 November—diubah sebulan lebih awal dari tanggal sebenarnya.
Ini adalah isyarat terakhir yang dikirim Sorge. Bulan sebelumnya, polisi rahasia Jepang telah menahan beberapa komunis Jepang, yang dicurigai menyusun rencana revolusi melawan pemerintah. Salah satu nama tersangka yang diumumkan adalah Miyagi Yotoku, yang ditangkap sekitar seminggu kemudian. Ini adalah operasi rutin, yang dilakukan hampir setiap saat untuk mendapatkan hasil yang besar. Miyagi berhasil ditangkap dan apartemennya digeledah.
Miyagi bukanlah orang yang tangguh. Dia berhasil melewati babak pertama interogasi yang penuh dengan penyiksaan tanpa mengeluarkan satu pun rahasia, tapi dia tahu dia takkan mampu bertahan. Hari berikutnya, ketika polisi sudah siap melakukan interogasi, dia melompat ke jendela. Sungguh malang nasib seluruh anggota jaringan mata-mata Sorge, niat Miyagi untuk bunuh diri terhalang oleh sebatang pohon, dia hanya mengalami patah tulang kaki. Hari berikutnya, dalam kesakitan yang amat sangat, bahkan ketika interogasi belum dimulai, Miyagi mengakui semuanya. Nama Hotsumi, Klausen, dan Sorge disebutkan sebagai teman temannya.
Bagi Dinas Polisi Rahasia Jepang, ini adalah masalah yang sulit. Sorge adalah teman seorang duta besar, orang yang terlalu penting untuk ditangkap. Hubungan Jerman-Jepang mungkin akan rusak, dan bagaimanapun ini adalah masa yang kritis bagi sejarah Jepang.
Sorge dan Klausen diabaikan, tapi penangkapan terhadap Hotsumi tetap dilangsungkan. Dia ditangkap dan disiksa. Hotsumi juga menyerah; dia menyangkutkan nama Sorge, Klausen, dan seorang Yugoslavia:Vukelic.
Sorge sangat menyadari sesuatu sedang terjadi. Dia tak dapat menghubungi Miyagi atau Hotsumi untuk beberapa hari, dan mengkhawatirkan hal buruk akan terjadi. Dia menemui Klausen dan Vukelic untuk memperingatkan mereka, tapi mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Apakah kesukses sebelumnya membuat mereka sangat arogan dan berpikir akan berhasil juga kali ini? Atau mungkin mereka sudah menyerah pada nasib?
Sorge menjalankan bisnisnya seperti biasa. Dia tetap menemui Duta Besar Ott, tetap mengerjakan artikel surat kabarnya, dan tetap minum di bar-bar di Tokyo pada malam hari. Tapi ketegangan yang dirasakan mempengaruhi kesehatan mentalnya, yang terlihat dari keadaan rumahnya yang sangat berantakan, sehingga terlihat seperti baru saja dirampok. Tumpahan whisky di lantai membuat ruangan itu berbau seperti sarang pemabuk yang kotor.
Suatu malam, setelah Sorge menghabiskan waktunya di kota, dia ditangkap. Sekitar pukul lima pagi, Sorge tiba di rumah dengan mobil Kedutaan Besar Jerman, sementara sepasukan polisi rahasia Jepang mengawasinya. Mobil kedutaan meninggalkannya, Sorge masuk, dan tidak lama kemudian polisi mendobrak pintu rumahnya. Sorge ditahan dalam pakaian tidur, dan segelas whisky di tangannya. Klausen dan Vukelic dijemput pagi itu juga. Ketiga orang itu meninggalkan bukti-bukti penting dari aktivitas mereka sebagai mata-mata di sekitar rumah, yang membuat semua penyangkalan mereka sia-sia.
Teman-temannya dari Jepang dan Jerman tidak percaya dengan yang sedang terjadi. Sorge sendiri juga mencoba untuk memutar cerita pada interogatornya dengan mengatakan dia adalah double agent yang berpura-pura menjadi mata-mata Soviet, sementara sebenarnya dia menjadi mata-mata untuk Jerman. Tapi setelah enam hari disiksa, Sorge mengakui semuanya. Selanjutnya pengadilan rahasia untuk semua anggota jaringan mata-mata Sorge dilangsungkan. Klausen dan Vukelic dijatuhi hukuman seumur hidup. Sorge dan Hotsumi dijatuhi hukuman mati. Ini adalah pertama kalinya pengadilan Jepang menjatuhkan hukuman pada orang-orang Eropa.
Setelah disidang, Sorge harus menjalani masa pembuangan. Selama beberapa tahun dia berada di penjara Sugamo, menghabiskan waktunya dengan menulis surat pengakuan sebanyak 50.000 kata. Kemudian, pada 7 November 1944, hampir tiga tahun setelah hukuman mati dijatuhkan, Sorge dan Hotsumi dikirim ke tiang gantungan. Tanggal yang dipilih bertujuan untuk mengejek Moskwa, yaitu pada peringatan 27 tahun revolusi Rusia.
Kelanjutannya
Sorge dikubur di sebuah makam tanpa nama, tapi wanita Jepang temannya, Miyake Hanako, mengambil jenazahnya dan menguburkan di samping makam sahabatnya, Ozaki Hotsumi. Miyake tetap setia pada Sorge, dan bahkan memiliki cincin yang dibuat dari gigi emas yang diambilnya dari tengkorak Sorge.
Pihak Soviet tetap menjaga rahasia Sorge dan juga kesuksesan misi spionasenya selama lebih dari 20 tahun. Kemudian, tahun 1964, dia diberi gelar 'pahlawan Uni Soviet'. Sebuah jalan di Moskwa diberi nama sesuai namanya dan wajahnya bahkan dicetak dalam prangko. Buku-buku dan artikel tentang kariernya diterbitkan. Dua dekade setelah kematiannya, dia diakui sebagai mata-mata ulung, dan tidak ada orang yang meragukannya.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246688/terlahir-untuk-kehidupan-ganda" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818731000) } } [6]=> object(stdClass)#101 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246994" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#102 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/21/4_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421061445.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#103 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(117) "Jack Dunlap hanyalah seorang kurir rendahan di Dinas Keamanan Nasional Amerika. Tapi, gaya hidupnya begitu mencolok. " ["section"]=> object(stdClass)#104 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/21/4_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421061445.jpg" ["title"]=> string(14) "Sersan Playboy" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:41:55" ["content"]=> string(15964) "
Intisari Plus - Jack Dunlap hanyalah seorang kurir rendahan di Dinas Keamanan Nasional Amerika. Tapi, gaya hidupnya begitu mencolok. Makamnya bersebelahan dengan Presiden John F. Kennedy.
---------------------------------------
Akhir tahun 1960. Jack Dunlap, dengan seorang istri di sampingnya, sedang berbincang dengan beberapa teman baru di salah satu restoran mewah di Washington.
"Aku hanyalah orang biasa yang beruntung," katanya. "Aku mendapat $100 seminggu di kesatuan militer dengan meja kecil indah yang dipenuhi dokumen. Aku bahkan bekerja di sore hari di sebuah pompa bensin untuk mendapatkan satu dolar per jam. Lima orang anak membutuhkan banyak biaya. Istriku, Diana, tidak bekerja— terlalu banyak yang harus dikerjakan di rumah. Kemudian aku mendapatkan warisan perkebunan di Louisiana dari seorang paman yang hebat. Aku sangat mengenalnya—tapi aku tetap mempertahankan pekerjaan lamaku, how about that!—bukankah sangat penting bagi seorang pria untuk memiliki pekerjaan?"
Teman-teman Jack sangat terkesan dengan kesederhanaan dan kerendahan hatinya dalam menyikapi keberuntungan ini. Bagaimanapun tidak ada seorang pun yang mengira baha dia adalah seorang kurir untuk tentara Amerika. Bagaimanapun pengeluarannya sendiri pasti lebih banyak daripada yang didapat oleh dua orang selama seminggu. Dan Cadillac yg berada di luar—Elvis Presley sendiri pasti akan sangat bangga mengendarainya.
Tetapi ketika bertemu dengan Jack di malam yang lain di perusahaan lain, statusnya berbeda, dengan nyonya berambut pirang yang berbeda, dan dia punya kisah lain diceritakan.
"Hei," dia mulai membual pada seorang wanita di tengah-tengah keheningan di sebuah ruangan yang dipenuhi asap rokok, yang berisi anggota klub kapal layar eksklusif. "Aku seharusnya tidak mengatakan ini padamu, tapi aku tidak akan mengatakan siapa diriku sebenarnya. Jabatanku di agenku adalah 'kurir', tapi kau harus melihat beberapa barang dapat aku lihat, dan beberapa pekerjaan yang harus aku lakukan ..."
Teman wanitanya akan mendengarkan dengan mata terbuka lebar, dan memaksanya untuk menceritakan lebih lengkap.
"Aku tidak dapat menceritakan lebih banyak untukmu, sayang," dia mengatakan, "Jika kau tahu apa yang sebenarnya aku kerjakan, aku harus membunuhmu."
"Wow." pikirnya, "dia sangat terkesan!" Sebenarnya wanita itu tahu kalau lelaki itu hanya membual. Lelaki itu tampak terlalu biasa, tidak seperti yang diceritakannya, tapi wanita itu tak peduli, Jack menyiapkan sendiri segalanya di apartemen kecilnya, dan membawanya ke tempat-tempat yang menyenangkan, perlombaan speedboat, juga klub-klub eksklusif. Dari mana asal uang itu bukanlah urusannya.
Jack Dunlap yang sebenarnya adalah seorang sersan di Tentara Nasional Amerika. Setiap hari kerjanya memeriksa benteng pertahanan Meade—markas besar National Security Agency (NSA) di Washington. NSA, sebagaimana diketahui, adalah organisasi intelijen utama. Gedungnya sangat luas—koridor utamanya sepanjang tiga kali lapangan sepak bola. Dindingnya berisi lebih banyak kabel-kabel listrik dibandingkan gedung-gedung lain di dunia. Di ruang bawah tanah tersimpan komputer terhebat. Di atapnya ada antena radio yang mengumpulkan informasi dari seluruh dunia. Gedung ini dikelilingi tiga baris pagar kawat berduri yang dialiri listrik, dan setiap jam anggota marinir berpatroli keliling.
Pekerjaan Dunlap memang 'kurir'. Dia harus mengumpulkan berbagai file dari satu departemen, kemudian menyusuri koridor dengan keretanya ke departemen lain. Seringkali bahan yang harus dibawanya sangat sensitif—pesan-pesan rahasia yang masih mentah, yang akan ditulis-ulang dalam bentuk sandi sebelum dikirimkan ke kedutaan besar dan agen-agen rahasia di seluruh dunia. Tapi Dunlap menyadari risiko keamanan yang ditanggungnya. Dia pernah ikut berperang dengan sangat berani dalam perang Korea dan sebagai bukti dia memperoleh medali. Dia telah bekerja kesatuan itu selama delapan tahun tanpa catatan yang cacat. Dia melaksanakan pekerjaannya dengan sangat efisien dan tidak banyak bicara.
Pada 1960 perang dingin antara Amerika Serikat dan Soviet mencapai puncaknya, dan Soviet sudah bersiap membayar dengan sedikit keberuntungan untuk menemukan yang terjadi pada akhirnya, menggetarkan koridor NSA. Suatu malam, seorang agen Soviet yang sudah mengetahui jadwal sehari-hari Jack Dunlap mencoba mendekatinya. Mereka berdua terlibat dalam percakapan, dan Jack sangat bersemangat. Ya. Sang Agen menyetujui, lima anak membutuhkan biaya yang sangat besar, terutama untuk jumlah uang yang dibayarkan bagi seorang kurir di dinas ketentaraan. Bagaimanapun dia menyarankan, mungkin dia dapat membantu masalah keuangan Jack—bagus sekali—dengan memberikan informasi. Sejumlah $50.000 per tahun ditawarkan. Jumlah itu hampir 10 kali lipat dari yang didapatkan Jack saat ini, dan dia berkata pada agen itu, dia percaya padanya,
Menyelundupkan informasi keluar NSA ternyata sangat mudah, sangat mengejutkan. Jack menyelipkan dokumen yang seharusnya diantarkan di bawah kausnya. Dokumen-dokumen kemudian difoto atau digandakan agen Soviet yang bekerja di Washington, Sangat mudah! Suatu kali dia bahkan pernah mengajak istrinya meskipun dia tidak mengatakan bahwa dia sedang mengantarkan rahasia negara Amerika pada Rusia.
Anehnya, tidak ada seorang pun di NSA yang tampak memperhatikan gaya hidup mewah Sersan Dunlap. Mereka menelan begitu saja ceritanya tentang tanah perkebunan. Jadi dia mengendarai mobil barunya yang mewah untuk bekerja, dan menceritakan pada teman-teman kerjanya tentang kapal barunya, juga speedboat-nya, dan tidak ada seorang pun yang berpikir untuk menyelidiki. Agen itu bahkan memberinya hari libur untuk perlombaan speedboat. Bahkan ketika punggungnya terluka dalam pertandingan itu, mereka mengirim ambulans untuk membawanya kembali ke rumah sakit militer.
Teman-temannya heran dengan pelayanan VIP yang didapatkannya. Dunlap memainkan situasi ini dengan sebaik-baiknya.
"Mereka takut obat penenangnya mungkin dapat membuatku menceritakan banyak rahasia yang aku tahu, begitu cerita Dunlap pada teman-temannya.
Tapi, pada Maret 1964, masa tugas Dunlap dengan NSA berakhir dan dia harus ditempatkan di lokasi lain. Apa yang akan dilakukannya? Bagaimana dia mengatur hidupnya tanpa penghasilan tambahan? Yang lebih sulit lagi, bagaimana dia dapat menjelaskan pada istrinya, dan semua orang, bahwa da sudah tidak lagi memiliki semua itu. Dunlap sudah terbiasa dengan kemewahan. Hidupnya begitu indah dan dia ingin menjaga segalanya tetap seperti itu.
Setelah dipertimbangkan, dia sadar ada jalan keluar untuk itu. Dunlap berkata pada bosnya bahwa dia dan keluarganya sudah terlalu betah tinggal di London, sehingga tidak ingin pindah, dan dia ingin tetap mengerjakan tugasnya di NSA. Dia menawarkan diri untuk mengundurkan diri dari kesatuan tentara jika dia dapat bergabung dengan NSA sebagai pegawai sipil.
Selah dipertimbangkan—selama ini Dunlap bekerja dengan baik dan efisien—maka dengan senang hati mereka menerima Dunlap untuk tetap bekerja di sana. Bagaimanapun NSA mempekerjakan banyak pegawai sipil. Tapi ada halangan. Pegawai sipil harus melalui serangkaian tes, termasuk sesi pemeriksaan dengan lie detector sebelum mereka diterima bekerja. Jack mengajukan protes pada atasannya.
"Lihatlah, aku sudah mengabdi pada organisasi ini sejak 1958. Apakah aku juga harus melalui tes yang tidak berguna ini?"
"Maaf, Sersan," seorang petugas berkata. "Peraturan adalah peraturan. Jika Anda masuk kembali sebagai seorang sipil. Anda harus melalui prosedur ini. Lagi pula Anda adalah seorang pahlawan perang, orang yang baik, tidak akan ada masalah."
Dunlap sedih. Dia mulai cemas. Jalannya selalu lancar, dia tidak terbiasa menghadapi rintangan. Dia mulai menyemangati dirinya sendiri, merenung, dan memberikan kata-kata penyemangat.
"Hei!" katanya pada diri sendiri."Aku sudah menyelundupkan dokumen itu selama empat tahun. Aku adalah orang yang sangat tenang—tidak ada orang yang berhasil mencium kegiatanku selama ini. Tidak mungkin mata-mata hebat seperti Jack Dunlap gagal hanya karena tes lie detector."
Tapi, dia—ternyata—gagal.
Mereka mendudukkan Dunlap di sebuah kantor kecil dengan sebuah mesin yang mengukur detak jantungnya, pernapasan, dan juga pengeluaran keringat. Mereka kemudian memberikan sejumlah pertanyaan, membuat catatan-catatan yang teliti bagaimana tubuhnya bereaksi atas setiap pertanyaan yang diberikan.
Hasil tesnya sangat parah. Mereka mencatat adanya karakter "pencuri kecil-kecilan" dan "perilaku amoral". Karena keterbatasan alat pendeteksi kebohongan, fakta selain mencuri barang-barang milik kantor, Dunlap telah pula melakukan pengkhianatan besar yang tidak dapat diungkapkan. Tapi sejak saat itu, hidupnya semakin buruk.
Dunlap diizinkan untuk terus bekerja secara normal, tapi hasil tes yang buruk yang ditunjukkan pendeteksi kebohongan membawanya ke investigasi yang lebih panjang. Agen NSA menyelidiki skandal keuangannya dan akhirnya menemukan bahwa tanah perkebunan di Louisiana tidak pernah ada. Pendapatannya selama ini ternyata diperoleh dari sumber gelap.
Tidak ada yang terjadi selama dua bulan. Dunlap tidak pernah tidur nyenyak setiap malam, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, dan apakah bosnya tahu apa yang dikerjakannya selama ini. Dia tahu masalah ini akan semakin serius jika pengkhianatannya diketahui. Kemungkinan terburuk, mata-mata biasanya dikirim ke kursi listrik. Jika dia terhindar dari hukuman mati, kemungkinan besar dia akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penjara dengan penjagaan tingkat tinggi. Masa depannya terlihat sangat suram.
Akhirnya, tanpa penjelasan, Dunlap dipindah dari pekerjaannya mengantarkan dokumen-dokumen penting dan rahasia. Dia diberi pekerjaan administrasi biasa. Dia cukup pintar untuk menyadari bahwa saat ini dia berada dalam masalah serius, Dia menghubungi pihak Soviet, tapi orang itu menolak bertemu.
"Jangan menghubungi lagi," katanya mengancam Dunlap. Kamu sekarang berjalan sendiri."
Pekerjaannya menjadi seperti mimpi buruk. Setiap pagi saat tiba di kantor, Dunlap seolah-olah melihat dirinya sendiri sedang diseret oleh penjaga-penjaga keamanan berbadan kekar sementara istri serta para kekasihnya membaca berita tentang pengkhianatannya di surat kabar keesokan harinya. Kapankah masalah-masalah ini mulai menyerang? Ketegangan dirasakan semakin tak tertahankan.
Pada Juni 1964, Dunlap pergi ke sebuah perlombaan balap mobil bersama teman-temannya, dan dia mengatakan ingin bunuh diri. Tidak ada yang percaya padanya, tapi esok harinya, teman-temannya menemukan Dunlap dalam keadaan sekarat, karena terlalu banyak minum alkohol dan pil tidur.
Satu bulan berlalu, dan tidak ada yang terjadi. Bagaimana dia akan ditangkap terus menghantuinya. Apakah di pagi hari, ketika sepasukan tentara bersenjata mengetuk pintunya? Atau dalam keheningan, ketika seorang yang menakutkan mendatanginya di koridor NSA dan berbisik, "Mister Dunlap, dapatkah engkau berjalan menuju ke sana?
Dia mulai menjadi gila.
Pada 20 Juli, saat sedang bekerja, dia mencoba menembak dirinya sendiri. Tapi seorang teman yang sedang bertugas merebut pistol itu pada saat yang tepat. Dunlap mengatakan bahwa dia sedang bermasalah dengan wanita, dan ingin mengakhiri segalanya.
Dua hari kemudian, dia berhasil bunuh diri. Dia mengendarai salah satu mobil mewahnya ke padang gurun, menutup jendela dan membiarkan dirinya mati lemas karena menghirup gas. Tubuhnya ditemukan keesokan paginya.
Kelanjutannya
Sebulan setelah kematiannya, NSA merampungkan investigasi. Dunlap benar, mereka memang mengetahui kejahatannya—mereka telah mengumpulkan cukup bukti untuk menyatakan bahwa dia adalah seorang mata-mata. Tapi mereka masih belum mengetahui dengan pasti informasi apa yang telah diberikan pada pihak musuh. Mereka akhirnya mengakui tidak pernah mengetahui dokumen apa saja yang pernah disampaikan Dunlap, dan akhirnya mengasumsikan bahwa semua dokumen yang melalui tempat Dunlap pernah bekerja saat ini sudah bukan lagi menjadi rahasia bagi pihak Soviet.
Istri Dunlap mencoba membantu sebisa mungkin. Dia menemukan banyak dokumen pemerintah di rumah mereka, menyerahkan itu pada investigator. Beberapa bahan yang datang dari Oleg Penkovsky, pegawai Soviet yang memata-matai Inggris dan Amerika (baca juga: "Pedagang dan Mata-Mata Hebat" di halaman lain buku ini), juga melewati Dunlap, meskipun tidak dapat dibuktikan apakah dia bertanggungjawab atas pengkhianatan dan juga penangkapan terhadap Penkovsky. Bagaimanapun dia telah memberikan pada Soviet informasi yang berguna tentang alat sandi dan seberapa banyak Amerika tahu kekuatan militer Soviet.
Anehnya, meskipun keseluruhan episode ini sangat memalukan, dan karena hasil investigasi tidak secara tidak jelas menunjukkan yang telah dilakukan Dunlap, NSA tetap menjaga kerahasiaan seluruh skandal ini. Dunlap dimakamkan sebagai pegawai marinir Amerika Serikat di pemakaman Arlington, Washington. Kuburannya tidak jauh dari tempat yang nantinya akan menjadi tempat peristirahatan terakhir Presiden John F. Kennedy. Melalui lingkaran nasib yang aneh, seorang pahlawan terbesar Amerika terbaring di dekat mata-mata yang paling buruk.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(59) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246994/sersan-playboy" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818515000) } } [7]=> object(stdClass)#105 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246603" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#106 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/20/1_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420073505.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#107 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(120) "Molody, mata-mata dari Soviet, menghabiskan enam tahun hidupnya dalam perang dingin Inggris. Menyamar sebagai pengusaha." ["section"]=> object(stdClass)#108 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/20/1_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420073505.jpg" ["title"]=> string(19) "Lelaki Penuh Pesona" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:33:45" ["content"]=> string(23094) "
Intisari Plus - Molody, mata-mata dari Soviet, menghabiskan enam tahun hidupnya dalam perang dingin Inggris. Menyamar sebagai pengusaha, misinya adalah membuka rahasia senjata nuklir kapal selam Inggris.
---------------------------------------
Semua orang menyukai Gordon Lonsdale—orang Kanada nan tampan. Tampaknya dia memiliki teman di seluruh London. Pada akhir 1950-an wajahnya sangat familiar di klub-klub dan restoran terbaik di ibu kota—dengan mobil putihnya, yang diimpor dari Amerika, dan tentu saja mahal, tampak mencolok di negeri yang masih berusaha bangkit dari penderitaan akibat Perang Dunia II. Dia tinggal di apartemen yang indah yang disebut "The White House", tepat di sebelah Regent's Park. Di situlah dia menyelenggarakan pesta-pesta mewah yang membuat teman-teman wanita mengantre, karena terpesona pada penampilan hitam manisnya.
Di balik kesan playboy, Lonsdale sebenarnya adalah pekerja keras. Dia menjalankan perusahaan yang menyewakan gramafon otomatis, dan menjual mesin serta perlengkapan untuk pengaman mobil. Pekerjaan ini membuatnya berpindah-pindah dari satu negara ke lain negara. Ada satu sisi lain dari pengusaha playboy ini—yang akan mengherankan semua teman wanitanya, rekan bisnis dan bahkan pemilik restoran yang mengira telah mengenalnya dengan baik. Nama aslinya Konon Trofimovich Molody dan dia adalah mata-mata Soviet.
Molody menjalani kehidupan yang luar biasa. Dilahirkan di Rusia pada 1922, dia kemudian dikirim ke California untuk tinggal bersama bibinya pada usia tujuh tahun. Sembilan tahun kemudian, dia dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan logat seperti penduduk asli. Pada 1936 dia kembali ke Rusia dan bergabung dengan Communist Youth Movement (Gerakan Pemuda Komunis) dan ikut berjuang selama Perang Dunia II. Setelah perang usai, Molody direkrut oleh KGB, dinas keamanan Uni Soviet. Dia fanatik kepada ideologi komunis negaranya dan dia memiliki bakat yang baik dalam penguasaan bahasa—dua hal penting yang akan menjadikannya sebagai mata-mata ideal.
Pada usia 32 tahun, dia meraih pangkat komandan dan sudah ikut dalam beberapa misi ke luar negeri. Tahun 1954, dengan semakin memuncaknya perang dingin antara Soviet dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris, dia mendapatkan misi terpentingnya.
Perang dengan format baru terus berkembang setelah Perang Dunia II—kapal selam membawa senjata nuklir. Beberapa kapal pengintai bersembunyi di bawah laut. Kapal-kapal ini mustahil dilacak dan dihancurkan karena berisiko menghancurkan negara musuh dengan senjata nuklir yang dibawanya. Molody dikirim ke Inggris dalam tugas penyamaran untuk mengungkap segala hal tentang senjata nuklir kapal selam Angkatan Laut Inggris, yang berkembang sangat cepat. Untuk mengerjakan tugas ini, dia harus terus berhubungan dengan mata-mata Soviet lainnya, selain mencari anggota angkatan bersenjata Inggris atau orang pemerintah yang dapat menjual informasi rahasia padanya.
Tugas seperti ini membutuhkan dedikasi tinggi. Molody berusia 33 tahun. Dia harus meninggalkan semua yang dimilikinya di Uni Soviet, dan pergi ke negara asing, betul betul sebagai orang asing. Dia diberi nama dan kewarganegaraan baru—yaitu Gordon Lonsdale. Dulu, pernah ada seorang Kanada bernama Gordon Lonsdale, tapi menghilang di Finlandia—kemungkinan besar dibunuh—dan paspor palsu, juga sejarah masa lalunya, sekarang ada di tangan Molody. Dia dikirim ke Kanada tahun 1954. Setelah tinggal selama satu tahun di sana sebagai Lonsdale, dia pergi ke Inggris pada Maret 1955. Dia memerankan identitas barunya dengan sangat sempurna.
Gordon Lonsdale memiliki dua teman baik—Peter dan Helen Kroger—yang tinggal di luar London, yakni di daerah pinggiran barat Ruislip. Mereka adalah pasangan Amerika yang hidup tenang di usia 50-an. Mereka menjalankan usaha berhubungan dengan buku-buku antik. Suatu hari, teman teman di jalanan mengajak mereka ikut pesta makan malam. Helen datang mengenakan gaun panjang hitam, dan tuan rumah berseru,"Helen, kau tampak seperti mata-mata Rusia!" Jika tuan rumah yang lucu ini tidak tertawa terpingkal-pingkal menertawai lawakannya sendiri, dia mungkin akan melihat perubahan sekilas di wajah Kroger. Helen Kroger memang mata-mata Rusia, begitu juga suaminya. Rumah mereka di Cranley Drive 45 merupakan ancaman besar untuk keamanan Ingris.
Di bawah lantai dapur ada ruangan berisi pemancar berfrekuensi tinggi dan tape recorder kecepatan tinggi untuk mengirim kode pesan lebih dari 240 kata setiap menitnya. Antena internal sepanjang 23 meter terbentang di loteng rumah. Di ruang duduk ada radio yang dapat menerima sinyal dari manapun. Di sampingnya ada sebuah mesin ketik, tape recorder, dan beberapa headphone. Kamar mandi dapat diubah menjadi kamar gelap, lengkap dengan peralatan untuk membuat dan membaca microdot—teknologi yang dapat mengecilkan potret bahkan hingga lebih kecil dari ujung peniti.
Ada kejutan di mana-mana. Salinan Kitab Suci di ruang duduk digunakan untuk menyembunyikan kertas kaca yang sensitif terhadap cahaya untuk membuat microdot. Di ruang tidur ada mikroskop untuk mempelajari microdot itu. Gulungan mikrofilm disembunyikan di dalam sebuah botol. Di kamar mandi, wadah bedak yang dibiarkan terbuka yang merupakan alat untuk membaca microdot, terlihat seperti teleskop kecil. Geretan rokok besar di meja menutupi kotak rahasia yang penuh pesan rahasia.
Pasangan Kroger menjalani kehidupan yang tidak biasa, sama seperti Molody. Peter Kroger dilahirkan sebagai Morris Cohen, dari orang tua Rusia-Yahudi di New York. Dia bertemu dan menikahi Helen di University of Illinois. Nama aslinya adalah Leona Petka. Selama tahun 1930 ke duanya menjadi komunis, dan Peter berjuang melawan para fasis dalam perang sipil Spanyol. Dia kembali ke AS dan bekerja untuk berbagai organisasi perdagangan Soviet sebelum bergabung dengan tentara Amerika dalam Perang Dunia II.
Setelah perang, pasangan ini menjadi mata-mata untuk Uni Soviet, dan membantu memberikan informasi bom atom rahasia milik Amerika pada pihak Rusia. Mereka melarikan diri dari Amerika tahun 1950 karena mengira akan ditangkap dan muncul kembali di Inggris tahun 1954. Kali ini mereka dikenal sebagai pasangan Kroger, nama pasangan Selandia Baru yang sudah meninggal pada awal abad ini.
Lonsdale adalah tamu yang sering datang ke Cranle Drive. Dia datang untuk makan malam paling tidak sekali Sabtu dalam setiap bulan. Tentu saja tidak hanya itu yang da lakukan. Keluarga Kroger adalah penghubungnya dengan pihak Uni Soviet. Di rumah yang tenang itulah hasil kerjanya sebagai mata-mata dikirimkan ke KGB di Moskwa
Informan Lonsdale yang terbaik adalah seorang karyawan Angkatan Laut Inggris yang bertugas di Departemen Angkatan Laut Inggris di Bidang Penyediaan Senjata Bawah Laut—yang sangat rahasia di Portland, Dorset. Namanya Harry Houghton. Dia memiliki akses ke berbagai bagian rahasia, dan satu hal yang juga menguntungkan bagi Lonsdale, Harry memiliki kecurangan di masa lalu. Tahun 1951 dia dikirim ke Kedutaan Besar Inggris di Warsawa, Polandia. Dia mempermalukan dirinya sendiri dengan menyembunyikan istri orang lain dan berhubungan dengan penjualan barang-barang selundupan. Dia dikirim kembali ke Inggris dengan teguran keras. Meskipun tidak dapat dipercaya, dia dikirim ke Portland.
Penguasa Inggris bukanlah satu-satunya yang memperhatikan tindak tanduk Harry Houghton di Warsawa. Dinas Polisi Rahasia juga mengawasinya. Mereka memberitahu KGB bahwa Harry tampaknya mudah disuap. KGB meneruskan informasi penting ini pada Lonsdale yang tidak membuang-buang waktu untuk segera memperkenalkan diri.
Lonsdale mengaku sebagai Komandan Alex Johnson dari Kedutaan Besar Amerika. Setelah mereka berbincang-bincang, Lonsdale menyadari bahwa Houghton adalah orang yang diinginkannya. Dia mau mengerjakan hampir semua hal demi uang. Mudah menipunya untuk menjadi seorang pengkhianat. Lonsdale mengatakan bahwa Amerika membutuhkan beberapa informasi darinya. Dia tidak perlu khawatir dengan Undang-Undang Kerahasiaan—sebuah dokumen yang wajib ditandatangani oleh seluruh personel angkatan bersenjata untuk menjamin kerahasiaan departemen—bukankah Inggris dan Amerika berada di pihak yang sama?
Ketika Lonsdale menyebutkan uang, mata Houghton membelalak. Dia bahkan membuat rencana cerdas untuk menyelundupkan dokumen keluar dari Portland. Houghton memiliki teman di pangkalan, seorang perempuan setengah baya bernama Ethel "Bunty" Gee. Dia adalah pegawai bagian arsip dengan pengamanan ruangan tingkat tinggi—yang artinya: dia memegang dokumen sangat rahasia. Meskipun untuk para pria ada pemeriksaan saat mereka masuk dan keluar gedung untuk memastikan mereka tidak membawa dokumen rahasia, pegawai perempuan tidak diperiksa. Perbedaan pemeriksaan keamanan yang aneh ini juga bet makna bahwa Bunty akan menjadi kaki-tangan yang sempurna,
Akhirnya, semua file, mulai dari daftar anggota angkatan laut di galangan kapal hingga dokumen rinci proyek pembangunan kapal, dapat diselundupkan keluar Portland, Isi dokumen itu dibaca dan direkam dengan tape recorder, kemudian dikirimkan dengan pemancar dari Cranley Drive, atau dipotret untuk diselundupkan ke Moskwa berupa mikrofilm. Bunty kemudian mengembalikan dokumen-dokumen itu sebelum ada yang menyadari bahwa ada dokumen yang hilang. Pekerjaan ini berlalu seperti sebuah mimpi. Lonsdale dan pasangan Kroger dapat menyelundupkan rahasia dari Houghton dan Gee, sebaik cara mereka mendapatkan informasi dari militer dan organisasi intelijen yang telah dilakukan selama enam tahun ini.
Di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk keberuntungan. Houghton memang merupakan sumber informasi terbaik bagi Lonsdale, tapi dia mungkin juga orang yang paling tidak dapat dipercaya yang harus dihadapi oleh mata mata Soviet. Pengecekan rutin oleh M15—biro intelijen tandingan Inggris—menunjukkan bahwa Houghton, sebagai seorang pegawai Angkatan Laut, mengeluarkan uang jauh lebih besar dari pendapatannya. Pada tahun 1960 dia digaji £714, gaji yang tidak terlalu besar untuk saat itu. Tapi dia baru saja membeli mobil baru yang mencolok, membangun rumah seharga £10.000, dan menghabiskan £20 sebulan untuk minum-minum. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu? M15 berusaha mengungkapkan. Pengecekan di rekening Houghton tidak menghasilkan apa-apa. Lonsdale membayarnya tunai, sehingga polisi tidak dapat menyelidiki sumber penghasilan itu.
Pada Juli 1960, seorang agen MI5 mulai membuntuti Houghton dan Gee. Dia mengikuti perjalanan mereka ke London, ke teater Old Vic di Waterloo. Dia melihat mereka bertemu Gordon Lonsdale, menyerahkan amplop yang ditukarkan dengan kantong belanja. Houghton dan Gee segera pergi, berputar kembali ke mobilnya. Semuanya sangat mencurigakan.
Sebulan kemudian, Houghton berangkat lagi ke London. Di sana dia bertemu Lonsdale di Old Vic, dan keduanya beristirahat di kafe. Agen MI5 itu duduk di sebelah meja mereka dan berusaha mendengarkan percakapan. "Selanjutnya, kita akan bertemu setiap Sabtu pertama, kata Lonsdale, "terutama Sabtu pertama Oktober dan November"
Sesuatu sedang direncanakan.
Mereka meninggalkan kafe, dan agen M15 itu mengikuti mereka dari kejauhan. Kedua lelaki itu bergegas ke pojok telepon. Mereka tidak menelepon. Houghton memberikan file yang terbungkus koran kepada Lonsdale. Kemudian mereka berpisah. Houghton menghilang di tengah keramaian, agen MI5 mengikuti Lonsdale, yang masuk ke dalam mobil dan mulai bergerak. Sepasang agen MI5 lainnya mengikuti dengan mobil hingga kemudian berhenti di depan sebuah bank Londsdale keluar mobil, lalu menyerahkan koper coklat kepada petugas bank, lantas pergi lagi.
Setelah Lonsdale pergi, agen MI5 masuk ke dalam bank Mereka menjelaskan dengan hati-hati kepada manajer bank bahwa mereka mendapat tugas yang bersifat sangat rahasia dari pemerintah, dan mereka ingin melihat isi koper coklat itu. Manajer itu dapat memahami, dan mereka menemukan kamera buatan Rusia, kaca pembesar, dua film, dan bermacam macam kunci dalam kotak penyimpanan Lonsdale. Semua sangat mencurigakan.
Investigasi kemudian dilakukan. Lonsdale pergi ke Eropa selama dua bulan untuk urusan bisnis, begitu dia kembali dari perjalanannya, agen M15 telah menunggunya. Mereka mengikutinya ketika dia mengambil koper dari bank, kemudian naik kereta menuju Ruislip.
Setelah beberapa minggu, MI5 terus mengamati, dan polanya mulai terlihat jelas. Pada setiap Sabtu pertama setiap bulan, Houghton menemui Lonsdale di London. Mereka saling bertukar paket, dan sorenya Lonsdale pergi ke Ruislip, sampai di rumah keluarga Kroger sekitar pukul 19.15. Setelah tiga bulan, agen M15 memutuskan untuk menangkap mereka. Seseorang yang ditugasi memimpin operasi ini adalah Inspektur Detektif George Smith dari Kepolisian London.
Pada 7 Januari 1961, Harry Houghton pergi ke London. Pada kesempatan ini Bunty Gee ikut serta membawa tas belanja yang besar. Mereka sampai di Stasiun Waterloo. Tak kurang dari 15 orang agen, termasuk George Smith, mondar-mandir di sana dalam penyamaran sebagai penumpang dan penjual koran. Keretanya terlambat 45 menit. Penundaan ini membuat para agen yang dipimpin Smith kurang waspada, atau mungkin juga udara dinginlah yang menjadi penyebabnya. Apapun alasannya, mereka terkejut ketika pasangan ini sudah sampai di pintu keluar dan berlari mengejar bus. Hanya ada satu orang yang tempatkan dalam bus itu bersama mereka.
Houghton dan Gee melakukan perjalanan wisata—di luar kebiasaan mereka, sekitar satu atau dua jam mereka kembali ke Stasiun Waterloo dan pergi ke teater Old Vic seperti yang biasa mereka lakukan. Agen-agen itu sudah menunggu. Lonsdale juga sudah menunggu untuk menyambut mereka. Ketika mereka tiba, dia mengambil tas yang dibawa Gee, dengan cara yang halus seperti ketika seorang pria hendak membawakan tas dari seorang wanita. Itu semua sudah cukup bagi Smith. Dia berlari ke arah tiga orang itu dan berkata, "Saya petugas polisi, Anda semua ditangkap."
Saat itu juga tiga buah mobil mengerem dengan tiba tiba dan berhenti tepat di halte depan mereka. Lonsdale yang diborgol pertama kali, kemudian Houghton, dan yang terakhir Gee. Mobil-mobil itu mulai bergerak dan pesan di radio panggil disampaikan, "Terkunci, tersimpan, meluncur."
Ketiganya berhasil ditangkap tanpa banyak perlawanan.
Tas yang dibawa Gee penuh dengan barang-barang menarik. Ada empat file dari Portland dan film yang berisi lebih dari 300 foto dari kapal selam nuklir Inggris yang sangat rahasia.
Di kantor polisi, ketiganya ditangani Dinas Rahasia Kepolisian Inggris. Respon mereka bermacam-macam.
Harry Houghton memukul-mukul kepalanya sambil berkata, "Aku sudah dibodohi!"
Bunty Gee marah. "Aku tidak melakukan kesalahan apapun," protesnya.
Gordon Lonsdale sangat tenang, dia berkata, "Tampaknya saya akan berada di sini sepanjang malam, dapatkah Anda mencarikan seorang pemain catur yang hebat?"
Permintaannya dikabulkan.
(Selama Lonsdale dalam tahanan, Smith memastikan akan selalu ada seorang pemain catur kelas satu di antara penjaganya. Smith mengagumi gaya Lonsdale, dan dia menjelaskan sikapnya yang sangat baik itu pada para wartawan. "Dia memiliki pekerjaan yang sulit dilakukan seperti Anda dan saya. Dia melakukannya dengan baik. Apakah saya harus menyalahkannya?").
Setelah sore itu, Peter dan Helen Kroger juga menerima tamu tak diundang. Smith dan pasukannya segera menuju ke Ruislip segera setelah Houghton, Gee, dan Lonsdale aman berada dalam tahanan. Ketika polisi datang, pasangan Kroger terlihat sangat tenang. Pasangan ini berlagak seolah kedatangan pihak kepolisian ini adalah sebuah kekeliruan namun sebagai warga negara yang baik, mereka tetap siap untuk membantu.
Ketika mereka hendak meninggalkan rumah, Helen Kroger meminta izin untuk menyalakan api di tungku pemanas agar ketika mereka kembali, rumahnya dalam keadaan hangat. Smith—yang tentu saja tidak bodoh—berkata, "Tentu saja, Nyonya Kroger, tapi sebelumnya saya lihat dulu apa yang ada dalam tas Anda."
Wajah Helen berubah menjadi dingin. Dia menyadari ini saatnya permainan berakhir. Di dalam tasnya ada ketikan pesan, slide yang berisi tiga mikrodot, dan lima lembar surat yang ditulis Lonsdale dalam bahasa Rusia. Sebenarnya dia bermaksud membakar semua itu dalam tungku, tapi sekarang semua itu menjadi bukti yang paling penting untuk menyeret mereka ke ruang pengadilan.
Dengan ditangkapnya semua anggota dalam lingkaran mata-mata Lonsdale, polisi mengirimkan tim forensik ke rumah mereka. Tentu saja, rumah di Cranley Drive 45 memberikan banyak petunjuk mengenai kejahatan yang telah mereka lakukan. Radio dan peralatan mikrodot dapat ditemukan dengan mudah, tapi baru seminggu kemudian, setelah rumah itu benar-benar dibongkar, petugas menemukan kode sinyal, tanggal pengiriman data melalui pemancar, ribuan dolar Amerika, dua paspor Selandia Baru atas nama pasangan Kroger, dan dua paspor Kanada. Di apartemen Lonsdale ditemukan satu set radio dan perlengkapan mikrodot, sedangkan di rumah Houghton dan Gee masing-masing ditemukan rahasia-rahasia yang juga memberatkan, termasuk dokumen-dokumen, sebuah kamera, dan kotak korek api yang di bagian dasarnya sudah diubah untuk meletakkan peta tempat pertemuan di London.
Persidangan dimulai 13 Maret 1961, berlangsung selama sembilan hari. Surat kabar menamai mereka "The Microdot Five". Semua dinyatakan bersalah dan mereka mendapat hukuman setimpal. Houghton dan Gee dijatuhi 15 tahun penjara, pasangan Kroger 20 tahun penjara. Lonsdale yang secara jelas tampak sebagai orang yang berperan penting dalam lingkaran mata-mata dijatuhi hukuman yang paling berat oleh hakim.
"Gordon Arnold Lonsdale," katanya, "Anda adalah seorang mata-mata profesional. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya, dan tentu saja Anda harus siap untuk menderita. Anda akan dipenjara selama 25 tahun."
Lonsdale tersenyum di atas mimbar. Dia tahu dirinya tak akan berada di dalam penjara dalam jangka waktu yang panjang; dia agen yang sangat berharga. Dalam suasana saling membalas dalam perang dingin ini, dia akan segera ditukar dengan mata-mata Inggris yang tertangkap. Temannya di KGB akan segera memastikannya.
Kelanjutannya
Apa yang dipikirkan Lonsdale benar. Di tahun ketiga dia ditukar dengan mata-mata Inggris bernama Greville Wynne (baca juga: "Pedagang dan Mata-Mata Super", di halaman lain buku ini). Saat kembali ke tanah airnya, dia disambut sebagai pahlawan, dan dianugerahi medali. Lonsdale terus bekerja di KGB, meskipun dia sekarang terlalu terkenal sehingga tidak mungkin dikirim keluar sebagai mata-mata. Tetapi menjalankan kehidupan ganda selama menjadi mata mata membuatnya stres, dan dia meninggal di usia muda. Pada Oktober 1970, di usia 48 tahun, ia mengalami serangan jantung yang fatal ketika sedang berkebun di apartemennya di Moskwa.
Pasangan Kroger harus menunggu lebih lama untuk dibebaskan, tapi para pimpinan KGB tidak meninggalkan mereka. Seorang dosen Inggris ditangkap dengan tuduhan penipuan di Moskwa pada 1969, dan ditukarkan dengan pasangan Kroger. Keduanya hidup hingga usia tua. Helen meninggal di usia 79 pada tahun 1992, dan Peter meninggal pada usia 84 pada 1995. Penghuni baru di Cranley Drive 45 ternyata menemukan radio milik pasangan Kroger pada 1981, saat menggali di kebun.
Tak ada yang memperhatikan Bunty Gee dan Ham Houghton. Yang bisa mereka lakukan adalah saling memperhatikan. Mereka berada di dalam penjara selama sembilan tahun. Mereka dibebaskan tahun 1970, enam tahun lebih cepat karena kelakuan mereka yang baik. Mereka menikah di Polandia tahun 1971, dan mendirikan usaha penginapan di Brankscome, Dorset, dengan nama samaran. Keduanya dipercaya meninggal dunia pada tahun 1980.
---
Nukilan dari buku:
TRUE SPY STORIES
Kisah Nyata Mata-Mata Dunia
Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming
" ["url"]=> string(64) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246603/lelaki-penuh-pesona" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818025000) } } }