array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3304179"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(111) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/dukun-belanda-gagal_koolshoote-20220603015905.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(120) "Seorang gadis cantik dikabarkan tak pulang semalaman. Setelah lama mencari, ia ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(111) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/dukun-belanda-gagal_koolshoote-20220603015905.jpg"
      ["title"]=>
      string(21) "'Dukun' Belanda Gagal"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-03 13:59:44"
      ["content"]=>
      string(53017) "

Intisari Plus - Nanette, seorang gadis cantik dikabarkan tak pulang semalaman, membuat orang tuanya sibuk mengkhawatirkannya. Nahas, setelah lama mencari, ia ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan karena diculik dan dibunuh pria yang tak dikenal.

-------------------------

Nanette Langois, mahasiswa Eastern Michigan University di Ypsilanti, merasa risau. Teman kamarnya, Marilyn Pindar, tidak pulang semalam. Hari ini, Senin pagi, tanggal 10 Juli 1967. Marilyn juga tidak muncul di tempat kerja. Kedua mahasiswi itu bekerja paruh waktu di Field Service Office milik universitas. 

Nanette menelepon ke rumah keluarga Pindar yang jaraknya kira-kira 12 km dari apartemennya. la bertanya apakah Marilyn menginap di rumah. Ternyata tidak. 

Ny. Pindar cepat-cepat datang ke apartemen anaknya di 413 Washtenaw Avenue, dekat kampus EMU. Dilihatnya mobil Comet anaknya ada di tempat parkir. 

Dengan kunci cadangan ia masuk ke kamar Marilyn. Semuanya teratur. Diangkatnya telepon untuk menghubungi Nanette di Field Service Office untuk menanyakan pakaian apa yang dikenakan Marilyn hari Minggu sore. 

Menurut Nanette, Marilyn memakai rok terusan Longgar berwarna jingga berbintik-bintik putih. Ia memakai sepatu terbuka dari kulit yang haknya dari jerami. 

Di lemari Marilyn, pakaian dan sepatu itu memang tidak ada, tetapi tasnya ada, begitu pun dompetnya yang berisi SIM. 

Ny. Pindar menelepon suaminya yang sedang bekerja. Suami istri itu pun pergi ke kantor polisi melaporkan kehilangan anaknya, tetapi polisi menanggapinya dengan acuh tak acuh. Di kota mahasiswa seperti Ypsilanti yang 13.000 di antara penduduknya merupakan mahasiswa itu, jamak saja kalau ada satu dua orang yang tidak pulang ke rumah. Lagi pula Marilyn meninggalkan rumah belum sampai 24 jam. Mungkin besok lusa ia muncul dari rumah teman. 

Kedua orang tua Marilyn bersikeras bahwa putri mereka bukan jenis orang yang biasa pergi menginap tanpa permisi atau menelepon. Apalagi ia tidak membawa pakaian dan dompet. Pikir polisi: semua orang tua memang menganggap anaknya baik. 

Suami-istri Pindar tidak bisa berbuat lain daripada pulang ke rumah dengan rasa cemas. Marilyn Pindar gadis yang cerdas, sehingga mendapat beasiswa untuk belajar empat tahun di EMU. Ia pun pandai main piano, biola, organ, dan gitar. Gadis berumur 19 tahun itu bekerja paruh waktu di universitas supaya mendapat tambahan uang saku. 

Walaupun tubuhnya kecil, tetapi potongan badannya bagus. Wajahnya menarik, apalagi kalau tersenyum. Namun, ia tidak bisa dikatakan cantik atau merangsang. Kacamatanya memberi kesan ia kutu buku.

 

Main gitar di perahu

Ayah Marilyn seorang insinyur yang mempunyai kedudukan baik di pabrik perunggu di Flat Rock. Charles Pindar dan istrinya mempunyai tujuh orang anak, Marilyn nomor dua. Mereka tinggal di Willis, sebelah selatan Ypsilanti, pada sebuah rumah bertingkat dua yang luas. 

Keesokan harinya kasus Marilyn Pindar diserahkan kepada Letnan Detektif Vern Howard, yang sudah 17 tahun lamanya menjadi detektif. Ia mempunyai putri berumur 20 tahun, jadi ia menaruh simpati pada keluarga Pindar. 

Mula-mula ia mewawancarai teman sekamar Marilyn, beberapa teman yang lain, beberapa rekan sekerjanya di universitas, dan akhirnya para tetangga dekat Marilyn di Ypsilanti. 

Diketahui bahwa hari Minggu, 9 Juli, Marilyn bangun pagi-pagi untuk mandi. Ia berjalan dua blok ke Utara, ke Cross Street, dan masuk ke Gereja St. John yang baru saja memulai misa pukul 07.00. 

Selesai misa, ia berjalan ke arah barat menuju universitas. Ia singgah dulu di warung kopi untuk minum secangkir kopi. Marilyn tiba di Field Service Office pukul 08.00. Hari itu ia sibuk di kantor, sehingga tengah hari cuma mempunyai waktu sebentar untuk jajan. 

Lewat tengah hari, adik Marilyn, Sheila, menelepon. Ia memberi tahu bahwa ia dan sepupu mereka, Joanie serta teman Marilyn, Larry Busch, akan pergi ke Taman Hiburan Silver Lake. Kalau sore nanti Marilyn ada waktu harap menyusul ke sana. Marilyn berkata, ia ingin pergi, walaupun tidak akan ikut berenang karena sedang haid. 

Sore itu Marilyn tertahan oleh kemacetan lalu lintas, sehingga baru tiba di Silver Lake pukul 17.00. Satpam yang menjaga pintu masuk memberi tanda agar Marilyn meneruskan perjalanan, karena tidak ada lagi tempat parkir yang lowong. 

Marilyn meneruskan perjalanan ke Half Moon Lake, yang jaraknya kira-kira 8 km ke arah barat. Tempat itu biasanya tidak sepenuh Silver Lake. Pikir Marilyn, kalau Sheila dan yang lain tidak kebagian tempat di Silver Lake, mereka pasti akan ke tempat itu juga. 

Dengan menyandang gitar, Marilyn masuk ke Half Moon Lake. Ia keluyuran mencari adiknya di taman sekitar tepi danau itu. Kemudian ia bertanya kepada kenalannya, Leo Glover, yaitu petugas penolong orang yang tenggelam, kalau-kalau Glover melihat Sheila. Tapi Glover tidak melihatnya. 

Marilyn pun main gitar di sebuah perahu yang tertambat di tepi danau, tidak jauh dari panggung tempat Leo mengawasi orang berenang. Tidak lama kemudian anak-anak kecil mengerumuninya. Kira-kira pukul 18.30, anak-anak yang menonton mulai bubar. Akhirnya, Marilyn duduk sendirian. Ketika itu kira-kira pukul 18.45. 

Karena sudah tidak ada lagi orang berenang, Glover turun dari panggung untuk membenahi kursi. Dilihatnya Marilyn berjalan ke tempat parkir. 

Tidak diketahui apakah Marilyn berhenti di perjalanan antara Half Moon Lake dan apartemennya di Ypsilanti. Yang jelas, ia tiba di 413 Washtenaw Avenue pukul 20.00 lebih sedikit. 

Sheila, Joanie, dan Larry sepanjang sore menunggu Marilyn di Silver Lake. Mereka tidak tahu Silver Lake tertutup untuk pengunjung baru setelah pukul 15.00 lewat. Mereka pikir, Marilyn tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. 

Pulang dari Silver Lake mereka pergi ke apartemen Marilyn untuk sekadar menemuinya dan juga untuk mengambil buku yang ingin dihadiahkan oleh Marilyn kepada Joanie.

 

Mencari angin 

Di apartemen itu cuma ada Nanette Langois dan pacar nya, Tanzi. Marilyn ketika itu masih belum tiba dari Half Moon Lake. Sheila senang kepada Nanette, tetapi Tanzi hampir selalu berada di tempat itu dan bersikap seakan-akan berada di rumah sendiri. Sheila pernah diberi tahu oleh Marilyn bahwa Marilyn tidak betah di rumah kalau ada Tanzi. 

Setelah menunggu sepuluh menit, Sheila dan kawan-kawan permisi pulang kepada Nanette dan seperempat jam setelah Sheila dan kawan-kawannya meninggalkan apartemen itu Marilyn pulang. Tanzi masih di sana. Mula-mula Marilyn menyendiri di dapur, lalu melihat-lihat majalah. Karena merasa sumpek, ia berkata kepada Nanette bahwa ia akan keluar mencari angin. Ketika itu pukul 20.20. 

Pukul 20.45 polisi kampus EMU yang berpatroli di Cross Street melihat Marilyn berjalan sendirian menuju Hamilton Street. Polisi itu mengenali Marilyn bukan saja sebagai mahasiswi yang bekerja di universitas, tetapi juga karena ia pernah menolong gadis itu menghidupkan mobil di dalam kampus. 

Lima atau sepuluh menit kemudian, seorang pria yang sedang duduk-duduk di tangga rumahnya yang gelap di Hamilton Street (antara Emmet Street dan Washtenaw Avenue) melihat Marilyn lewat menuju Washtenaw. Ia kenal pada gadis tetangganya itu. Ia menduga Marilyn berjalan pulang menuju apartemennya. 

Tidak jauh dari rumahnya, sebuah mobil mendekati Marilyn dari arah muka. Mobil itu berjalan perlahan. Pengemudinya tampaknya orang muda, membuka kaca jendela, dan berbicara kepada Marilyn. Marilyn berhenti sebentar, lalu menggeleng, dan meneruskan perjalanan. Mobil itu melanjutkan perjalanannya. 

Tidak berapa lama kemudian pria tetangga Marilyn melihat mobil tersebut lewat di muka rumahnya lagi. Mobil itu menyusul Marilyn dan berhenti di atas tempat pejalan kaki, sehingga Marilyn tercegat. Tampaknya pengemudi itu mencoba mengajak Marilyn ikut. Marilyn menggeleng, berputar untuk melewati belakang mobil, dan berjalan terus. Mobil itu dengan bunyi mencicit beranjak dari tempat pejalan kaki, lalu kabur ke Selatan. 

Karena khawatir Marilyn diganggu, pria itu mengawasinya. Mobil itu di bawah cahaya temaram warnanya tampak biru keabu-abuan. Mungkin sebuah Chevrolet. Dilihatnya Marilyn tiba di sudut Washtenaw Avenue, lalu berbelok, sehingga tidak tampak lagi. Apartemen Marilyn terletak di ujung Washtenaw yang satu lagi. Sepanjang pengetahuan tetangga Marilyn itu mobil biru kelabu tersebut tidak kembali lagi.

 

Ada bangkai di semak 

Seminggu setelah Marilyn tidak pulang, orang tuanya beranggapan bahwa mereka tidak pernah akan melihat putrinya lagi. Mereka menyerah pada nasib. 

Hari-hari berlalu tanpa ada kemajuan dalam penyidikan. Beberapa barang milik Marilyn diperiksa di laboratorium kriminal untuk mengetahui kalau-kalau ada sidik jari atau hal lain yang bisa menjadi kunci untuk membongkar misteri. 

Letnan Detektif Howard menggali sejarah gadis itu dalam usaha mencari jejak. Diketahui bahwa Marilyn, Sheila, dan dua teman perempuannya pernah bermobil ke Montreal untuk menghadiri Expo 67. Mereka juga singgah di Toronto dan Marilyn berkenalan dengan pemuda ganteng yang pandai bergaul. Namanya Barry Pearson dan pekerjaannya pelayan restoran hotel. Mereka berjanji akan menulis surat, tetapi cuma sampai di situ. 

Letnan Howard menghubungi polisi Toronto. Polisi mengecek Pearson. la tidak pernah tercatat pernah melakukan kejahatan, reputasinya baik. la tidak pernah keluar dari Toronto sejak bertemu gadis-gadis itu dan tidak ada hal-hal yang mengaitkannya dengan Marilyn. Beberapa petunjuk lain yang didapat oleh polisi ternyata juga tidak membuahkan hasil apa-apa. 

Tanggal 7 Agustus jatuh pada hari Senin. Gerald Carmody, Jr. (16) dan John Matthews (15) bermain-main dengan traktor di ladang gandum milik ayah Gerald, yang letaknya beberapa kilometer di sebelah utara Ypsilanti. 

Ladang itu sudah ditinggalkan keluarga Carmody sejak mereka pindah ke tanah pertanian yang lebih besar. Karena tidak terurus lagi, semak-semak tinggi mengalangi pemandangan dari Geddes Road ke ladang itu. Tidak heran kalau tempat itu sering dikunjungi oleh orang-orang yang berpacaran. 

Ketika sedang bermain traktor itu mereka mendengar pintu mobil dibanting di semak-semak dekat ladang gandum. Kedua remaja itu menyeringai. Mereka mengira ada orang yang datang untuk berpacaran. 

"Mari kita intip," kata Gerald Carmody. Mereka mengendap-endap ke arah semak-semak. Tiba-tiba mereka mendengar pintu mobil dibanting lagi dan suara mobil meluncur pergi. Mereka tidak bisa melihat mobil itu yang kemudian meluncur di jalan, karena terhalang semak-semak. 

Mereka menemukan bekas ban mobil di tanah yang menuju ke semak-semak. Didorong rasa ingin tahu, mereka mengikuti bekas ban itu. Sesudah mencapai jarak kira-kira 7 m mereka mencium bau bangkai. 

"Barangkali ada bangkai binatang. Kita kubur, yo!" ajak Gerald. Mereka maju beberapa meter lagi. Tiba-tiba Gerald mengeluarkan suara seperti tercekik, sehingga John terkejut. Gerald tertegun memandang ke tanah tak bersemak kira-kira 3 m dari tempat mereka. 

Di tanah itu ada benda hitam besar yang dikerumuni lalat dan serangga. Tampaknya benda itu punya kepala, tetapi tidak berbentuk, seperti punya tubuh, tapi busuk tidak keruan dan seperti mempunyai empat anggota badan yang tidak ada jarinya, sehingga tidak diketahui makhluk apa itu. Bau bangkai terasa menyesakkan. 

Keduanya berlari kembali masuk ke semak-semak. Ketika tiba di kebun gandum yang lebih bersih dan udaranya segar, Gerald menarik lengan temannya. 

"John, rasanya kita harus melapor ke polisi." 

Pos polisi Ypsilanti menerima kedatangan kedua remaja yang gelisah itu pukul 14.30. Dengan malu-malu mereka melaporkan menemukan bangkai, entah bangkai apa, di ladang yang tidak dipelihara. 

Dengan segan, salah seorang detektif pergi juga ke tempat yang ditunjukkan. Lima belas menit kemudian ia sudah kembali, untuk mengajak temannya ikut memeriksa benda yang ternyata mayat manusia itu. 

Sersan Detektif Ken Taylor dan Ken Kraus menemukan mayat itu sudah begitu rusaknya, sehingga tidak bisa diketahui jenis kelaminnya. Daging yang masih tersisa sudah hitam kecoklatan seperti kulit yang kaku. Mungkin karena terjemur berminggu-minggu di bawah sinar matahari musim panas. Diperkirakan tubuh mayat itu penuh tusukan. Tidak ada pakaian atau benda lain di sekitar mayat.

 

Semua serba cocok 

Dalam waktu 20 menit mobil polisi sudah berdatangan. Di antaranya terdapat mobil Letnan Detektif Vern Howard. Begitu menerima laporan, Howard lantas curiga, jangan-jangan mayat itu Marilyn Pindar. Namun waktu menyaksikan keadaan mayat, ia berharap moga-moga dugaannya keliru. Menurut dugaan dokter pemeriksa mayat, kemungkinan itu mayat wanita. Mayat itu diangkut untuk diautopsi, sedangkan daerah sekitarnya diperiksa dengan teliti. 

Kira-kira 12 m dari mayat ditemukan sebelah sepatu sandal kulit, yang haknya dari anyaman jerami. Ketika dibersihkan, sandal berukuran 6 1/2 itu tampaknya cukup baru. 

Vern Howard tiba-tiba saja merasa sedih. Marilyn Pindar diketahui memakai sepatu sandal dari kulit, yang haknya dilapisi anyaman jerami. Ia tidak berani pergi sendiri ke rumah keluarga Pindar. Ia mengajak Sersan Taylor yang dimintanya menjadi juru bicara “Bapak dan Ibu Pindar," kata Sersan Taylor. Ia berdehem dulu, "Menyesal sekali saya harus memberitahukan bahwa kami menemukan jenazah, diperkirakan jenazah wanita. Ia meninggal sudah sekitar sebulan yang lalu. Kami menemukan sesuatu di dekatnya...." 

Taylor memandang Howard yang lantas mengeluarkan sebelah sepatu sandal. Ny. Pindar menerima sandal itu dengan tangan gemetar, memegangnya erat-erat dengan kasih sayang, dan melirik kepada suaminya. Charles Howard memeluk bahu istrinya. 

"Ini kepunyaan Marilyn ...," kata Ny. Pindar perlahan. 

Sejenak tidak ada yang berbicara. 

Dengan masih memeluk istrinya, Charles Pindar meminta keterangan. Taylor menceritakan penemuan mereka, tetapi menyembunyikan kenyataan mengenai keadaan mayat. 

"Boleh kami melihatnya, Sersan?" tanya Pindar. 

"Belum dapat," jawab Taylor. "Kami harus melakukan identifikasi dulu. Kalau betul ia putri Anda, Pak Pindar, saya pikir sebaiknya Anda mengingatnya dalam keadaan yang lama saja.

"Suami-istri itu mengangguk. Howard meminta alamat dokter gigi Marilyn, lalu kedua detektif itu kembali ke kantor tanpa berbicara sepanjang jalan.

 

Chevrolet biru mencurigakan

Hari Selasa, 8 Agustus, pukul 09.15 autopsi dimulai. Dr. Bernard Naylor menyatakan bahwa mayat itu wanita muda, menderita sedikitnya 30 tusukan di dada dan perut. Tulang tungkai bagian bawah remuk terpukul. Ia menduga wanita itu selain ditusuk, juga digebuki, karena ada tulang-tulang lain yang patah. 

Hari itu juga dokter gigi Marilyn menyatakan bahwa perbandingan antara keadaan gigi mayat dengan gigi Marilyn tampaknya positif. Gigi atas bagian belakang hilang bekas dicabut dan pola tambalan giginya sama. Akhirnya ditentukan bahwa mayat yang ditemukan itu Marilyn Pindar. 

Hari itu juga, pukul 11.30 polisi menemukan rok model longgar berwarna jingga berbintik-bintik putih di bawah kayu bekas peti barang yang sudah keropos. Pakaian itu penuh serangga dan robek dari tengkuk sampai hampir ke pantat. Sebuah BH yang talinya lepas sebelah dan sebuah celana nilon ditemukan bersamanya, kira-kira 5 m dari tempat bekas mayat. 

Letnan Howard tidak tega bertemu keluarga Pindar lagi. Ia minta Taylor dan dua orang lain saja yang memberi kabar kepada keluarga itu lewat tengah hari. 

Charles Pindar dan istrinya tenang saja, seakan-akan kesedihan mereka sudah terkuras habis. Sang ayah bertanya. 

"Sekarang bolehkah kami melihatnya?" 

"Lebih baik tidak." 

"Saya mengerti ...." 

Tanggal 9 Agustus, sebulan setelah Marilyn lenyap, mayatnya diserahkan oleh polisi pada keluarganya. Mayat itu dimasukkan ke peti khusus. Keesokan harinya ketika keluarga Pindar akan pergi ke gedung tempat penitipan mayat, telepon di rumah mereka berdering. Sersan Schoonmaker bertanya, apakah mereka mengenal seorang pria muda yang memiliki Chevrolet biru keabu-abuan. 

Charles Pindar merasa heran. "Seingat saya tidak," jawabnya. "Kenapa?" 

"Tempat penitipan mayat mendapat tamu pagi ini. Pemuda itu mengaku teman baik keluarga Pindar. la ingin memotret putri Anda." 

Tentu saja keinginan pemuda itu ditolak oleh petugas jaga. Petugas merasa heran, karena pemuda yang mengaku mau memotret itu tidak membawa kamera. Celakanya, petugas itu kurang cerdas. la tidak memperhatikan baik-baik wajah pemuda itu dan juga tidak memperhatikan nomor mobilnya. 

Waktu diadakan upacara pemakaman pada tanggal 12 Agustus, polisi berpakaian preman mengawasi upacara dan tempat-tempat dekat gereja untuk berjaga-jaga kalau-kalau pemuda ber-Chevrolet biru keabu-abuan itu muncul lagi. Ternyata tidak.

 

Hilang lagi 

Bulan demi bulan lewat. Polisi tidak mendapat kemajuan dalam usaha mencari pembunuh Marilyn Pindar. 

Tanggal 1 Juli 1968 seorang mahasiswi EMU lagi dilaporkan hilang. Teman sekamarnya terakhir kali melihat Jill Hersch naik ke sebuah mobil coupe yang bodinya merah dan atapnya hitam. la tidak tahu merek mobil tumpangan itu, tahun pembuatannya, maupun nomornya. 

Yang diketahuinya, dalam mobil itu ada tiga pemuda. Pemuda yang membukakan pintu bagi Jill memakai baju kaus bertuliskan EMU di dadanya. Orangnya jangkung, berambut hitam. Ketika itu sudah larut malam dan Jill ketinggalan bus terakhir untuk pergi ke Ann Arbor yang letaknya beberapa kilometer dari sana. Kebetulan mobil itu menawarkan Jill untuk ikut. Tempat Jill naik ialah di Emmet Street, tidak jauh dari Washtenaw Avenue, tempat Marilyn Pindar dulu tinggal. 

Lima hari kemudian dua pekerja bangunan di Ann Arbor menemukan mayat Jill Hersch. Di tubuhnya ada 15 bekas tusukan. 

Polisi sekali ini pun menemukan jalan buntu. Karena itulah koran mahasiswa EMU menawarkan hadiah AS $ 300 bagi pemberi keterangan yang bisa membuat pembunuh Jill tertangkap. Pada bulan Agustus, Koran News dari Detroit memberi tambahan AS $ 2.000 dan para pengusaha setempat menambahkan lagi dengan AS $ 5.000. Kemudian kotapraja menambahkan AS $ 500 lagi, tetapi tetap saja tidak ada hasil apa-apa. 

Pertengahan Agustus polisi mendengar bahwa dua orang mahasiswa EMU menyatakan melihat Jill Hersch bersama seorang mahasiswa EMU yang tidak mereka kenal pada malam Jill terbunuh. 

Sersan Bill Canada ditemani polisi kampus segera mewawancarai kedua orang itu. Mereka ternyata teman Jill bekerja di McKenney Union Cafetaria, yaitu Ted Shaefer dan pacarnya, Eileen Gaffney. 

Mereka diwawancarai secara terpisah. Mula-mula keduanya protes. Katanya, mereka tidak mau menyusahkan orang lain, tetapi kemudian keduanya memberi keterangan yang kira-kira sama. Kata mereka, padamalam Jill lenyap itu, mereka bersama seorang kawan keluyuran dengan mobil di Ypsilanti. Dekat kampus mereka melihat seorang pria dan seorang wanita berjalan berdua di jalan yang gelap itu. Yang wanita kemungkinan Jill dan yang pria mahasiswa EMU juga, James Armstrong. 

James Nolan Armstrong yang berumur 21 tahun menyewa kamar 619 di Emmet Street. Orangnya cukup ganteng, jangkung, berambut hitam. la tidak kenal Jill Hersch, walaupun seperti Jill ia pernah bekerja di McKenney dan sama-sama tinggal di Emmet Street. Memang Jill baru tinggal di situ tiga minggu. 

Hari Minggu, 30 Juni, seingatnya ia tidak berada di Ypsilanti karena ia pulang ke rumah ibunya di Centre Line sejak akhir minggu. Ia mempersilakan polisi bertanya pada ibunya. Ia baru kembali Senin sore. Teman di seberang kamarnya tahu ia pulang, karena mereka mengobrol sebentar. 

Apa mobilnya? Sebuah DeSoto tua yang hampir tidak bisa berlari. Ia tidak ingat siapa orang yang memiliki sebuah mobil coupe baru yang bodinya merah dan atapnya hitam.

 

Korban berjatuhan 

Sekali lagi polisi menemui jalan buntu. Hari Jumat, 21 Maret 1969 di Denton Township, Michigan, ditemukan mayat seorang wanita di kuburan. Kematiannya disebabkan oleh dua tembakan di kepala dan lehernya dicekik dengan pakaian. Entah siapa yang membuang mayat itu ke kuburan. 

Seperti Jill Hersch dan Marilyn Pindar, mestinya ia tidak dibunuh di tempat kejadian. Ternyata almarhumah adalah Jeanne Holder, mahasiswi University of Michigan Law School, yang malamnya diketahui bermaksud menumpang kendaraan yang akan pergi ke rumah ayahnya di Muskegon, + 250 km dari Ann Arbor, kota mahasiswa tempatnya tinggal. 

Tidak ada yang tahu kendaraan siapa yang ditumpanginya malam itu. Tetapi diketahui bahwa ia memasang pengumuman di papan pengumuman kampus yang isinya berupa permintaan menumpang kepada siapa saja yang bermaksud melewati Muskegon hari Kamis itu. 

Empat hari kemudian mayat seorang remaja peminum obat bius ditemukan seorang buruh bangunan. Mary Grace Clemson yang berumur 16 tahun itu tergolek telanjang di bagian yang berpohon-pohon di Earhart Road, tidak jauh dari Geddes Road. 

Tempat itu dekat dengan tempat mayat Marilyn Pindar ditemukan. Mary hilang sejak tanggal 21 Maret. Pembunuhnya mestinya penjahat seks yang kejam. Tubuh gadis itu penuh luka bekas gebukan dan kepalanya remuk. Ia diperkirakan tewas 24 - 26 jam sebelum ditemukan. 

Tanggal 16 April ditemukan lagi mayat seorang wanita muda di sebelah utara Ypsilanti, yaitu mayat Dale Harum (13), seorang pelajar sekolah menengah yang tidak pulang malam sebelumya, padahal ia anak baik-baik. Dale Harum yang dicekik dengan tali itu pun diperkirakan bukan dibunuh di tempat ia ditemukan. 

Dalam usaha mencari pakaian Dale polisi tiba di sebuah tanah pertanian yang sudah lama ditinggalkan di Le Forge Road, dekat Geddes Road. Tempat itu cuma kira-kira 1 km dari rumah Dale. 

Di rumah bobrok itu mereka menemukan banyak kaleng bir dan minuman ringan, botol minuman keras, kaleng bekas makanan, koran-koran yang sudah menguning, pelbagai suku cadang bekas untuk mobil yang sudah karatan, dan juga kondom yang sudah berkerut serta pembalut wanita. Di antara potongan genting dan kayu, polisi menemukan sweater yang tadinya dipakai Dale Harum. 

Di ruang bawah tanah rumah itu polisi juga menemukan potongan-potongan blus wanita berwarna putih, darah yang masih segar, dan pecahan gelas seperti yang tertancap di sepatu Dale. Polisi juga menemukan potongan kabel listrik sama seperti yang dipakai menjerat leher gadis itu. 

Akhirnya, mereka tahu juga tempat Dale dibunuh! Tempat itu tidak sampai 1 km dari tempat mayat Marilyn Pindar dibuang. 

Mungkinkah Jill Hersch disimpan di tempat itu pula sebelum dibuang ke tempat ia ditemukan? Pada mayat Jill polisi menemukan keanehan. Bagian atas badan dan kepala rusak, tetapi bagian bawah badan tidak begitu rusak. 

Diperkirakan Jill disimpan di gudang bawah tanah, yang suhunya dingin secara konstan, tetapi bagian badan atasnya mungkin terletak dekat jendela, sehingga sinar matahari mempercepat kerusakan. Mungkinkah Jeanne Holder dan Mary Grace Clemson juga menemui ajalnya di sini? 

Penemuan itu dirahasiakan oleh polisi, tetapi bocor juga, karena ada polisi yang mulutnya sulit ditutup. Seminggu setelah tubuh Dale Harum ditemukan, Detektif Chester Wilson melakukan pemeriksaan rutin ke rumah bobrok itu. Ia hafal letak benda-benda itu di situ, begitu pun polisi-polisi lain yang melakukan penelitian di tempat itu. 

Namun sekali ini ia melihat benda yang tadinya tidak ada ketika ia terakhir ke sana. Benda itu sepotong kain sintetis putih seperti bahan blus wanita dan sebuah anting-anting besar. Dengan terheran-heran mereka mendapatkan bahwa potongan kain itu ialah bagian dari blus Dale, sedangkan anting-anting itu milik Mary Grace Clemson. Jadi, rupanya si pembunuh kembali ke rumah itu! 

Pada tanggal 13 Mei, rumah itu terbakar. Ketika penelitian dilakukan, ketahuan bahwa dua mahasiswa EMU yang melakukannya, tetapi mereka tidak ada hubungannya dengan pembunuhan yang lima kali terjadi itu.

 

"Dukun" Belanda dan telepon misterius 

Tanggal 9 Juni, tiga pemuda remaja mengendarai truk terbuka menempuh jalan yang sudah tidak terpakai di tanah pertanian, kira-kira 10 km dari Ann Arbor. Mereka bekerja paruh waktu pada seorang kontraktor pertamanan dan bermaksud memotong jalan ke tempat pemeliharaan tanaman hias. 

Tiba-tiba seorang di antaranya berteriak kaget, karena truk hampir melindas tubuh setengah telanjang yang mandi darah di jalan. Mereka menemukan mayat wanita muda yang tubuhnya terrobek-robek senjata tajam dan kepalanya ditembak. Diperkirakan ia tewas 12 atau 16 jam sebelumnya atau sekitar pukul 21.00 (hari Minggu) sampai pukul 03.00 dini hari (hari Senin). Diduga tembakan berasal dari pistol kaliber .22. Sebelah sepatu mayat tidak ditemukan. Yang sebelah lagi tampaknya masih baru. 

Karena korban terakhir itu tidak diketahui identitasnya, ia disebut Nomor Enam. Hari Selasa, datang seorang wanita ditemani seorang pria ke kantor polisi. Wanita itu, Betty Hart, lulusan jurusan arsitektur pada University of Michigan, menyatakan ia pergi berlibur sejak hari Kamis, meninggalkan teman sekamarnya Audrey Sakol, di apartemen mereka dekat kampus U. of M. di Ann Arbor. 

Ketika hari Minggu malam ia pulang Audrey tidak ada, tetapi lampu menyala. Semua tampak biasa, kecuali ada sebuah kotak sepatu yang tampaknya baru tergeletak dalam keadaan kosong di lantai ruang tamu. 

Ketika membaca di koran ia merasa risau. Jangan-jangan mayat yang dimaksudkan adalah Audrey yang berasal dari Kalamazo. Soalnya, pakaian pada mayat yang digambarkan oleh polisi memang seperti yang dimiliki oleh Audrey.

Pria yang datang bersama Betty Hart juga lulusan arsitektur, Samuel Harrar. la bersahabat dengan Audrey, karena sama-sama senang fotografi. Hari Jumat ia ada di apartemen Audrey sampai lewat tengah malam untuk mengajari Audrey memperbesar foto. 

Ketika meninggalkan temannya itu, Audrey masih asyik di kamar gelap. Sabtu dan Minggu ia menelepon Audrey, tetapi tidak ada jawaban. Jadi, hari Senin ia datang untuk menjemput alat memperbesar fotonya. Ia heran sekali melihat foto-foto buatan Audrey masih direndam di cairan hipo. 

Di tempat penyimpanan mayat, Betty tidak berani melihat wajah mayat, tetapi Samuel Farrar memaksakan diri. "Saya kita betul dia," katanya. Orang tua Audrey di Kalamazo terkejut ketika membaca koran. Mereka cepat-cepat datang ke Ann Arbor dan identifikasi Farrar pun diperkuat, tetapi tidak diketahui dengan siapa Audrey terakhir pergi. Yang jelas, pukul 20.30 hari Sabtu ia masih hidup. 

Polisi didesak masyarakat untuk memecahkan misteri enam pembunuhan itu. Mereka pun membentuk satuan tugas. 

Pertengahan Juli, suatu komite di Ann Arbor mendatangkan Peter Hurkos, orang Belanda yang dianggap bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain, tetapi usaha itu pun tidak ada hasilnya. 

Hari Rabu, 23 Juli Hurkos ditelepon seorang pria yang mengancamnya agar enyah dari Ann Arbor sebelum ia membunuh lagi. Hurkos tidak bisa menunjuk siapa peneleponnya itu.

 

Mungkin membonceng Honda 

Malam itu juga, pukul 23.15, polisi kampus ditelepon ibu asrama mahasiswa EMU. Seorang mahasiswi berumur 18 tahun, Carol Ann Gebhardt, tidak kelihatan sejak tengah hari. Teman-temannya risau. 

Karena tidak puas dengan tanggapan polisi kampus, ibu asrama menelepon orang tua Carol Ann yang tinggal di Grand Rapids. Ayah gadis itu lantas menghubungi polisi Ypsilanti. 

Pagi-pagi hari Kamis polisi datang ke asrama dan mendapat keterangan dari teman-teman sekamar Carol Ann bahwa kemarin siang Carol Ann menyatakan akan pergi mengambil pesanan hairpiece-nya (rambut palsu) di toko wig di Washington Street. la bertubuh kecil mungil, berambut coklat pendek, mengenakan pullover berwarna biru bergaris putih. la juga mengenakan jins lusuh yang dipotong di atas lutut. Di saku belakang jins itu ada sulaman CAG. 

Di toko wig milik Joan Enright, wanita itu dan asistennya, elga Marks, ingat bahwa kemarin siang, sekitar pukul 12.30, mereka menerima kedatangan seorang mahasiswa EMU yang memakai blus bergaris dengan leher digulung.

 Mereka ingat betul karena gadis itu berkata, "Hari ini saya melakukan dua hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, yaitu membeli hairpiece dan mau menerima tawaran orang tidak dikenal untuk dibonceng dengan sepeda motor." 

Menurut kedua wanita itu, di luar menunggu seorang pemuda tampan jangkung, rapi, rambutnya pendek hitam, berumur awal 20-an, dan berbaju kaus bergaris-garis. 

Salah seorang dari wanita di toko wig itu memperingatkan agar pelanggan mereka hati-hati terhadap orang tidak dikenal, karena saat itu berkeliaran pembunuh misterius yang korbannya para gadis. Tetapi gadis itu naik juga ke boncengan motor pemuda yang menunggunya. 

Mereka buta soal sepeda motor, tetapi ingat sepeda motor pemuda itu besar, berkilat, bunyinya keras. Warnanya kalau tidak salah biru dan banyak kromnya. Menurut dugaan mereka, mereknya mungkin Honda. 

Namun seorang mahasiswi yang pada Rabu siang bekerja sambilan di toko coklat di sebelah toko wig menyatakan sepeda motor yang dikendarai oleh pemuda yang menunggu di muka toko pada kira-kira pukul 12.30 siang itu sebuah Triumph. 

Noelle Crenna yakin betul, sebab ia penggemar sepeda motor. Keterangannya mengenai perawakan dan pakaian si pria tidak banyak berbeda dengan keterangan dua wanita yang lain. 

Namun karena lebih tertarik pada motor daripada penunggangnya, ia menaruh lebih banyak perhatian pada motor itu yang katanya dirawat baik dan bunyinya empuk. Ia melihat seorang wanita muda dengan canggung naik ke boncengan motor itu. 

Seorang mahasiswi EMU bernama Josephine Marsch yang bekerja di toko peralatan tulis di sebelah toko coklat itu bertemu juga dengan pemuda berkaus bergaris-garis yang mengendarai sepeda motor itu pada Rabu siang. Ketika itu belum pukul 12.00 dekat kampus. Pemuda itu menegurnya dan berjalan di sampingnya sambil menuntun sepeda motornya yang mesinnya tidak dimatikan. Ia mengajak Josephine untuk dibonceng, tetapi Josephine tidak mau. Menurut Josephine, pemuda itu tidak kurang ajar atau mengancam. la cukup menyenangkan. Katanya, rambut pemuda itu tidak sepanjang rambut kebanyakan mahasiswa EMU.

 

Mayat diganti boneka 

Pada waktu itu di kampus EMU ada polisi baru. la lulusan EMU juga. Namanya Larry Mathewson. Hari Rabu siang, ketika bertugas patroli ia melihat seorang pemuda bermotor yang berkaus garis-garis menghentikan motornya di tepi jalan untuk bercakap-cakap dengan seorang gadis pirang. 

Larry mengenali pemuda itu sebagai salah seorang mahasiswa EMU, tetapi ia tidak tahu namanya. Setahu Larry, ia anggota perkumpulan Theta Chi dan pernah melawan perkumpulan Larry dalam beberapa pertandingan olahraga di kampus. 

Ia pergi ke rumah milik perkumpulan itu di Cross Street tetapi mendapat keterangan bahwa pemuda yang digambarkannya itu, yang namanya James Armstrong, sudah pindah ke Emmet Street. Larry terkejut ketika mendatangi rumah pondokan di pojok College Place dan Emmet Street itu, karena tepat di hadapan rumah itu terletak rumah bekas Jill Hersch tinggal. 

Kenalkah Armstrong pada Jill yang terbunuh pada musim panas lalu? Menurut induk semang Armstrong, anak semangnya itu lebih banyak berada di garasi yang letaknya di belakang rumah daripada di kamarnya. Di sana Armstrong mengotak-atik sepeda-sepeda motornya. 

Larry pergi ke garasi yang ditunjukkan. Di luar garasi diparkir Oldsmobile model baru berwarna perak metalik. Di dalam garasi ada empat sepeda motor pelbagai ukuran. Dua di antaranya Triumph, dua Bultaco. Selain itu ada dua pemuda. 

Yang seorang kenalan Larry di EMU, Chuck Harris. Ia memperkenalkan Larry pada pemuda berotot yang sedang membongkar sepeda motor. Pemuda berbaju kaus itu jangkung, wajahnya cukup menarik, walaupun pipinya agak persegi. Rambutnya coklat tua dan rapi. 

"Rusak?" tanya Mathewson. 

"Ah, cuma disetel. Habis dipakai akhir minggu. Ada apa sin?" 

Mathewson mengeluarkan foto Carol Ann Gerhardt yang pagi itu sudah muncul di koran. 

"Saya enggan mengganggu kalian, tetapi siapa tahu ada di antara kalian yang kenal kepadanya." 

pemuda itu melihat foto tersebut dan menggeleng. 

"Pembunuh beraksi lagi?" tanya Harris. 

"Siapa tahu," jawab Mathewson. 

"Mungkin gadis itu cuma kabur," kata Armstrong. 

Ketika itu masuk seorang pemuda lain, Donald Baker. "Ini pelatmu," katanya seraya mengangsurkan sebuah amplop besar dari karton manila pada Armstrong. la tiba-tiba terkejut ketika melihat Mathewson. Pelat nomor palsu? pikir Mathewson. 

Mathewson menyatakan ia melihat Armstrong bercakap-cakap dengan seorang gadis pirang di Lowell Street. Armstrong mengerutkan kening. 

"Ah, Ginny Lipton," katanya. Larry meminta alamat gadis itu. Sebelum meninggalkan mereka, Larry mencatat nomor Armstrong. 

Ginny mengaku didatangi Armstrong sepulang kuliah. Mereka mengobrol kira-kira 15 menit, lalu Armstrong pergi. Saat itu Armstrong memakai kaus setrip-setrip dan leher kaus itu tergulung. Larry meminjam foto Armstrong dari Ginny. 

Menurut salah seorang wanita di toko wig, gambar dan foto itu mirip pembonceng Carol Ann, tetapi sisiran rambutnya agak berbeda. Yang seorang lagi ragu-ragu. Tetapi Josephine Marsch, mahasiswi yang bekerja di toko coklat, yakin bahwa foto yang ditunjukkan Mathewson adalah pemuda yang membonceng Carol Ann. Larry berpikir bahwa ia masih perlu berhati-hati. 

Sabtu itu juga tubuh Carol Ann ditemukan di semak-semak dekat S. Huron. Mayat itu telanjang dan menunjukkan tanda-tanda bekas digebuki serta dicekik dan diperkosa. 

Karena selama ini ada tanda-tanda bahwa pembunuh kembali lagi mengunjungi korbannya, maka mayat itu diam-diam diangkut dan digantikan dengan boneka. Polisi tidak membuat pengumuman apa-apa dulu, tetapi memasang mata-mata di tempat itu untuk menunggu kalau-kalau si pembunuh kembali malam harinya. 

Malam itu kira-kira 15 menit lewat tengah malam diketahui ada seorang pria kulit putih berlari dari semak-semak bekas menaruh mayat, tetapi ia tidak dikejar dan tidak bisa diketahui ciri-cirinya.

 

Kartu mahasiswa disalahgunakan 

James Armstrong pun dimata-matai. Alibinya diperiksa. Dari penelitian terhadap tindak-tanduknya, diketahui bahwa ia dikeluarkan dari Perkumpulan Theta Chi, karena menggelapkan uang perkumpulan sebanyak AS $ 40. 

Diketahui juga tanggal 21 Juni dua pemuda menyewa mobil camper dari Hendrickson's di East Michigan Avenue, Ypsilanti. Seorang di antaranya gemuk dan menunjukkan ciri-ciri orang Amerika Latin. Seorang lagi pemuda jangkung yang ganteng dengan rambut gelap dicukur rapi. 

Mereka menaruh uang jaminan AS $ 25. Pemuda ganteng itu memperlihatkan kartu mahasiswa EMU dan mengaku bernama John Katowski. Camper itu mereka tambatkan ke sebuah Oldsmobile model baru. Mestinya camper itu dikembalikan tanggal 28 Juni, tetapi sampai hari itu mereka tidak muncul. 

Ketika dilaporkan ke polisi, ternyata John Katowski sama sekali tidak menyewa camper. Seminggu sebelum kartu mahasiswanya disalahgunakan, kartu itu hilang bersama dompetnya (sudah ia laporkan kepada polisi) dan tidak berhasil ditemukan lagi. 

Menurut petugas di Hendrickson's, John Katowski yang dibawa polisi ke hadapan mereka memang bukanlah orang yang menyewa camper. Ketika kepadanya diperlihatkan foto Armstrong, orang itu berkata, "Astaga! Benar dia orangnya!" 

Diketahui dari teman-teman Armstrong bahwa belum lama ini Armstrong pergi ke Kalifornia dengan seseorang bernama Tony Monte. Menurut induk semangnya, Armstrong pergi selama tiga minggu menjelang akhir Juni. 

Sampai saat itu Armstrong masih tetap belum tertangkap. 

Hari Rabu pagi, Fran Loucks, istri anggota polisi bernama Dana Loucks, masuk ke ruang bawah tanah di rumahnya untuk mencuci. Ia baru kembali Selasa malam dari liburan 12 hari bersama suami dan anak-anaknya. Fran Loucks tidak lain dari bibi James Armstrong.

 Ia heran sekali melihat titik-titik kecoklatan seperti bekas cat yang sudah kering, mulai dari pintu ruang rekreasi sampai alat pengering pakaian. Wah, pasti suaminya alpa membersihkan bekas cat sebelum pergi liburan, pikirnya. 

Suaminya menyangkal. "Kalau begitu James yang jorok," kata Fran. James, sepupu kesayangan Fran yang cuma beberapa tahun lebih muda dari dirinya itu, bertugas memberi makan anjing mereka selama ditinggal liburan. Ternyata di dalam mesin cuci juga ada pakaian lembap, sedangkan kotak besar mereka ada dua yang hilang. 

Ketika mereka masih memperbincangkan hal itu, Dana ditelepon dari kantor. Ia diminta datang. Dana Loucks diberi tahu bahwa ketika ia pergi berlibur, ada gadis dibunuh dan pembunuhnya dicurigai James Armstrong. 

"Kemenakan saya?" tanya Dana dengan tidak percaya. Kepadanya dibeberkan hal-hal yang sudah diketahui polisi. Dana khawatir kalau-kalau istrinya pingsan bila mengetahui berita ini. Ia lantas ingat pada noda-noda coklat di kamar cucinya, pada kotak-kotak besar yang hilang, pada cucian yang masih lembap .... Di dalam hatinya terjadi perang batin. Akhirnya, ia pikir bahwa kebenaran harus dicari. 

Pagi itu, ketika Fran masih tidur, rekan-rekan Dana sibuk memeriksa di kamar cuci. Titik-titik yang dicurigai ternyata cat dari tabung aerosol yang hilang dari ruang itu. Mereka juga menemukan titik-titik darah .... Ada setitik dekat pengering, ada setitik di dinding mesin cuci, dan juga di sebuah kemeja salah seorang putra Dana, yang tergantung di atas bak mandi.

 

Ada korban lagi 

Akhirnya, James Armstrong ditahan dengan tuduhan membunuh Carol Ann Gebhardt. Kamar Armstrong digeledah. Tidak banyak yang bisa ditemukan, kecuali sebuah pisau roti besar, sebuah pisau untuk berkemah, dan beberapa alat pemotong lain. 

Ditemukan juga tabung aerosol yang hilang dari rumah Dana Loucks ketika ditinggal berlibur (berarti James memang masuk ke ruang bawah tanah) dan 175 selongsong peluru kaliber .22 yang sudah terpakai. 

Donald Baker, teman sekamar Armstrong, juga ditanyai. la menyatakan bahwa hari Senin malam setelah Armstrong diinterogasi oleh dua orang polisi yang tidak berpengalaman, teman sekamarnya itu keluar membawa kotak yang isinya antara lain sebelah sepatu wanita dari kulit berwarna coklat kemerahan, dompet dari bahan yang mirip karung, dan baju dari kain jins. Setengah jam kemudian Armstrong kembali dengan tangan kosong. Katanya, ia sudah membuang barang-barang itu. 

Sayang sekali! pikir polisi. Jangan-jangan benda itu sebelah sepatu Audrey Sakol yang hilang, tas tangan Jill Hersch, jins Mary Grace Clemson, dan entah apa lagi. 

Polisi Ann Arbor mendapat telepon dari polisi Monterey Country di Kalifornia. Tanggal 3 Agustus mereka menemukan trailer yang dicuri Armstrong di belakang rumah kakek Monte di Salinas. Menurut Argentino Monte, trailer itu dibawa ke sana oleh cucunya, Tony Monte, dan seorang pemuda kulit putih bertubuh jangkung dan ganteng. 

Mereka datang akhir Juni. Setiap malam kedua orang muda itu pergi dengan Oldsmobile kelabu yang berkilat. Suatu hari mereka pergi untuk tidak muncul lagi. "Trailer yang mereka bawa ditinggalkan saja. Ketika itu kira-kira minggu pertama bulan Juli. Pertengahan Juli Armstrong memang sudah kembali ke Ypsi." 

Polisi Kalifornia juga mengabarkan bahwa seorang gadis umur 17 tahun, Ginger Lee Neary dari Milwaukee, Oregon, yang berkunjung ke Salinas, ditemukan mati tercekik di lembah dekat Carmel. Gadis itu terakhir tampak dalam keadaan hidup tanggal 30 Juni. Tidak ada kunci ke arah siapa pembunuhnya. Satu-satunya yang diketahui ialah pada saat yang bersamaan dengan lenyapnya gadis itu, di dekat tempat itu lewat seorang pemuda bermobil yang nomor pelat mobilnya berasal dari negara bagian lain. 

Teman gadis yang tewas itu bertemu dengan pemuda yang gambarannya sama seperti pemuda dalam mobil itu sehari sebelumnya di dekat tempat itu juga. Pemuda itu memperkenalkan dirinya kepada si gadis sebagai "James". 

Mobilnya sebuah Oldsmobile Cutlass model baru dengan nomor pelat Michigan. James bercerita bahwa ia dengan temannya datang membawa trailer dan bahwa ia mahasiswa EMU. Gambaran gadis itu mengenai James ialah: tinggi, atletis, tampan, rambut gelap dipotong pendek, tetapi cambangnya Panjang.

 

Ibu yang gigih 

Seorang ibu rumah tangga di Salinas pada tanggal 30 Juni itu berhenti di lampu merah yang berseberangan dengan sebuah mobil berwarna perak. Pengendaranya pria muda berambut gelap pendek dan di sebelahnya ada gadis berambut "warna pasir" dan berbaju merah menyala. Nomor pelat mobil itu dari luar negara bagian Kalifornia dan di belakang mobil itu ada cantelan trailer. 

Dari pemeriksaan atas mobil Armstrong di Michigan diketahui bahwa sedikit darah yang ditemukan di tempat duduk depan mobil (yang luar biasa bersihnya itu) adalah darah manusia golongan 0, bukan darah Armstrong. Korban yang golongan darahnya O ialah Audrey Sakol. 

Selain itu ditemukan juga robekan kecil kain yang ternyata robekan celana Ginger Neary. Polisi Michigan minta kain yang dipakai untuk menjerat Neary untuk diakurkan di laboratorium dengan potongan yang ditemukan di mobil Neary. Ternyata cocok. 

Tony Monte, teman Armstrong, ditangkap oleh FBI di Phoenix, Arizona. Menurut Monte, hari Rabu, 23 Juli, ia tidak melihat James sampai pukul 16.00 atau 17.00. Setelah itu James mengajar Donald Baker mengendarai motor dan malamnya makan serta menonton TV. Keterangannya diuji dengan polygraph dan polisi mendapat kesimpulan ia tidak tahu-menahu perihal pembunuhan. 

Kemudian Baker memberi keterangan bahwa kira-kira setahun yang lalu ia, James, dan temannya bermobil di Ypsi dengan mobil temannya itu. Ia tidak ingat warna mobil yang mereka pakai. Ketika melihat dua orang gadis menunggu tumpangan dekat kampus, James mengusulkan agar diajak saja. Ternyata cuma seorang gadis yang ikut. 

Baker mengenali gadis itu dari potret yang diperlihatkan polisi (Jill Hersch). Gadis itu ingin pergi ke Ann Arbor. James mengusulkan agar mereka ke Emmet Street dulu untuk mengambil mobilnya, karena ia akan mengantarkan Jill dengan mobilnya dan kedua temannya memisahkan diri. Ketika terjadi pembunuhan terhadap Jill Hersch, Baker terheran-heran, karena situasi yang diceritakan mirip dengan yang ia alami. Tetapi tidak pernah terpikir olehnya, James yang melakukan pembunuhan. 

Baker bersikeras tidak ingat siapa teman mereka yang seorang lagi, yang mobilnya mereka pakai mengangkut gadis itu ke Emmet Street. 

Walaupun James Armstrong anak yatim dan ibunya cuma pelayan restoran, tetapi sang ibu berusaha mati-matian untuk membebaskan anaknya dari tuduhan membunuh Caroll Ann Gebhardt dengan menyewa pengacara terkenal. Ketika ia tidak puas, pengacara itu digantinya. Taruhannya rumah. 

Terbukti bahwa darah di ruang bawah tanah keluarga Loucks adalah darah korban dan rambut bekas cukuran yang ditemukan di celana dalam korban berasal dari lantai ruangan itu. Jadi Carol Ann Gebhardt pernah berada di sana dalam keadaan luka atau mungkin dibunuh di sana. James Armstrong mempunyai kunci tempat itu dan tempat itu nyatanya dimasuki tanpa kekerasan. 

Pengacara Armstrong dengan kemahirannya membuat beberapa saksi grogi, namun juri memutuskan bahwa Armstrong bersalah. Armstrong sendiri menyangkal sampai akhir. 

Tanggal 28 Agustus hakim menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup untuk James Nolan Armstrong. Ia dipenjarakan di Michigan State Prison di Jackson sebagai hukuman nomor 126833. 

Musim gugur 1970, Ronald Reagan yang waktu itu masih gubernur Kalifornia meminta agar Armstrong diekstradisi ke Kalifornia, supaya bisa diadili dengan tuduhan membunuh Ginger Lee Neary. Permintaan itu tidak dipenuhi, karena tertuduh sedang menjalani hukuman seumur hidup. 

Tahun 1972 pengadilan banding di Michigan mengukuhkan putusan pengadilan sebelumnya. Petisi Mahkamah Agung ditolak. Ia tidak diadili untuk tuduhan membunuh Marilyn Pindar, Jill Hersch, Jeane Holder, Marry Grace Clemson, Dale Harum, dan Audrey Sakol, walaupun ia merupakan tersangka utama. 

Di penjara ia diperbolehkan memberi wawancara kepada beberapa media massa dan ia menyangkal melakukan pembunuhan terhadap siapa pun. Namun, sejak itu terhenti pembunuhan yang senada terhadap wanita-wanita muda.

(Edward Keyes)

 

" ["url"]=> string(64) "https://plus.intisari.grid.id/read/553304179/dukun-belanda-gagal" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654264784000) } } }