Intisari Plus - Salah satu sumbangan paling berarti dari psikologi modern adalah perhatiannya pada "proses mental bawah sadar". "Pikiran bawah sadar" ini dikembangkan melalui riset yang dilakukan oleh ilmu psikologi modern yang dikenal sebagai psikoanalisis. Hebatnya, ilmu ini muncul dari dunia ilmu kedokteran. Tokoh-tokoh utama ilmu ini adalah Sigmund Freud, Alfred Adler, dan Carl Gustav Jung. Orang-orang hebat inilah yang dulu berkutat menguak misteri proses bagaimana pikiran bawah sadar bekerja.
--------------------------
Mereka membandingkan pikiran kita dengan puncak gunung es yang terapung di atas permukaan air. Bagian terbesar dari gunung es berada di bawah permukaan air dan hanya sebagian kecil yang kasat mata. Bagian yang terlihat itu hanya seperdelapan dari keseluruhan, sedangkan tujuh perdelapan sisanya tersembunyi di bawah permukaan air.
Pikiran kita dibagi menjadi dua bagian: pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Proses mental pikiran sadar mencakup perilaku kita dalam keadaan sadar (waking life) dengan bermacam aktivitas seperti merasa, mengingat, berimajinasi, berargumen, dan berpikir. Jadi, bagian terbesar dari pikiran kita merupakan proses mental pikiran bawah sadar yang tidak dapat kita ketahui secara langsung.
Pikiran bawah sadar punya peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal itu tampak pada berbagai kesalahan yang sering kita buat, misalnya ketinggalan saputangan di tempat teman, mencari-cari bolpoin yang sedang dipegang di tangan, atau membaringkan tongkat di ranjang lalu berdiri di sudut ruangan. Selain keseleo lidah, kita juga bisa keseleo pena, yang banyak juga terjadi. Orang ingin mengucapkan kata "kapur", tapi yang terucap justru kata "kabur". Ada banyak kejadian keseleo pena saat kita menuliskan sebuah kata. Bukan karena kita tidak tahu ejaannya, tapi karena ejaan yang salah keluar begitu saja.
Bukti terpenting adanya pikiran bawah sadar kita temukan dalam tidur. Saat itu pikiran bawah sadar kita justru paling aktif. Sering kita mengalami, ketika menghadapi soal matematika atau fisika yang sulit lalu kita pergi tidur, esok paginya kita terbangun dengan sebuah jawaban. Kita juga sering menghadapi persoalan sulit dalam kehidupan pribadi maupun sosial dan tidak dapat menemukan solusinya. Jalan keluar dari persoalan sulit itu kadang muncul sewaktu kita sedang tidur. Dan ketika bangun esok harinya, kita mendapatkan petunjuk lewat pikiran, yang sangat membantu penyelesaian situasi sulit itu. Jadi, selama tidur pikiran sadar kita berhenti bekerja, sementara pikiran bawah sadar justru punya banyak waktu untuk bekerja.
Tidur dan mimpi selalu erat kaitannya. Ihwal mimpi sudah dibicarakan dalam bab sebelumnya, tapi di sini kita akan melihat mimpi seorang ilmuwan, yang menemukan struktur benzena (bensol, C6H6) berkat bantuan pikiran bawah sadarnya. Nama ilmuwan yang mendapatkan temuan lewat mimpi itu August Kekule. la hendak menyusun ikatan atom hidrogen (H) dan karbon (C) hingga membentuk struktur bensol. Ternyata solusi itu muncul suatu hari ketika ia sedang dalam keadaan setengah tidur—keadaan antara terjaga dan tidur. Ia melihat molekul bensol dalam bentuk seperti seekor ular yang melilit lingkaran. Begitu terbangun, Kekule mendapatkan jawaban atas persoalan yang dia hadapi: enam atom karbon membentuk cincin dengan satu atom hidrogen terikat pada setiap atom karbon. Temuan Kekule akhirnya menjadi basis industri zat pewarna yang maju di Jerman.
Ada beberapa kasus lain menyangkut penyair, pemikir, dan seniman hebat yang dibimbing oleh mimpi mereka sehingga memberikan karya-karya terbaik bagi dunia. Johann Wolfgang von Goethe—penyair, ilmuwan, dan filsuf besar Jerman—tidak hanya menyelesaikan banyak masalah ketika sedang tidur, tapi juga menggubah puisi lewat inspirasi yang ia terima dalam mimpi. Disebutkan pula, Samuel Taylor Coleridge (penyair ternama asal Inggris di akhir abad XVIII) juga menciptakan puisinya yang dianggap berbobot, Kubla Khan, lewat mimpinya. Di sini peranan pikiran bawah sadar tampak jelas.
Kali ini kita akan bicara tentang pikiran bawah sadar sebagaimana dilihat oleh Dr. Sigmund Freud, pioner ilmu psikoanalisis. la menyodori kita konsep represi yang bertanggung jawab terhadap pikiran bawah sadar. Dalam diri kita terdapat banyak keinginan, tapi tidak semuanya dapat dipenuhi ketika kita dalam keadaan terjaga. Keinginan itu masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan tersimpan di sana. Kebanyakan keinginan yang masuk ke sana itu bersifat antisosial karena masyarakat kita tidak menoleransi ekspresi yang telanjang atau apa adanya.
Freud menganalogikan pikiran kita dengan rumah dua lantai. Penghuni lantai satu adalah orang-orang terhormat. Sedangkan penghuni lantai dasar adalah mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan standar etika dan peradaban. Pikiran sadar kita mewakili orang beradab yang tinggal di lantai satu, sementara pikiran bawah sadar kita mirip orang-orang yang tinggal di lantai dasar. Dengan kata lain, pikiran sadar selalu disesuaikan dan berfungsi secara harmonis dengan kode etik yang dibangun oleh masyarakat. Sebaliknya, pikiran bawah sadar berisi segala keinginan yang tak terpenuhi karena adanya rambu rambu hukum sosial, kebiasaan, ataupun adat istiadat.
Menurut Freud, keinginan yang tertindas umumnya berkaitan dengan seks dalam arti luas—segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan kasih sayang dan cinta, termasuk aktivitas mengisap jempol pada anak-anak. Keinginan yang ditekan bersifat seksual dan merupakan motif paling kuat yang bekerja semasa kita tidur dan mimpi.
Kadang bisa terjadi, keinginan yang terpendam tidak mendapat kesempatan untuk muncul ke permukaan dan tetap tersimpan dalam pikiran bawah sadar selama bertahun-tahun. Individu yang sadar dan rasional tidak akan memuaskan keinginannya karena adanya rambu-rambu hukum sosial. Tapi keinginan itu tetap ada dan berdiam dalam pikiran bawah sadarnya.
Umumnya, orang mewujudkan keinginan dan memuaskannya dengan cara yang sesuai dengan norma masyarakat. Namun, dalam lingkungan sosial yang tidak memungkinkan, keinginan yang tertindas itu melahirkan konflik mental yang mengakibatkan seseorang mengalami ketegangan. Konflik itu melahirkan sejumlah kesulitan mental seperti kegelisahan, kecemasan, dan maniak (kegilaan), sampai ke bentuk-bentuk psikosis dan neurosis yang serius. Penyakit mental itu harus diatasi dengan bantuan psikiater dengan cara mendiagnosis persoalan yang kita hadapi. Menurut Freud, persoalan masa kini dapat ditelusuri kembali dari periode awal, dan dalam banyak kasus persoalan masa kini berakar pada masa kanak-kanak. Jika mempelajari masa kanak-kanak seseorang, kita akan mendapati banyak keinginan yang tak terpuaskan karena adanya rambu-rambu hukum sosial dan sangsi moral.
Untuk memahami akar persoalan mental masa kini, Freud menyodorkan teknik "asosiasi bebas" guna memahami pasien secara tepat. Syaratnya, pasien diberi kebebasan penuh untuk mengungkapkan apa saja yang ada di benaknya. Selalu ada kecenderungan untuk menekan keinginan, perasaan, dan emosi. Akan tetapi dengan menanganinya secara hati-hati, resistensi bisa dikendalikan. Jika berhadapan dengan psikiater, pasien akan membeberkan hampir semua yang tersembunyi dalam dirinya sehingga diagnosis akan menjadi lebih mudah.
Jadi, pikiran bawah sadar merupakan bagian dari pikiran manusia yang sangat misterius. Gagasan, pikiran, perasaan, serta emosi yang ada di dalamnya mengendalikan perilaku kita. Pikiran bawah sadar sangat membantu kita dan menjadi pangkal dari banyak temuan di bidang ilmu, matematika, dan filsafat. Pikiran bawah sadar juga dipelajari sebagai tempat menyimpan keinginan yang tertindas dan hasrat yang tak terpenuhi, yang merupakan bidang pokok dalam studi psikoanalisis. Secara bertahap misteri yang tak dapat diduga dari pikiran bawah sadar itu makin lama akan makin terkuak.
(Nukilan buku Intisari Seri Kisah Misteri 24 Misteri Aneh di Dunia Oleh Geeta Lal Sah)
" ["url"]=> string(79) "https://plus.intisari.grid.id/read/553399936/pikiran-bawah-sadar-yang-misterius" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1659549284000) } } }