array(1) { [0]=> object(stdClass)#49 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3760974" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#50 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/05/11/perampokan-kereta-api-cepat-rock-20230511110111.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#51 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(5) "Ade S" ["photo"]=> string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png" ["id"]=> int(8011) ["email"]=> string(22) "ade.intisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(143) "Pesuruh kereta ditemukan tewas mengenaskan di dalam gerbong yang membawa 20.000 dolar. Tiga orang detektif pun ditugaskan untuk mencari pelaku." ["section"]=> object(stdClass)#52 (8) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["show"]=> int(1) ["alias"]=> string(5) "crime" ["description"]=> string(0) "" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/05/11/perampokan-kereta-api-cepat-rock-20230511110111.jpg" ["title"]=> string(39) "Perampokan Kereta Api Cepat Rock Island" ["published_date"]=> string(19) "2023-05-11 11:01:20" ["content"]=> string(37257) "
Intisari Plus - Seorang pesuruh kereta ditemukan tewas mengenaskan di dalam gerbong yang membawa 20.000 dolar. Tiga orang detektif pun ditugaskan untuk mencari pelaku yang mudah berkelit itu.
---------------
Pada tanggal tanggal 12 Maret 1886, kereta api cepat Rock Island meninggalkan Chicago pada jam 10 lewat 45 menit. Kereta itu membawa 20.000 dolar dalam bentuk lembaran 50 dan 100 dolar yang dipegang oleh Kelog-Nichols. Ia adalah seorang pesuruh yang sudah bertahun-tahun bekerja pada United States Express Company. Uang tersebut adalah kiriman sebuah bank di Chicago dan akan diberikan pada bank pusatnya di Davenport, Iowa.
Selain gerbong penumpang, kereta api itu juga menarik dua gerbong barang dari jawatan pos. Yang satu untuk membawa paket pos, tepat di belakang lokomotif. Sedangkan gerbong kedua untuk bagasi penumpang, di belakangnya lagi. Kedua gerbong ini mempunyai dua pintu yang selalu menarik perhatian para perampok. Nichols si pesuruh berada di gerbong pertama. Waktu kereta api berhenti di Joliet, sebuah kota yang terletak kira-kira 60 kilometer di sebelah barat Chicago, ia sedang memilih-milih paket. Akan tetapi pada pemberhentian sesudahnya di kota Morris, penjaga rem Harry Schwartz, pucat dan kebingungan. Ia keluar dari gerbong pertama dan berteriak, “Nichols mati!”
Mereka menemukan tubuh Nichols yang sudah tidak bernyawa di lantai gerbong. Kepalanya pecah karena tertimpa barang berat dan bahu kanan menunjukkan cedera penembakan. Tampaknya ia baru dikalahkan sesudah perlawanan sengit. Wajahnya masih menunjukkan air muka yang penuh tekad, tangannya dikepalkan. Tangan serta jari-jari dirusak dan dicakar dengan cara yang mencolok. Di bawah kuku terdapat rambut serta beberapa bagian kulit manusia.
Tembakan telah dilakukan dengan senjata kaliber 32. Tetapi cedera itu tidak mengundang maut. Mungkin maut baru datang waktu ia diberi pukulan-pukulan yang bengis, yang dilakukan si pembunuh pada kepala korban sesudah menembak.
Semua yang mengenal Nichols heran melihat perlawanan yang mungkin terjadi, sebab Nichols bukanlah seorang yang kuat. Tingginya tidak sampai 1,70 meter dan paling beratnya hanya 65 kg. Kawan-kawannya pun mengetahui bahwa ia bukanlah seorang pemberani.
Segera gerbong paket dilepaskan dari kereta api dan ditinggalkan di kota Morris, bersama dengan semua pegawai kereta api. Pemeriksaan pertama yang dilakukan sambil lalu. Setelah itu tidak boleh lagi ada orang masuk ke dalam gerbong di mana Nichols ditemukan terbunuh. Oleh karena itu, orang belum mengetahui pasti berapa banyak yang dirampok.
Bahwa dilakukan perampokan itu sudah jelas. Pintu lemari uang terbuka dan kertas-kertas serta uang kertas berserakan di lantai.
Telegram penting segera dikirim ke Chicago, dan sesudah beberapa jam, tibalah beberapa orang detektif di Morris. Jalan-jalan dan jalan kereta api diperiksa ke semua jurusan. Beratus-ratus orang diperintahkan mencari, sebab berita pembunuhan segera tersebar di sekitarnya.
Tidak ada tempat sekecil apa pun yang lupa diperiksa. Meskipun salju menutupi daerah sekelilingnya, tidak dapat ditemukan jejak-jejak kaki yang mencurigakan. Waktu para pencari kembali beberapa jam kemudian, mereka hanya menemukan satu hal. Di sebuah tempat sepi dekat Minorka, ditemukan topeng. Topeng ini terbuat dari bahan hitam dan mempunyai tali-tali putih pada setiap sisi. Tali di sisi yang satu hilang tersobek. Sepertinya disebabkan karena perkelahian.
Sementara itu Detektif Kepala Pinkerton memeriksa gerbong paket dengan sangat teliti. Penemuan pertama adalah sebuah pemukul dari besi, yang ada bekas darah dan rambut yang menempel pada pemukul. Pemukul ini, yang mungkin dipakai sebagai alat membunuh, biasa digantung di belakang tungku api. Diambil kesimpulan bahwa hanya pegawai kereta apilah yang mungkin melakukan kejahatan. Pasalnya, hanya mereka yang bisa mengembalikannya pada tempat biasa, secara mekanis dan menurut kebiasaan. Seorang pelaku yang bukan pegawai kereta api, yang tidak biasa dengan keadaan kelilingnya, akan membiarkan besi tergeletak di lantai. Atau ia bahkan akan membuangnya.
Waktu Pinkerton memeriksa lemari besi, ia menemukan bahwa uang 20.000 dolar telah hilang. Kertas-kertas lain dibuang-buang dan ditinggalkan. Di antaranya ada setumpukan wesel yang tidak terpakai yang dibuka pelaku dengan tergesa-gesa dan dibuang di bawah meja. Semula Pinkerton tidak memperhatikan kertas-kertas yang dibuang. Kemudian ia baru ingat bahwa dari kertas-kertas wesel, ada sudut kertas yang hilang.
Pinkerton menginterogasi semua pegawai yang bertugas di kereta tersebut. Akan tetapi tidak ada keterangan yang berharga, kecuali dari seorang yang bernama Morel Watt. Ia menjadi pengawas atas gerbong yang kedua.
“Sewaktu sedang menghitung surat-surat muatan dan surat tanda terima, saya dikejutkan oleh suara kaca pecah. Kaca ventilasi dirusakkan. Pada saat yang sama seorang lelaki gemuk pendek dan memakai topeng hitam berdiri di muka saya. Ia berteriak, ‘Jika kamu bergerak, maka orang yang ada di atasmu akan membunuhmu!’ Saya melihat ke atas dan melihat melalui kaca yang pecah bahwa ada tangan yang memegang revolver. Ditakut-takuti demikian, tentu saja saya tidak berani mencoba meminta pertolongan. Orang yang bertopeng menghilang, namun saya tetap dijaga oleh tangan yang memegang revolver. Ini terjadi sampai kereta berhenti di kota Morris. Saya ingat bahwa lelaki asing itu masuk ke dalam gerbong saya ketika melewati kota Minorka dan peluit lokomotif berbunyi.”
Menurut keterangan ini, maka antara waktu kejadian dan menghilangnya si pembunuh, ada jarak waktu sekitar 30 menit. Itu dapat diperiksa pada jadwal kereta.
Pinkerton kembali ke Chicago dan mencari keterangan tentang pegawai yang bernama Watt. Masa lalu orang ini tidak ada celanya. la termasuk seorang pegawai yang dapat dipercaya dan cakap. la mempunyai tiga saudara lelaki, semuanya menjadi pegawai kereta api sudah sejak bertahun-tahun. Semuanya selalu bekerja memuaskan. Nama baik Watt dan tabiatnya yang jujur sangat membantunya. Akan tetapi lengan yang tampak di lubang ventilasi di atas gerbong meninggalkan keraguan. Sebab di salju yang ada gerbong itu tidak ada jejak kaki.
Akhirnya hanya Harry Schwartz saja satu-satunya orang yang ada di gerbong selama pembunuhan dan yang belum didengar kesaksiannya. Baru malam sesudahnya ia kembali dari Davenport. Pada pagi berikutnya ia memberi kesaksian pada Pinkerton. Schwartz seorang lelaki yang tinggi, tampan, kira-kira 27 tahun, bibirnya tipis, dan wajahnya tegas. Ia berpakaian bersih dan rapi. Ia tidak menanggalkan sarung tangan waktu berbicara.
Pinkerton menerimanya dengan ramah. Sesudah mereka 1 jam merokok dan berbicara, ia meminta Schwartz agar duduk santai dan membuka sarung tangan. Penjaga rem melakukan apa yang diminta. Tangan-tangannya memperlihatkan cedera-cedera kecil yang sudah kering.
“Di manakah Anda mendapat cedera begitu, Tuan Schwartz,” tanya Pinkerton.
“Oh, itu terjadi waktu menaikkan barang-barang,” jawab Schwartz meyakinkan. Kemudian ia menceritakan sambil lalu, bahwa selama perjalanan dari Davenport ke Chicago, pengemudi lokomotif Danforth menemukan tas di kereta api. Seseorang telah meninggalkannya di kamar mandi.
Karena itu maka Pinkerton meminta Danforth datang. Dia menyatakan bahwa tas itu sudah lama ada di situ, tidak berharga, dan tidak berisi. Oleh karena itu ia dan Danforth membuang tas ke tumpukan abu. Satu-satunya barang yang ditemukan di dalamnya hanya secarik kertas. Hal ini menarik perhatiannya karena dicoret-coret dengan garis-garis merah. Secarik kertas ini disimpannya. Ia menunjukkannya pada Pinkerton.
Pinkerton berkesimpulan bahwa itu secarik kertas wesel. Lalu ia teringat akan setumpukan kertas wesel yang ditemukan di dalam gerbong-gerbong. Pasti bahwa seorang itu tidak mungkin menyobek dua lembar kertas dengan cara yang sama. Sobekan kertas itu hanya tepat pada helai yang sama. Percobaan ini dilakukan. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa secarik wesel yang ditemukan Danforth adalah sobekan dari wesel yang ada di gerbong barang.
Tepi-tepinya tepat sekali dan garis-garis merahnya langsung melurus. Jadi tidak diragukan lagi bahwa seseorang telah membawa secarik sobekan itu dari kereta api yang satu ke kereta api lainnya. Dengan kata lain, seseorang yang tersangkut dengan kejahatan 24 jam kemudian pergi dengan lokomotif dari Davenport ke Chicago.
Segera Pinkerton memerintahkan agar tas dicari. Selain itu ia menyuruh memeriksa semua orang yang bepergian dengan kereta api yang dimaksud dari Davenport ke Chicago. Tas ditemukan di tumpukan abu, di tempat ia dibuang oleh masinis kereta api.
Beberapa hari kemudian sejumlah penumpang kereta api sudah dapat ditentukan identitasnya, kecuali seorang lelaki. Ia naik kereta dengan kartu gratis. Masinis hanya samar-samar ingat wajah orang itu. Penumpang lainnya masih ingat akan wajah orang yang pergi dengan kartu gratis. Namun masinis tidak berhasil ingat nama dan siapa si penumpang itu. Sesudah dipastikan jika penumpang lain tidak ada kaitannya dengan pembunuhan, maka petugas lebih teliti mencari orang yang menggunakan kartu gratis itu.
Perhatian masyarakat pada kejahatan itu sedemikian besarnya. Oleh karena itu, dilakukan tiga penyelidikan terpisah untuk mengungkapkan rahasia yang menyelubungi kejahatan ini. Sebuah pemeriksaan dilakukan oleh para pegawai Perusahaan Kereta Api Rock Island dengan detektif mereka. Yang kedua dilakukan sebuah harian besar di Chicago, Daily News. Sedangkan yang ketiga dilakukan oleh petugas-petugas Pinkerton untuk kepentingan Jawatan Pos Paket Amerika.
Pinkerton tetap berpendapat bahwa yang melakukan kejahatan adalah pegawai-pegawai jawatan kereta api. Tentu saja jawatan tadi tidak senang menerima tuduhan demikian. Semuanya ini ditambah dengan sebuah kejadian, yang makin meragukan teori Pinkerton. Pimpinan jawatan kereta api mendapat sepucuk surat dari seorang tahanan di penjara di Michigan City, bernama Plunkett. Ia menyatakan dapat memberikan keterangan-keterangan penting untuk memecahkan persoalan perampokan.
St. John, direktur jawatan kereta api pergi sendiri ke penjara untuk mendengarkan keterangan Plunkett. Si tahanan menyatakan bahwa ia mengenal orang-orang yang telah melakukan perampokan dan membunuh Nichols. Ia pun bersedia menyebutkan nama-nama, asal pimpinan jawatan kereta api menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan dia. Pimpinan menjanjikan hal itu, asal apa yang diceritakannya benar.
Kemudian Plunkett menceritakan tentang sebuah rencana yang telah dibuat kira-kira setahun yang lalu. Saat itu ia masih “bekerja” dengan sekelompok pencopet di pekan raya. Ia bersama-sama dengan “Butch” McCoy, James Connor “palu kuning”, dan seorang lelaki lain bernama “Jeff”. Ketiganya merencanakan perampokan kereta api. Tempat dan caranya yang direncanakan sama persis dengan perampokan yang baru terjadi itu.
Ceritanya kedengaran masuk akal dan direktur jawatan kereta api pun cenderung untuk percaya. Juga Melville E. Stone, pemilik Daily News, percaya akan cerita Plunkett. Karena itu para detektif jawatan kereta api yang bekerja sama dengan para detektif surat kabar, diperintahkan untuk meneliti jejak baru. Pertama-tama mereka mencoba untuk menemukan “Butch” McCoy, pemimpin kelompok. Butch adalah seorang pencopet dan pencuri yang beroperasi di seluruh Amerika.
Tadinya mereka bekerja sama dengan petugas-petugas polisi di berbagai kota, tetapi tidak berhasil. Akhirnya Stone memutuskan untuk berbuat seeuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pemilik surat kabar. Ia mencari McCoy dan teman-teman secara pribadi.
Ditemani oleh Frank Murray, salah seorang detektif yang paling baik di Chicago dan beberapa detektif lainnya, Stone pergi ke Galesburg. Di tempat itu, kelompok penjahat tadi katanya mempunyai markas besar. Namun mereka tidak menemukan orang-orang yang dicari. Tapi mereka mendengar bahwa “Thatch” Grady, penjahat ulung yang bersahabat dengan “Butch” McCoy, berada di Omaha. Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke Omaha. Sesampainya di sana, mereka diberi tahu bahwa Grady pergi ke St. Louis.
Jadi Stone dan para detektif ke St. Louis. Di situ mereka tinggal beberapa hari dan rajin mengadakan penyelidikan. Mereka pertama meminta keterangan pada polisi setempat soal restoran biasa didatangi oleh para penjahat. Stone dan para detektif duduk-duduk lama di restoran-restoran tersebut. Mereka mempelajari tamu-tamu yang menjadi pelanggan restoran dan dengan cerdik mengalihkan percakapan mengenai orang yang dicari.
Tidak benar bahwa para detektif sewaktu mengadakan penelitian, berpakaian lain daripada orang biasa. Selama 25 tahun berkarier, Frank Murray tidak pernah berbuat demikian. Malah para detektif bersikap dan mengikuti kebiasaan orang-orang yang mereka temui. Detektif mencoba meyakinkan bahwa mereka itu sama sekali tidak mempunyai maksud apa-apa.
Segera sesudah Stone dan para pembantunya tidak dicurigai, mereka berhasil mendapatkan keterangan tentang McCoy dan teman-temannya. Tidak banyak tapi bisa berguna. Mengikuti berbagai jejak, para detektif pergi dari sebuah kota ke kota lain. Meski mendapatkan beragam informasi, mereka tidak berhasil menemukan orang yang dicari.
Pencarian telah berlangsung selama 6 minggu tanpa hasil dan telah menghabiskan uang tidak sedikit. Mereka belum juga mendapat keterangan pasti di mana orang-orang yang dicari itu berada. Para detektif itu pun mulai putus asa.
Di New Orleans mereka mendapat kabar dari Pinkerton bahwa “Butch” McCoy telah kembali ke Galesbur. Itu adalah tempat di mana mereka mencarinya pertama kali. Tergesa-gesa mereka ke sana. McCoy ditemukan di sebuah tempat hiburan.
Tiga detektif menangkapnya dengan revolver yang siap untuk ditembakkan. Si penjahat membuat percobaan untuk melarikan diri, tetapi tidak berhasil.
Jawatan kereta api dan Daily News percaya jika misteri perampokan dan pembunuhan itu bisa terungkap bila penjahatnya ditangkap. Namun McCoy dapat membuktikan bahwa ia baru meninggalkan New Orleans dalam perjalanan ke utara pada Sabtu malam sebelum pembunuhan. Ia semalam suntuk berada dalam kereta api Illinois. Sedangkan Connor “palu kuning” berada di penjara saat kejadian. Dan orang ketiga, Jeff, sudah meninggal. Dengan demikian, seluruh cerita Plunkett tidak terbukti.
Namun, orang yang memakai tiket gratis itu secara kebetulan ditemukan oleh Jack Mullins, seorang tukang rem kereta api ke Danforth.
Penumpang yang sudah lama dicari itu adalah agen iklan yang bekerja untuk koran Melville E. Stone. Stone dengan senang hati akan memberikan 1.000 dolar, jika ia mengetahui apa yang diketahui pegawainya itu. Sebab lelaki ini melihat, bahwa masinis lokomotif membawa tas, tanpa mengerti apa isi atau tujuannya. Pinkerton tidak mau mengatakan padanya. Sebab sedikit kebocoran saja ke orang-orang Daily News tentu akan digembar-gemborkan oleh surat kabar. Dan dengan demikian akan menarik perhatian para pembunuh. Baru waktu Pinkerton melihat orang itu aman duduk kembali di kereta api, ia merasa lega. Beberapa bulan sesudah itu Stone diberi tahu, bahwa ia hampir saja bisa mengungkapkan sesuatu yang akan meningkatkan martabatnya sebagai seorang wartawan ulung di kota. Nama baiknya akan tersebar di seluruh negeri!
Apa yang diterangkan oleh pemilik tiket gratis menimbulkan anggapan bahwa tas dibawa ke dalam kereta api oleh seorang penumpang. Tetapi tas ada di kereta api. Bagaimana ia bisa sampai ke situ? Selama pemeriksaan, dua orang penumpang menyatakan bahwa mereka telah melihat Schwartz masuk ke dalam toilet selama perjalanan. Juga penjaga rem Mullins masuk ke situ sebanyak dua kali pada malam hari. Ia mengatakan, waktu ia masuk pertama kali tas tidak ada, akan tetapi waktu masuk kedua kalinya tas memang ada di situ. Saksi-saksi lain dalam gerbong yang sama menyatakan dengan tegas, bahwa orang yang masuk sebelum Mullins menemukan tas, adalah Schwartz. Dengan demikian, maka rantai demi rantai terikat dalam pembuktian. Pinkerton menyuruh menjemput penjaga rem Harry Schwartz.
la berbincang-bincang santai dengan penjaga rem dan kemudian menanyakan hal ihwal temannya Watt. Schwartz mengatakan bahwa Watt seorang lelaki yang baik. Ia hanya menceritakan yang bai-baik saja. Sejenak Pinkerton tampak ragu-ragu, tetapi kemudian ia bertanya:
“Apakah saya dapat mempercayai Anda, Schwartz?”
“Tentu saja!”
“Ya, terus terang saja si Watt ini agak saya curigai. Coba saja pikir cerita tentang tangan memegang revolver yang katanya ia lihat di atas kepala. Saya tidak mau berlaku tidak bijaksana, tetapi ia harus diawasi. Kini saya berpikir, apakah Anda menghabiskan banyak waktu dengannya? Juga mengawasi apakah ia bergaul dengan orang-orang asing, atau mengeluarkan banyak uang. Semuanya yang Anda perhatikan, tolong beritahukan pada saya. Maukah Anda?”
Schwartz mau dengan syarat bahwa pimpinan jawatan kereta api memberinya cuti. Sebab ia selalu dinas dan dengan demikian tidak bisa sering menghabiskan waktu dengan Watt. Tetapi pada hari berikutnya, ia sudah melaporkan bahwa Watt telah berjumpa dengan seorang lelaki yang memakai topi besar dan rambut merahnya tidak disisir. Secara keseluruhan, orang itu tampak seperti penjahat yang mondar-mandir di perbatasan. Schwartz ikut mendengarkan percakapan Watt dengan orang asing ini di sebuah tempat hiburan di Cottage Grove Avenue. Ia mendengar bagaimana orang asing tadi menceritakan detail pembunuhan dan tampaknya sangat mengetahui kejadian tersebut. Tampaknya Schwartz telah menyimpulkan bahwa sekelompok penjahat dari Amerika Barat yang menjalankan pembunuhan itu. Lelaki yang ikut didengarkan percakapannya adalah anggota kelompok itu.
Pinkerton mendengarkan semua itu dengan perhatian besar. Akan tetapi tidak sebesar yang diharapkan Schwartz. Topi besar dan rambut merah dalam cerita Schwartz tidak disukai Pinkerton. Ahli kriminal yang berpengalaman segera mengetahui bahwa orang-orang semacam itu hanyalah ada di khayalan saksi. Selain itu, dua orangnya telah mengikuti penjaga rem itu ke mana saja. Mereka membuat laporan yang membuktikan bahwa pertemuan yang diceritakan Schwartz itu sama sekali tidak terjadi. Penjahat yang berambut merah itu tentunya hanya khayalan belaka.
Meskipun demikian, Pinkerton menyatakan bahwa ia sangat puas dan menyarankan agar penjaga rem melanjutkan pengamatannya terhadap Watt dan si rambut merah. Schwartz terus memberi informasi yang tidak benar. Akhirnya ia masuk bekerja kembali, tanpa mengetahui akan kecurigaan terhadapnya.
Para detektif yang masih mengikuti Schwartz melaporkan bahwa ada hubungan erat antara Schwartz dan Watt. Seorang detektif yang lincah, Frank Jones, ditugaskan untuk mendapatkan kepercayaan kedua orang tadi. Jones mendapat “tugas” sebagai penjaga rem antara Des Moines dan Davenport. Diatur sedemikian rupa, sehingga jika ia datang dari barat dapat beristirahat pada hari-hari yang sama di Davenport dengan Schwartz dan Watt sesudah mereka datang dari timur.
Jones memainkan perannya dengan sangat baik dan segera dipercayai keduanya. la makan di restoran yang sama dan tidur di kamar yang terletak di sebelah kamar tidur mereka. Akhirnya keduanya sangat menyukainya sehingga menyarankan agar Jones meminta dipindahkan untuk bertugas di jalur antara Davenport dan Chicago. Hal ini terjadi dan kemudian ketiganya selalu bersama-sama. Ya, malah Frank Jones makan dan tidur di tempat Harry Schwartz.
Pada waktu-waktu itu Schwartz menyatakan jika ia ingin berhenti kerja di jawatan kereta api dan pindah ke Kansas atau ke Amerika Barat. Maka diputuskan bahwa Jones menemani dia dan istrinya ke Amerika Barat yang jauh.
Lalu Schwartz meminta cuti pada jawatan kereta api dengan keterangan bahwa ia ingin mengunjungi kerabatnya di Philadelphia.
Pinkerton, yang diberitahukan oleh Jones, menggunakan pengaruhnya agar permintaan cuti itu dikabulkan. Waktu Schwartz pergi ke arah timur, ia tidak sendiri. Setiap gerakannya diamat-amati dan dilaporkan. Selama ia berada di New York, Philadelphia, dan beberapa kota di sebelah timur Amerika, ia di buntuti siang dan malam.
Jika Pinkerton tidak mempunyai kantor-kantor di seluruh Amerika Serikat, tentu saja membuntuti seseorang ke mana-mana itu tidak mungkin. Misalnya saja Schwartz beberapa hari di kota Buffalo. Apa yang dikerjakannya di sana dilaporkan, sampai ia membeli karcis kereta api ke Philadelphia. Waktu ia masuk kereta api, maka “buntut” baru naik juga, mengambil tempat di gerbong yang sama. Ia makan pada waktu-waktu yang sama dengan Schwartz, apakah itu di gerbong restorasi ataupun di restoran di stasiun. Baru saja kereta api meninggalkan Buffalo, waktu seorang petugas Pinkerton telah mengirim telegram rahasia ke Philadelphia yang dituju Schwartz.
Telegram dengan kata-kata rahasia itu berbunyi:
R.J. Linden
44 Chestnut Street Philadelphia P.A.
Sepatu menyerap Cokelat, orang berbeda warna turun delapan Toelpel, besarnya lima puluh, berbeda warna. Barang diteruskan atau Derby Rock kapal sangat cokelat. Yang merusakkan ini telah memakainya dan pita tinta debu dipusatkan hari Selasa digunakan untuk beras, topi, kertas. Rompi kuning, tinta datang harus ada perhiasan besok di stasiun.
- Robertson
Dengan perantaraan telegram itu, para detektif selalu mengirimkan kabar-kabar mengenai penjahat-penjahat dari satu kota ke kota lain, mereka tidak khawatir jika kabar akan bocor.
Dalam hal Schwartz, hasil membuntuti itu menentukan. Oleh karena itu selalu dilepaskan tiga atau empat “buntut” untuk mengikutinya. Untungnya bekerja seperti ini adalah yang seorang dapat mengganti yang lain sehingga dapat menghindari kecurigaan. Seorang penjahat yang lihai, mungkin dapat lepas dari seorang pembuntut. Namun ia tidak lebih lihai dari beberapa pembuntut. Jika seorang pembuntut datang dengan yang dibuntuti di sebuah kota yang lain, maka ia akan mengetahui siapa yang akan menggantikannya. Pembuntut yang baru akan memberi tanda seperti yang sudah disepakati.
Baru saja Schwartz meninggalkan Chicago, ia mulai mengeluarkan uang yang jauh melebihi penghasilannya. Ia membeli setelan pakaian yang mahal-mahal, perhiasan, dan hadiah-hadiah untuk istrinya. Schwartz mulai mengumpulkan senjata-senjata api yang mahal dari berbagai jenis. Mereka yang membuntutinya menemukan bahwa ia membayar apa yang dibelinya dengan uang kertas 50 atau 100 dolar. Para detektif meneliti uang-uang kertas ini di tempat penjual-penjual yang menerimanya dan mencoba untuk mendapatkannya. Sebab uang yang dirampok memang terdiri dari uang kertas 50 dan 100.
Penelitian yang dilakukan para detektif di Philadelphia menyatakan bahwa Harry Schwartz anak seorang pedagang daging yang kaya. Ayahnya itu seorang yang terhormat di masyarakat. Tetapi anak lelakinya telah meninggalkan istri dan anak di Philadelphia untuk menikah lagi di Chicago. Ini merupakan alasan yang baik untuk menangkapnya. Tidak dikatakan bahwa ia masih juga dituduh melakukan kejahatan yang lebih berat. Istri dan anaknya dibawa dari Philadelphia ke Chicago, Schwartz ditangkap dan dituduh melakukan poligami.
Pinkerton mengunjungi Schwartz di penjara. Agar Schwartz tidak curiga, ia mengatakan bahwa ini terjadi bukan karena dia. Namun karena prasarana detektif-detektif Smith dan Murray yang diketahui Schwartz bekerja untuk jawatan kereta api dan Daily News. Pinkerton menceritakan bahwa ia masih saja percaya bahwa Watt-lah yang bersalah. Ia menjelaskan bahwa ia berjanji untuk mengerjakan apa yang mungkin, agar dapat membantu Schwartz.
Schwartz tidak curiga dan menyatakan bahwa seorang pembela akan datang dari Philadelphia dan akan membelanya. Pengacara itu memang datang beberapa hari kemudian. la membayar uang jaminan 2.000 dolar dan Schwartz dikeluarkan dari tahanan. Akan tetapi tuduhan terhadapnya semakin kuat. Maka pihak berwajib menganggap perlu untuk tidak membebaskannya. Schwartz pun tinggal di penjara, ditahan atas tuduhan membunuh.
Apakah karena ia sudah lama mempunyai kesempatan untuk bersiap sedia ataukah seorang yang bermental kuat, tuduhan ini tidak mengguncangnya. Ia tidak tampak ia bingung.
Dengan tenang ia masuk kembali ke penjara. Ia hanya menginginkan pertemuan sesegera mungkin dengan istrinya.
Sebetulnya kini Pinkerton telah memiliki bukti yang cukup di tangan untuk menuduh Schwartz. Namun ia belum mempunyai bukti yang menyangkut Newton Watt, yang juga diduga ikut terlibat.
Terus terang saja Pinkerton sudah dari semula sangat ramah terhadap istri Schwartz yang kedua. Karena itu, ia dapat mengharapkan bantuannya pada saat yang tepat. Dengan si nyonya, ia pergi ke Morris dan pada hari berikutnya kembali ke Chicago. Dengan demikian ia dapat mencegah wanita tersebut mendapat nasihat-nasihat dari pengacara suaminya yang melakukan perjalanan untuk mencegah Pinkerton bertemu Nyonya Schwartz.
Sementara itu Nyonya Schwartz menganggap Pinkerton lebih sebagai seorang pelindung daripada seorang lawan. Pinkerton mencoba untuk mengorek keterangan yang memberatkan darinya. Ia menyatakan bahwa memang tuduhan terhadap suaminya itu cukup berat, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kesalahannya dengan tepat. Ia bercerita tentang uang kertas yang dimiliki suaminya, kertas sobekan yang ada di dalam tas, bekas cakaran yang ada di tangan suaminya, dan juga dari berita-berita yang bohong. Semuanya ini, begitu kata Pinkerton, membuktikan bahwa Schwartz mempunyai hubungan dengan perampokan. Namun menurutnya, Watt-lah pelaku utama, sedangkan Schwartz hanya membantunya.
la membujuk Nyonya Schwartz, demi keselamatan suaminya, untuk memberi keterangan yang benar. Ia memintanya agar percaya bahwa keterangan benar itu akan dipergunakan uncuk kepentingan suaminya.
Nyonya Schwartz mendengarkan semua itu. la mencoba dengan berbagai cara untuk mengelak memberi jawaban atas pertanyaan utama. Akhirnya ia menyatakan bahwa suaminya, saat kembali dari Chicago dengan kereta api yang dikemudikan Danforth, menemukan sebuah bungkusan di bawah kursinya. Bungkusan itu yang berisi 5.000 dolar, sebagian dari uang rampokan. Uang ini telah diambilnya dan dipakainya untuk keperluan pribadi. Itulah semuanya yang dikerjakan Schwartz. Nyonya Schwartz tidak mengubah keterangan ini dan tidak mau mengaku yang lainnya.
Akhirnya Pinkerton berkesimpulan bahwa ia tidak dapat lagi mengorek sesuatu dari Nyonya Schwartz. Ia menemani wanita itu ke penjara di mana ia bisa berjumpa dengan suaminya. Perkataan-perkataan pertama yang dikatakannya pada Schwartz adalah, “Harry, saya telah menceritakan kepada Tuan Pinkerton apa yang sebenamya telah terjadi. Saya kira itu yang terbaik, sebab ia itu temanmu. Saya telah menceritakan bahwa kamu telah menemukan 5.000 dolar itu di bawah kursimu. Dan bahwa itulah semua yang telah kau kerjakan.”
Untuk pertama kali Schwartz kebingungan. Tetapi ia masih menahan diri dan hanya mengaku bahwa yang dikatakan istrinya ada yang benar. Namun ia tidak bersedia untuk mengungkapkan detailnya. Schwartz tampak kebingungan dan meminta agar dia diperbolehkan berbicara berdua dengan istrinya.
Pinkerton sudah mengharapkan hal itu dan sudah berjaga-jaga. Ia sudah mengerti bahwa pernyataan istrinya yang tidak terduga mengguncangkan Schwartz. Maka Pinkerton berharap bahwa hal tadi menyebabkan Schwartz akan mengakui hal-hal yang sebenarnya. Oleh karena itu sangat penting bahwa percakapan ikut didengarkan oleh saksi-saksi yang dapat dipercaya. Untuk tujuan itu, ruangan memang sudah diatur sehingga semuanya dapat didengar oleh saksi-saksi, tanpa diketahui yang berkepentingan.
Sherif setempat, seorang pengusaha yang terpandang, dan seorang bankir, sudah menunggu di tempat persembunyian masing-masing untuk mendengar apa yang akan terjadi. Segera sesudah pintu tertutup di belakang Pinkerton, dan suami istri itu berdua saja, Schwartz berkata,
“Apa yang telah kamu perbuat? Engkau telah mencekik Watt dan saya!”
“Ah, Harry, saya ‘kan harus menceritakan sesuatu. Ia telah mengetahui terlalu banyak. Kamu dapat mempercayainya.”
“Sebenarnya lebih baik, kamu jangan mempercayai siapa pun.”
Sementara itu Schwartz berjalan ke sana kemari dengan bingung sedangkan istrinya dengan sia-sia mencoba menenangkannya. Jika ia memegang suaminya dengan mesra, Schwartz menolaknya dengan kasar dan mengumpat keras-keras.
Tiba-tiba terlontar dari mulutnya, “Apa yang telah kamu perbuat dengan rok itu?”
“Rok yang mana?” tanya istrinya.
“Rok yang sebagian kaubuat topeng!”
“Oh, beres. Ada di gudang di bawah tumpukan kayu.”
Mereka masih berbicara 1 jam lamanya, acap kali membicarakan tentang perampokan dan pembunuhan tersebut. Percakapan itu memberikan cukup bukti,untuk menentukan keterlibatan Schwartz dan Watt.
Sementara itu Watt telah ditangkap di Chicago, juga karena dituduh membunuh. Dalam beberapa pemeriksaan, Watt seakan-akan mau jatuh pingsan dan mengaku. Namun setiap kali sadar kembali, ia tidak mengakui hal-hal yang memberatkan. Meskipun demikian, bukti-bukti yang telah dikeluarkan Schwartz selama percakapan di penjara, bersama semua bukti yang lain, yang lambat laun sudah terkumpul, sudah cukup untuk menahan kedua lelaki itu.
Mereka dihukum penjara seumur hidup. Sebenarnya mereka tentu dihukum mati. Namun salah satu juri, yang bukan penganut hukuman mati, menyatakan keberatannya.
Kira-kira setahun sesudah perkara, Nyonya Schwartz meninggal. Sewaktu sekarat ia membuat pengakuan menyeluruh. Ia mengatakan bahwa khayalan suaminya itu dipengaruhi oleh berita-berita acara polisi dan cerita-cerita kriminal. Ia menyangka bahwa gampang saja untuk menakut-nakuti seorang lemah seperti Nichols dan melarikan diri dengan uang, tanpa mencederainya. Akan tetapi Nichols malah melawan bagaikan singa dan memaksa Schwartz untuk melakukan pembunuhan. Pasalnya, selama perlawanan itu Nichols berhasil menarik topeng yang dipakai Schwartz. Topeng itu dibuat istrinya dari rok tua.
Watt menembakkan revolver pada korban, sedangkan Schwartz memukul dengan besi pembesar api. Kemudian Schwartz memberikan 5.000 dolar pada Watt dan sisanya diambil untuk dirinya. Uang itu dibawa di dalam tas sekolah tua yang khusus dibeli untuk tujuan ini. Sebagai tempat menyembunyikan uang, ia memilih suatu tempat yang istimewa, yang tadinya benar-benar tidak disangka oleh para detektif. Padahal sewaktu mengadakan pemeriksaan, mereka telah berkali memegang-megangnya.
Schwartz telah mengosongkan patron-patron peluru yang dibelinya untuk senapannya dan di dalamnya dimasukkan uang kertas 50 atau 100 dolar. Kemudian peluru diisi kembali, sehingga patron-patron peluru yang terletak di laci lemari seperti biasa saja nampaknya.
Dengan demikian, 13.000 dolar tersimpan di dalam peluru-peluru untuk beberapa lama. Uang itu kemudian hilang. Soalnya waktu Harry Schwartz sedang di dalam tahanan, datanglah seorang pengacara terkenal dari Philadelphia menemui Nyonya Schwartz. Ia menyampaikan permintaan suaminya agar memberikan uang itu padanya. Nyonya Schwartz menyangka bahwa uang itu diperlukan untuk membayar perkara dan untuk pengacara-pengacara lain yang bekerja untuk pengacara terkenal tadi. Ia pun memberikan uangnya. Untuk selanjutnya, ia tidak pernah melihat uang itu kembali.
Inspektur Polisi Robertson masih sering menceritakan kemarahan wanita itu yang dalam sakratul maut menceritakan apa yang terjadi. Pengakuan itu cukup memberatkan seorang lelaki, seorang yang membela kebenaran, dan yang termasuk golongan terpandang. Wanita tersebut sakit keras, suhu tubuhnya tinggi, dan ia mengetahui bahwa ajalnya dekat. Meskipun demikian, mukanya merah karena marah dan matanya penuh rasa benci waktu ia menerangkan bahwa tidak sedolar pun telah dikembalikan kepadanya ataupun dipakai untuk membayar biaya perkara.
Begitu pula jawatan kereta api atau bank yang merupakan pemilik uang, tidak pernah mendapat satu sen juga.
(Cleveland Moffet)
Baca Juga: Pembunuhan Waktu Dini Hari
" ["url"]=> string(84) "https://plus.intisari.grid.id/read/553760974/perampokan-kereta-api-cepat-rock-island" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1683802880000) } } }