array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3753277"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/05/26/siapakah-pembunuh-petani-kaya-it-20230526103137.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(131) "Seorang petani kaya tewas mengenaskan di rumahnya saat beristirahat. Saksi mata mengungkapkan ciri-ciri pembunuh sekaligus pencuri."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/05/26/siapakah-pembunuh-petani-kaya-it-20230526103137.jpg"
      ["title"]=>
      string(33) "Siapakah Pembunuh Petani Kaya Itu"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-05-26 10:31:46"
      ["content"]=>
      string(30284) "

Intisari Plus - Seorang petani kaya tewas mengenaskan di rumahnya saat beristirahat. Saksi mata mengungkapkan ciri-ciri pembunuh sekaligus pencuri. Namun begitu tertuduh ditangkap, ia mengaku tidak membunuh si petani.

---------------

Agak jauh dari sebuah desa, di Hutan Thueringen ada sebuah rumah yang sepi. Pemilik rumah, seorang petani yang kaya, hidup bersama istri dan pembantunya di rumah yang terpelihara dengan baik.

Selain seorang miskin yang hidup dengan keluarganya di dekat jalan kecil yang memisahkan gubuknya dari rumah petani tadi, tidak ada tetangga seorang pun di dekat situ. Anak gadis si miskin sering datang ke rumah petani untuk membantu-bantu dengan upah kecil. la mempunyai kunci pintu belakang, sehingga setiap kali dapat masuk, meski tidak ada orang di rumah. Tugasnya antara lain harus menutup meja untuk makan malam.

Jika si petani kaya sedang berada di ladang dengan istri dan pembantunya, ia tidak khawatir, sebab rumahnya dijaga dengan baik. Tidak saja si gadis itu di rumah, tetapi ia juga mempunyai seekor anjing yang galak. Si anjing akan menggigit atau menggonggong jika ada orang yang mendekat. Jika orang yang mendekat itu dikenalnya, anjing segera akan berhenti menggonggong, jika tidak maka binatang itu akan terus menggonggong sampai orang yang mendekat itu pergi lagi ataupun si gadis datang melihat.

Pada suatu hari mendung di masa panen, petani sedang berada di ladang dengan istri dan pembantunya. Sejam sebelum hari gelap, petani yang sudah beberapa hari tidak merasa enak badan pulang ke rumah. Istri dan pembantunya tinggal di ladang untuk meneruskan pekerjaan selama hari belum gelap betul.

Sampai di rumah, petani seperti biasa meninggalkan kunci tergantung di sebelah dalam sesudah ia membuka pintu rumah yang terkunci. Ia mengambil selimut untuk menghangatkan diri dan sambil menutup kakinya ia tidur-tiduran di kursi panjang di kamar duduk. Mungkin ia segera tertidur.

Si gadis kecil di dalam gubuknya di dekat jalanan, tidak mengetahui bahwa petani datang lebih pagi. Akan tetapi ia telah mendengar anjing menggonggong, tidak lama sebelum hari menjadi gelap. Anjing menggonggong dengan keras. Waktu tidak lama kemudian anjing berhenti, ia menyangka bahwa hanya ada seseorang yang lewat saja, jadi ia tidak memperhatikan kejadian itu lagi.

Sebetulnya anjing menggonggong karena ia memberitahukan bahwa ada seorang yang tidak dikenal mendekat. Ia berhenti menggonggong karena dibunuh. Kemudian orang menemukan binatang itu tergeletak dan leher dipotong. Bahwa binatang yang kuat dan galak itu dapat dibunuh, bisa dijelaskan. Si pelaku telah memberikan sepotong daging beracun yang segera mematikannya atau membuatnya tidak berdaya. Mungkin sesudah itu lehernya dipotong.

Dari gudang, yang terletak di belakang rumah, penjahat mengambil tangga dan masuk rumah dari atas genteng. Dari tingkat atas rumah, ia turun tangga masuk rumah. Di dapur yang dilewatinya, ia mengambil kapak milik petani dan kemudian masuk kamar duduk di mana petani sedang tidur di kursi. Dengan pukulan yang hebat (tampak tidak ada pergulatan), ia memukul kepala lelaki yang sedang sakit itu. Di kursi, selimut, pakaian, dan di lantai, terlihat banyak darah. Sesudah itu ia telah membuka semua peti dan lemari dan merampok semua barang yang mudah dijual.

Selesai menguras barang, ia pergi lewat jalan yang sama. Di tingkat atas, ada beberapa potong daging asap yang tergantung. Ia mengambil daging babi dan menyembunyikannya di bawah mantel dan turun tangga. Waktu ia sedang turun di tangga kelima, ia melihat ke sekelilingnya dan tampak olehnya seorang gadis yang terbelalak terkejut memandangnya. Si pembunuh langsung meloncat dari tangga. Pada waktu itu si gadis melihat barang besar di bawah mantel - daging babi tadi - yang disembunyikan. Kemudian penjahat mendekati gadis, memandangnya dengan pandangan yang mengerikan dan lari tanpa berbuat apa-apa.

Gadis yang ketakutan itu jatuh tersungkur. Dengan mukanya ditekankan ke rumput ia tergeletak di situ. Waktu ia sudah ingat kembali, ia tidak berani masuk rumah. Akan tetapi mereka yang di ladang tidak lama kemudian pulang. Kepada mereka si gadis menceritakan bahwa ada orang yang turun dari genteng dan melarikan diri. Istri petani dan pembantu yang sudah dikejutkan melihat anjing mati, masuk ke dalam rumah, diikuti oleh si gadis yang gemetar. Apa yang mereka lihat di kamar duduk yang ditata dalam warna kuning, mengejutkan sekali. Sang petani dalam keadaan setengah duduk, telah terpeleset dari kursi dan nampak mempunyai luka dalam. Muka dan pakaian semua terkena darah. Kunci-kunci dirusak, laci-laci setengah ditarik. Kapak alat pemukul maut, tersandar di tembok dekat pintu.

Petugas keamanan dan polisi dari desa terdekat segera dipanggil. Mereka juga lekas sampai di tempat kejadian dan mulai mencari jejak si penjahat. Berpuluh orang ikut mencari.

Karena kesaksian si gadis, maka waktu kejahatan dapat ditentukan dengan tepat. Ia telah mendengar anjing menggonggong dan kira-kira setengah atau tiga perempat jam kemudian melihat si penjahat turun dari genteng melalui tangga. Ia juga dapat mengatakan bagaimana rupa orang itu. Sangat tinggi, dan kurus. Muka pucat tidak berjenggot. Ia memakai setelan warna hijau kumal yang agaknya kebesaran. Topi kegelap-gelapan dengan pinggiran lebar. Di lehernya ia memakai syal yang kebiru-biruan. Di bawah mantel sebelah kiri ia menyembunyikan barang yang besar. Sebagai ciri khas, gadis itu menyebut bahwa ia berjalan sambil menyeret kaki kiri. Ini ia perhatikan benar, waktu penjahat mendekatinya dan waktu ia lari lagi. Waktu diperiksa lebih lanjut, dipastikan bahwa dari tingkat atas rumah, hilang sepotong besar daging babi yang telah diasap.

Ciri-ciri ini segera saja diteruskan tetangga dari mulut ke mulut. Seorang penjual roti mengatakan bahwa ia telah menjual roti pada seseorang yang berciri sama waktu hari mulai gelap. Begitu pula seorang pemilik bar, mengatakan bahwa ada seorang yang rupanya demikian, meminta segelas anggur dan meminumnya di muka pintu tapi tidak masuk ke ruangan penjualan. Ia memang langsung merasa curiga melihat orang tadi, sebab ia mempunyai sesuatu di bawah mantel dan ia juga memperhatikan cara jalannya yang diseret.

Pencarian pembunuh tidak membawa hasil. Ketika malam tiba, polisi memberhentikan pencarian untuk sementara waktu.

Akan tetapi di pagi hari beberapa petani yang pergi ke ladang telah menemukan seseorang jalannya menyeret kaki, hati-hati melihat ke kanan-kiri di sebuah hutan kecil. Mereka menangkapnya dan dibawa ke polisi. Waktu ia dihadapkan kepada si gadis, maka gadis tadi mengenalnya kembali. Juga apa yang dikatakannya benar. Ia memakai topi yang berpinggiran lebar, pakaian yang kumal dan kebesaran, syal yang kebiru-biruan. Ia tidak memakai rompi. Rupa mukanya seperti orang yang kurang sehat, agak abu-abu kekuning-kuningan, jenggotnya mulai tumbuh dan ia menyeret kaki kiri.

Sementara itu seorang penjual daging dari desa kecil lain menyatakan, bahwa tidak pada hari kejahatan, akan tetapi sehari sebelumnya, pada waktu menjelang malam, seorang gelandangan telah membeli sisa-sisa daging untuk beberapa pfennig.

Kemudian orang tadi dihadapkan ke penjual roti, pemilik bar, dan penjual daging. Penjual roti dan pemilik bar segera saja mengenalnya kembali. Dialah orangnya yang mereka lihat malam sebelumnya. Tetapi penjual daging ragu-ragu. la mengatakan bahwa orang yang membeli sisa-sisa daging, nampak sebagai seorang yang sangat lapar. Lagi pula hari sudah gelap. la persis hendak menutup toko dan tidak menyalakan lampu lagi. la mengatakan, mungkin orangnya sama dengan yang dihadapkan kini dan ia juga ingat bahwa orang itu tidak berjenggot. Tetapi ia tidak memperhatikan bahwa orang itu menyeret kaki kalau berjalan. Memang, ia tidak memperhatikannya benar-benar dan si pembeli agaknya tergesa. Begitu mendapat daging, ia segera pergi.

Yang dituduh melakukan pembunuhan tidak mengaku. Ia mengatakan, bahwa ia pada hari sebelumnya, datang dari kota di dekatnya dan seharian mengemis di jalan raya. Ia tidak pernah berjumpa dengan keempat saksi dan sama sekali tidak mengenal mereka. Waktu hari mulai gelap, ia mencari tempat di hutan, dari mana orang melihatnya keluar, dan tidur di alam bebas. Pada waktu kejadian ia sedang tidak di situ. Apa yang telah terjadi pun, baru ia ketahui sesudah ditahan. Selanjutnya ia tidak mau mengatakan siapa dia. Waktu ia digeledah, tidak ditemukan sesuatu, tidak ada surat-surat keterangan, tetapi tidak ada pula yang mencurigakan. Pada lapisan dalam mantelnya ada noda-noda lemak yang baru, yang tidak dapat diterangkannya. Tetapi tidak diketemukan noda-noda darah pada pakaian dan sepatu botnya yang kasar.

Akan tetapi waktu hutan kecil diteliti lebih lanjut, orang menemukan suatu tempat yang tanahnya agaknya baru digali dan ditutup kembali. Tanah digali dan diketemukan daging babi asap yang dibungkus dalam rompi si penjahat. Daging sudah diambil sepotong besar. Meskipun ada bukti yang nyata ini ia tetap tidak mengaku dan masih saja tidak mau mengatakan siapa dia sebenarnya.

Pembuktian identitas seseorang di masa itu adalah sesuatu yang sukar dan dilakukan dengan cara sederhana dan memakan waktu. Minggu dan bulan berlalu, akhirnya diketahui siapa orang ini. Ia ternyata bernama Christian B., seorang penjahat ulung yang kurang ajar. Laki-laki itu, meskipun belum berusia 40 tahun, sudah dihukum 12 tahun di penjara. Semua hukuman disebabkan perampokan, penyiksaan dan lain sebagainya. Hukuman yang terakhir, 5 tahun penjara, juga karena perampokan besar. Ketika itu ia memukul korban dengan kayu besar hingga luka berat di kepala. Baru 5 hari sebelumnya ia dikeluarkan dari penjara. 

Karena bukan pekerja yang rajin saat di dalam penjara, ia tidak mempunyai simpanan. Dengan uang beberapa mark, yang diberikan kepadanya waktu dibebaskan, ia pergi berkelana. Dapat dibuktikan bahwa di sana-sini ia telah menawarkan diri untuk kerja kasar. Namun ia tidak diterima di mana-mana karena ia tidak mempunyai surat-surat keterangan yang dapat ditunjukkannya. Dengan demikian ia pergi kian kemari, sambil menahan lapar dan melihat-lihat. Hingga suatu hari ia sampai di Thueringen, di mana ia ingin menemui kenalan lama dari penjara. Ia ingin membicarakan apa yang dapat dikerjakan.

Waktu diberitahu bahwa masa lalunya sudah diketahui, ia memutuskan untuk berhenti berdusta. Akan tetapi Christian B. hanya mengaku apa yang memang tidak dapat diingkari. Ia mengaku bahwa telah mencuri daging babi asap dari tingkat atas rumah si petani. Ia berbuat demikian karena lapar. Uang yang hanya sedikit sudah hampir habis. Waktu ia kebetulan lewat rumah petani, ia melihat sebuah tangga disandarkan ke lubang di genteng. Kelilingnya tenang, tidak ada seorang pun. Ia juga tidak mendengar anjing yang katanya bergonggong. Ia naik tangga, mengambil daging babi dan pergi. Ia juga mengaku, bahwa ia telah membeli sepotong roti di penjual roti dengan sisa uang dan juga segelas anggur. Itu yang benar-benar terjadi.

Percobaan berkali-kali untuk memaksa mengaku tidak berhasil. Ia tergolong penjahat kakap yang memang tidak pernah mengaku, kalau tidak dapat dibuktikan dengan benar. Jadi akhirnya ia hanya mengaku mencuri daging babi dan apa yang bersangkutan dengan pencurian itu, tidak lebih.

Tetapi sesudah diketahui siapa dia, maka hal itu tidak lama dapat dipertahankannya, karena apa yang telah terjadi, sudah terang sampai ke detail-detailnya.

Dengan tuduhan pembunuhan, si gelandangan dihadapkan ke hakim. 

Jaksa, seorang yang serius dan bertanggung jawab, membubuhkan fakta demi fakta hingga merupakan rantai kuat yang seakan-akan melilit leher tertuduh. Bahwa tertuduh melakukan perampokan dan pembunuhan, telah dibuktikan dengan keterangan si gadis. Ia telah melihat si pelaku turun tangga dari lubang di genteng dengan daging babi asap yang telah dicurinya, tidak lama sesudah kejadian. Bahwa keterangannya itu dapat dipercaya sudah terbukti dalam setiap fakta lain. Hanya karena penglihatan yang tajam dan kepandaian melukiskan orang, maka penangkapan perampok sekaligus pembunuh dapat dilakukan dengan segera. Daging babi asap yang dibungkus di dalam rompi, yang dikuburkan di hutan, yakni hasil perampokan yang nyata, melengkapkan pembuktian, jika masih dibutuhkan tambahan bukti pada pernyataan gadis yang dapat dipercaya itu.

Bahwa tidak ditemukan uang yang dirampok serta barang-barang berharga lain pada tertuduh, yang di waktu penangkapannya hanya mempunyai uang beberapa sen, tidak dianggap memberatkan. Seseorang yang mampu menanam daging babi asap, tentu dapat juga menanam uang dan emas. Sayang sekali bahwa hujan lebat yang terus-menerus, telah menghapuskan semua jejak, hingga pencarian barang-barang tadi tidak berhasil.

Juga dapat diterangkan, mengapa di pakaian tertuduh tidak ada noda-noda darah. Dari luka yang besar, begitu diterangkan Jaksa, darah telah dilokalisasi. Hanya pada mayat sendiri, pada kursi tempat duduk korban, pada selimut yang dilipat di atas kaki dan di lantai dekat kursi ada bekas darah. Selain daripada itu masih ditemukan noda darah pada besi kapak. Sedangkan pemeriksaan yang sangat teliti pada bagian pegangan dari kayu, tidak membuktikan adanya cipratan darah.

Menurut Jaksa, ini bukan kejadian pembunuhan kebetulan, tetapi pembunuhan dengan perencanaan dan pemikiran. Pembelian sisa daging, sehari sebelumnya, yang agaknya tidak ada maksud lain selain akan diberikan pada anjing petani yang galak. Menurut pemeriksaan kimiawi, daging itu telah dibubuhi racun keras. Hal ini menguatkan sangkaan, bahwa ini suatu perbuatan yang direncanakan dengan darah dingin. 

Dapur di mana Christian B. telah mengambil kapak, masih berada di dalam keadaan yang sama seperti pada hari sebelum kejadian. Tidak ada kursi atau bangku yang digeser. Jadi tidak mungkin bahwa si pelaku melarikan diri dalam keadaan sangat bingung dan mengambil alat apa saja seperti pada kejahatannya yang sebelumnya, yang mempergunakan alat berupa kayu yang besar. la malahan dengan perhitungan yang dingin, telah memilih alat pembunuhan dengan teliti. Hasil pemeriksaan jenazah telah membuktikan bahwa tidak terjadi perlawanan sebelumnya. Berarti si pembunuh telah masuk kamar duduk dengan kapak di tangan dan telah membunuh petani yang sedang tidur dan sakit dengan pukulan-pukulan keras yang tertuju. Perampokan dan pembunuhan yang kurang ajar dan keji, lain tidak. Dengan penuh keyakinan dan dengan suara yang terharu tapi bernada resmi, Jaksa meminta hukuman mati bagi tertuduh.

Pembela sukar menjalankan pekerjaannya. Juga padanya tertuduh diam jika ditanya. Perihal kesaksian bahwa ia turun tangga dengan daging babi asap, ia tetap menyatakan bahwa si gadis salah melihat. Ia sama sekali tidak berada di dekatnya. Ia juga mengatakan tidak pernah berada di tingkat bawah rumah. 

Pembela melukiskan kliennya sebagai seseorang yang sudah rusak sama sekali. Ia tidak akan meminta belas kasihan yang tidak pada tempatnya bagi orang ini. Akan tetapi Jaksa tidak berhasil membuktikan pembunuhan. Harus dipikirkan keadaan orang itu pada hari kejadian. Baru saja ia dibebaskan dari hukuman penjara yang lama. Ia boleh dikatakan tidak mempunyai uang waktu dibebaskan. Uang sedikit yang diberikan kepadanya dalam beberapa hari habis, tinggal sedikit. Ia tidak berhasil di mana-mana. Ia kian kemari di jalan raya, tidur di alam bebas, ia lapar. Bahwa pada seorang seperti tertuduh, datang pemikiran untuk mengambil apa yang diperlukannya untuk hidup dan yang kini tidak mungkin didapatnya dengan jalan jujur, dapat dimengerti. 

Akan tetapi sebagaimana pada perampokannya yang sebelumnya, ia juga tidak perlu merencanakan pembunuhan kali ini. Dapat dipercaya, bahwa ia hanya naik ke atas tangga untuk mencari makanan. Lalu karena ia melihat bahwa di rumah tenang, ia mungkin timbul pemikiran untuk mendapatkan lebih. Meskipun pernyataan tertuduh ia tidak pernah berada di ruangan-ruangan bawah merupakan sesuatu yang tidak wajar, akan tetapi bukankah ada kemungkinan bahwa sewaktu ia berada di ruangan-ruangan itu ia tiba-tiba berhadapan dengan petani? Apa yang kemudian terjadi, tidak diketahui pihak yang menuduh dan kami yang membela.

Bagaimana bisa dibuktikan bahwa ia telah mengambil kapak dari dapur dan membunuh korban yang sedang tidur? Bukankah dapat juga dibuat hipotesis, bahwa petani sendiri sudah mengambil kapak dan membawanya ke kamar untuk sesuatu maksud, bahwa ia terbangun oleh masuknya gelandangan, berteriak meminta tolong dan pingsan di kursi. Lalu kemudian tertuduh mengambil kapak dan tanpa pikir panjang dan karena khawatir akan keselamatannya lalu memukul dengan sekeras-kerasnya? 

Bukankah itu kemungkinan-kemungkinan yang patut diperhitungkan jika menyangkut nyawa orang? Selain itu, banyak hal yang belum dapat diterangkan. Tidak dapat dibuktikan, bahwa tertuduh yang telah membeli daging, membubuhi racun dan dengan itu membunuh anjing yang galak. Sebab selain daging babi asap, tidak ditemukan uang tunai yang banyak ataupun apa-apa yang berharga padanya, meskipun katanya hasil rampokan lumayan juga. Di antara yang dicuri, katanya ada sebuah karung dengan mata uang perak besar dan kecil. 

Bahwa seorang penjahat yang sudah lihai dapat menahan diri dan tidak mencoba menjual sedikit dari mata-mata uang itu, untuk dapat makan lagi, adalah mustahil. Jaksa tidak mengindahkan bahwa tidak ada darah sedikit pun pada pakaian dan badan yang tertuduh. Dan juga tidak dapat dimengerti, mengapa si pelaku tidak pergi melalui pintu ruangan bawah yang tidak terkunci, melainkan memilih jalan yang lebih sukar dan berbahaya melalui tangga. Pembela tidak mau menarik kesimpulan dari detail-detail tadi, bahwa pelaku sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembunuhan petani. Namun ia harus mengatakan bahwa bukti membunuh dengan maksud dan rencana yang diajukan oleh pihak penuduh, sama sekali tidak dapat dipertahankan. Pembela meminta dengan sangat pada juri agar tidak usah mempertimbangkan hal tadi.

Sesudah penuduhan yang berjalan lama dari pihak Jaksa dan pengkajian hukum dari pihak Hakim, maka sidang ditutup. Juri menarik diri untuk berunding. Sesudah berunding sebentar, maka keputusan diumumkan. Pertanyaan apakah tertuduh bersalah membunuh dijawab dengan ya dan tertuduh dihukum mati oleh pengadilan sesuai permintaan Jaksa. Hukuman mati kemudian diubah menjadi hukuman seumur hidup.

Waktu berlalu. Maka terjadilah di sebuah penjara jauh dari Thueringen, di Schlesien, suatu hal yang aneh. Seorang penjahat tua, terkenal dengan nama Schusterfriedel, yang sebagian besar hidupnya berada di dalam penjara, merasa bahwa ajalnya mendekat. Sesudah diakui oleh dokter penjara bahwa untuknya sudah tidak ada harapan lagi, ia ingin berjumpa dengan direktur atau inspektur penjara, karena ia akan memberikan keterangan yang penting. 

Permintaan itu segera dikabulkan. Direktur dan pastor duduk di tempat orang yang sekarat. Ia dengan kekuatan terakhir mencoba duduk dan mulai berbicara dengan terang meskipun dengan suara lemah.

“Saya tahu bahwa saya harus segera meninggalkan dunia fana ini. Maka saya ingin mengaku yang sebenarnya sudah lama ingin saya katakan. Tetapi saya tidak berani. Kini tidak ada yang saya takutkan lagi.

Sudah lama sekali di Thueringen dibunuh seorang petani. Kini saya mengaku, saya pembunuhnya. Akan tetapi orang lain yang ditangkap dan kini masih di dalam penjara, jika ia belum meninggal.

Waktu itu saya dalam keadaan buruk, seperti sudah selalu dalam hidupku. Saya tidak mempunyai rumah, tidak ada yang dimakan. Di dekat situ saya pernah diberi pekerjaan, tetapi diberi bayaran dan disuruh pergi. 2 hari saya kian kemari di situ dan mendengar bahwa di rumah yang sepi di jalan kecil, yang sudah menarik perhatian saya, berdiam seorang petani kaya, yang sudah tua. Jika ia sedang banyak kerja di ladang, maka rumah hanya dijaga oleh seekor anjing galak dan seorang gadis dari rumah tetangga. Gadis itu tidak saya takuti dan saya mengerti perihal anjing. Saya pernah meminta racun dari seorang teman lama di Waldheim. Ia bekerja di tempat obat-obatan. Hal semacam itu harus selalu dimiliki. Beberapa kali saya malahan ingin menggunakannya sendiri.

Pada suatu sore saya membeli sisa-sisa daging dari seorang penjual daging dan memasukkan racun di dalamnya. Nah, hari berikutnya saya mendekati rumah. Saya hanya mempunyai linggis tua, sebilah pisau, dan sepotong daging. Saya sangat hati-hati mendekati rumah. Akan tetapi anjing segera mencium saya. Saya mendengarnya menggonggong. Kemudian saya mendekatinya. Ia segera menggonggong dengan keras. Saya melemparkan daging ke moncongnya. Anjing terdiam dan memakannya. Ia hanya masih bergerak sedikit saja. Lalu tergeletak dan mati. Agar tidak ragu lagi, saya masih memotong lehernya.

Saya menyangka bahwa semua berada di ladang dan mengelilingi rumah. Pintu-pintu depan dan belakang ditutup. Di dalam gudang di belakang rumah saya menemukan tangga yang besar. Saya menyandarkannya ke rumah, membuka genteng dan masuk. Saya segera ke bawah. Saya harus melalui dapur. Di situ ada kapak. Dan oleh karena linggis saya sudah tua, saya membawa kapak itu. Saya tahu bahwa dengan alat itu saya akan lebih mudah mencuri.

Waktu saya perlahan-lahan membuka pintu kamar duduk, maka dengan terkejut saya melihat petani sedang tidur di kursi panjang. Sejenak saya masih ragu-ragu apakah saya akan berbalik saja atau tidak memedulikan petani itu. Akan tetapi saya sudah telanjur masuk. Saya melihat bufet dan peti kayu dan segera mengetahui: di situ akan ditemukan sesuatu! Saya berpikir si tua toh tidurnya nyenyak. Dan mungkin saya sudah dapat membuka satu tempat tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi waktu saya hendak memasukkan linggis, si tua bangun. Mungkin saya terlalu ribut. la seperti terpaku karena terkejut, hendak berdiri, tetapi terduduk kembali di kursi dan berteriak keras-keras.

Apa yang harus saya perbuat? Kapak saya pegang. Saya tidak berpikir panjang dan membuatnya diam. 

Kini saya tidak diganggu lagi. Saya masukkan linggis ke tempatnya dan dengan kapak mencungkil bufet dahulu kemudian yang lain. Saya mengambil apa yang dapat saya pakai. 

Waktu selesai mengerjakannya, saya pergi ke jendela untuk melihat apakah saya dapat mengundurkan diri dengan tidak terganggu. Lalu saya melihat bahwa ada orang lain naik tangga. Saya segera mengetahui apa yang diinginkannya. Tadinya saya ingin melarikan diri. Tetapi pintu terkunci! Kemudian saya berpikir-pikir apakah saya pergi saja lewat jendela. Tetapi kalau demikian saya harus merusakkan silang jendela dan itu tentu akan didengar orang yang baru naik, mungkin juga seorang tetangga atau yang sedang lewat.

Jadi saya memutuskan untuk sementara diam di tempat dan menunggu. Mungkin orang yang ada di atas itu dapat diajak bicara. Jika tidak harus dilawan saja. Waktu itu saya masih kuat dan tidak takut. Untuk berjaga-jaga saya mengambil lagi kapak tadi dan merapat ke dinding, dekat pintu. Saya mendengar dengan nyata bagaimana ia berjalan-jalan di atas. Tetapi tidak lama. Hanya beberapa menit saja. Lalu diam. Di tangga tidak ada suara.

Apakah orang itu sudah selesai? Saya melihat dari jendela. Dan betul juga, saya melihat bahwa ia turun tangga lagi. Perlahan-lahan dan hati-hati. Sebab ia mempunyai sesuatu di bawah mantel. Ia melihat kanan-kiri. Waktu ia hampir di bawah, ia berhenti, meloncat dan pergi lari. Saya tidak dapat mengamatinya lama-lama, sebab halaman dikelilingi oleh semak-semak di dekat jalan. Apakah ia mengambil jalan kecil atau lewat ladang, saya tidak mengetahuinya. Saya masih menunggu beberapa waktu. Tidak ada yang bergerak, saya tidak mendengar suara. Nah, kini waktunya. Saya ingin mencoba apakah saya dapat keluar dari bawah. Saya pergi ke ruang muka dan melihat bahwa kunci tergantung di pintu. Saya membuka pintu dan tenang-tenang pergi. 

Tidak jauh dari pagar saya melihat seorang gadis kecil berbaring. Ia tertelungkup dan tidak bergerak. Saya menyangka bahwa ia tidur. Kemudian saya ke arah lain dan berjalan sampai hari gelap. Antara jam 8 dan 9 malam saya sampai di sebuah desa. Di restoran saya makan malam. Si pemilik restoran membiarkan saya tidur di gudangnya.

Pagi berikutnya saya mencari keterangan di manakah ada stasiun terdekat. Dengan kereta api pertama saya pergi ke kota yang lebih besar yang letaknya kira-kira satu jam dengan kereta api dari desa tadi. Di kota ini saya membeli sepasang sepatu bot dan dari tukang loak yang lewat saya membeli jas. Kini rupa saya agak lumayan dan mulai mencari pekerjaan.

Dari majikan saya yang sebelumnya saya mendapat surat keterangan dan dengan surat itu saya untuk sementara mendapat kerja sebagai kuli harian, membantu panen. Tetapi saya selalu tidak tenang. Saya ingin mengetahui bagaimana akhirnya kejadian dengan petani yang dibunuh. Saya senang bahwa sesudah seminggu saya dilepas kerja. Saya meminta keterangan bahwa saya telah bekerja dengan baik dan pergi lagi. Saya harus mengetahui, bagaimana kesudahannya, di sana, di mana saya pernah singgah.

Malam harinya saya duduk di kedai desa di dekat situ. Dan saya mendengar apa yang diceritakan orang-orang. Mereka hanya membicarakan kejadian itu. Saya mendengarkan dan hati-hati ikut dalam pembicaraan. Oleh karena saya disangka seorang asing dan tidak mengetahui duduk perkara, mereka sekali lagi menceritakan dari permulaan. Seorang gadis telah melihat si pembunuh turun tangga dari genteng, ia telah melihatnya dengan begitu jelas, hingga ia dapat melukiskannya. Orang itu ditangkap dan apapun yang dikatakan tidak menolongnya, karena daging babi asap yang telah dicurinya dan telah dikuburnya, telah ditemukan.

Nah, pikirku. Kalau mereka sudah menangkapnya, maka saya tidak usah takut.

Pada pagi berikutnya saya tenang-tenang pergi dan oleh karena saya mempunyai cukup uang untuk hidup senang, saya pergi ke Berlin. Saya mengenal keadaan di situ dan mengetahui di mana teman-teman lama berada. Jika saja saya tahu diri, maka saya dapat hidup baik beberapa lama, akan tetapi saya tidak demikian. Dan teman-teman baik serta pemilik-pemilik penginapan yang jahat menipu saya. Dan saya pun kurang hati-hati. 

Saya ingin hidup dan mengeluarkan banyak uang untuk perempuan dan kenalan lama, sehingga tidak lama kemudian, semua habis. Nah, waktu sudah habis semua, apa yang harus saya kerjakan tidak usah saya ceritakan pada Anda lagi. Anda pun mengetahui, apa yang menyebabkan saya sampai di sini. Dan kini Anda juga mengetahui apa yang masih hendak saya katakan, untuk meringankan pikiran saya.” 

Pengakuan itu segera dituliskan oleh kedua saksi, masih dapat dibacakan kepada yang sekarat dan ditandatangani olehnya. Malam berikutnya ia meninggal.

Pengadilan tentunya sudah menimbang dengan baik, waktu mereka telah menghukum seorang pencuri daging babi asap yang malang sebagai seorang yang merampok dan membunuh. Mereka malahan memberi keringanan dan merubah hukuman mati ke dalam hukuman penjara seumur hidup!

Kini segera diadakan proses ulang dan orang yang tidak bersalah dibebaskan kembali. 

la telah menjadi korban bukti-bukti, salah satu dari banyak korban, yang pernah ada dan yang akan selalu ada lagi, sebab baik apa yang terlihat, maupun pemikiran logis tidak luput dari kesalahan.

(Paul Lindau

Baca Juga: Cinta Segitiga

 

" ["url"]=> string(78) "https://plus.intisari.grid.id/read/553753277/siapakah-pembunuh-petani-kaya-itu" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1685097106000) } } }