Intisari Plus - Graf ditemukan disekap di dalam bagasi Mercedesnya. Bersama polisi, ia segera menuju ke rumahnya untuk membebaskan istri dan anaknya yang disekap. Istrinya ditemukan tewas sedangkan putranya yang berusia 2 tahun tertidur lelap.
------------------
Moritz Schwarz, ingin cepat-cepat tiba di Würzburg. Jadi dikebutnya mobilnya di E5 Autobahn, jalan bebas hambatan. Sedang enak-enak meluncur, istrinya menyatakan ingin buang air. "Ah, nanti saja di Würzburg," kata suaminya.
Namun, Frankfurt - Würzburg bukanlah jarak yang bisa ditempuh dalam seperempat jam. Setelah istrinya merengek-rengek lebih dari sejam, berhenti juga Schwarz, di sebuah pompa bensin di Weiskirchen.
Ketika istrinya terbirit-birit pergi ke toilet, Schwarz duduk bersandar di belakang kemudi sambil merokok. la sudah mengemudikan mobil lebih dari enam jam. Pundak dan lengannya mulai terasa pegal-pegal.
Kira-kira 30 m di hadapannya diparkir sebuah Mercedes 500 SEC berwarna putih. Schwarz terkagum-kagum memandangi mobil mewah itu. Tiba-tiba ia terkejut karena melihat salah satu lampu belakang kendaraan itu mengeluarkan asap tipis. la segera melompat ke luar sambil membawa tabung pemadam kebakaran. Schwarz merasa sayang kalau mobil seindah dan semahal itu menjadi umpan api.
Sebelum keburu menyemprotkan tabung, ia sempat terheran-heran, karena sumber asap itu adalah segulung kain yang dijejalkan melewati lampu yang pecah. Ketika ia bengong memandangnya, kain itu bergerak-gerak seperti sengaja digoyang-goyangkan.
Tiba-tiba saja terpikir oleh Schwarz bahwa di dalam bagasi mobil Mercedes itu mestinya ada orang yang mencoba menarik perhatian.
Schwarz mengetuk bagasi dan berseru, "Ada orang di dalam?" Terdengar jawaban yang tidak jelas, tapi pasti suara manusia. Manusia yang tampaknya ingin keluar.
Bagasi itu terkunci. Jadi Schwarz berlari ke pompa bensin untuk memberi tahu pelayan pompa bensin. Pria itu tampaknya setengah percaya setengah tidak, tetapi ikut juga dengan Schwarz sambil membawa sebuah obeng besar untuk membongkar bagasi.
Ternyata alat itu tidak diperlukan, karena kunci kontak tergantung di tempatnya di dalam mobil. Begitu bagasi dibuka, tampaklah seorang pria langsing berkumis tebal meringkuk di sana. la segera bangkit.
"Istri saya! Putra saya!" teriaknya. "Mereka disandera. Tolong panggilkan polisi!"
Pedagang permata
Weiskirchen sebenarnya lebih dekat ke Frankfurt. Namun pria yang ditemukan dalam bagasi Mercedes itu, seorang pedagang permata yang tinggal di Desa Ho bach, yang letaknya cuma ± 1 km dari Aschaffenburg. Karena penyanderaan tampaknya terjadi di sana, polisi Aschaffenburg-lah yang dipanggil.
Vila megah di Am Sportplatz 16 segera dikepung oleh polisi yang mengenakan baju antipeluru, bersenjatakan senapan, pistol, dan senjata antihuru-hara. Mereka bergerak diam-diam dan bersembunyi sampai Graf tiba dari Weiskirchen. Soalnya, mereka ingin tahu dulu bagaimana keadaan di dalam.
Graf tiba lewat tengah malam dengan Mercedesnya, tetapi tidak bisa bercerita secara cermat perihal apa yang terjadi di dalam rumahnya.
Katanya, dua pria bersenjata tiba-tiba saja menyerbu masuk kira-kira pukul 22.00. la, istrinya Ursula, dan putra mereka Marco, ditawan. Seorang di antara pria itu tetap tinggal di rumah.
Pria yang seorang lagi memaksanya mengendarai mobil ke rumah orang tua Graf untuk mengambil kunci toko perhiasan Graf di Goldbach, kira-kira 1 km dari rumahnya. Kunci toko perhiasan milik Graf sengaja ditaruh di rumah orang tuanya, untuk memperlambat tindakan perampokan.
Orang tua Graf sedang tidak berada di rumah. Mengingat Ursula dan Marco disandera, Graf mengambil juga kunci itu dan mengantar si perampok ke tokonya. Setelah menguras toko, perampok menguncikan Graf di bagasi mobilnya, yang dibiarkan berada di daerah Weiskirchen. Dari dalam bagasi, Graf berhasil memecahkan kaca salah sebuah lampu mobil. Lalu dibakarnya pullover-nya untuk menarik perhatian orang yang lewat.
Musim perampokan toko perhiasan
Pada tahun-tahun itu sering terjadi penculikan orang kaya. Manfred Graf termasuk beruntung, karena ia tidak dicederai. Jika istri dan putranya bisa diselamatkan, paling- paling yang repot cuma perusahaan asuransi.
Karena perampokan di toko permata sudah terjadi beberapa jam sebelumnya, polisi menduga penyandera sudah tidak berada lagi di dalam rumah. Tapi mengapa Ursula Graf tidak menelepon polisi? Padahal saat itu rumah terang benderang. Lampu menyala hampir di setiap ruangan. Mungkinkah perampok mengikat Ursula dan putranya sebelum meninggalkan rumah?
Ataukah perampok masih berada di rumah itu, untuk mencari lebih banyak hasil rampokan lagi?
Inspektur polisi berpikir-pikir menyerbu ke dalam atau jangan? Kalau rumah diserbu, Ursula dan putranya bisa dibunuh. Namun kalau perampok diperingati, hilanglah kesempatan untuk menyergap mereka. Selama ini para pengepung bertindak sangat hati-hati, agar perampok tidak tahu bahwa rumah sudah dikepung.
Paling ideal sebetulnya kalau polisi bisa menyergap perampok pada saat mereka meninggalkan rumah. Ketika pukul 01.30 tidak ada perampok yang keluar dan tidak ada tanda-tanda kegiatan di dalam rumah, inspektur memerintahkan anak buahnya untuk menggerebek. Penyerbuan berlangsung tiba-tiba, cepat dan dahsyat, supaya penyandera tidak mendapat kesempatan untuk mencederai sandera dan agar mereka bisa dilucuti.
Ternyata polisi terkecoh. Perampok tak ada di dalam rumah. Marco yang berumur dua tahun kedapatan sedang tidur nyenyak di ranjangnya. la tidak terbangun oleh kedatangan para penyerbu. Namun, ibunya yang berumur 27 tahun didapati tergeletak di ruang tamu, dengan tengkorak remuk akibat pukulan kayu bakar. Rupanya kayu itu diambil dari kotak di sisi perapian.
Graf dibawa ke markas besar polisi di Aschaffenburg, sementara polisi tetap berjaga sekeliling vila. Mobil-mobil polisi dikerahkan untuk menjemput para anggota bagian penyidikan pembunuhan dari rumah masing-masing.
Pemimpin bagian penyidikan pembunuhan, Inspektur Holgar Frank, yang berpengalaman 20 tahun segera mengerahkan anak buahnya dengan lugas. Polisi yang tadi melakukan penyerbuan dipersilakan pulang untuk beristirahat, sedangkan dokter polisi dipanggil, begitu pula juru potret, ahli sidik jari, dan para teknisi dari laboratorium polisi.
Wakil kepala bagian penyidikan pembunuhan, Sersan Detektif Kai Borchert, dikirim ke markas besar untuk meminta Manfred Graf menggambarkan wajah para perampok. Kalau gambaran Graf jelas, jalan-jalan akan diblokade dan polisi di daerah itu akan diberi tahu.
Italia, Turki, atau Yoguslavia?
Gambaran yang bisa diberikan oleh Graf kurang memadai. Katanya, kedua orang yang masuk ke rumahnya berkulit agak gelap, berambut hitam. Mata mereka pun hitam. Mereka menggunakan bahasa Jerman, tetapi dengan logat asing. la menduga mereka orang Italia. Saat itu Graf belum diberi tahu istrinya tewas.
Mencari dua orang Italia yang tidak mempunyai ciri-ciri khusus di Jerman Barat bukanlah pekerjaan yang mudah. Saat itu di Jerman Barat banyak orang Italia, Turki, dan Yugoslavia yang penampilannya mirip, yaitu berkulit warna gelap dan berambut hitam. Mereka dulu didatangkan sebagai tenaga murah untuk bekerja di pabrik-pabrik yang kekurangan tenaga. Kini mereka menetap.
"Kalau mereka melarikan diri setelah membunuh, berarti mereka kabur empat jam yang lalu," kata dr. Walter Schleicher. Saat itu pukul 03.00 lewat sedikit. "Ny. Graf meninggal tidak lebih lambat dari pukul 23.00 kemarin."
"Diperkosa?" tanya Inspektur sambil memandang jenazah yang cuma berpakaian tidur. Dr. Schleicher yang berwajah tirus menggeleng.
"Sepanjang yang bisa saya lihat, kepalanya dipukul keras sekali dengan sebilah kayu bakar dan ia meninggal seketika. Tak ada memar di tangan maupun lengan, tak ada bekas-bekas kulit maupun rambut di kukunya. Saya sangsi ia menyadari bahaya akan menimpanya."
"Ia pasti menyadari bahaya. 'Kan ia disandera," kata Sersan Borchet yang baru kembali mewawancarai Graf di Aschanffenburg. "Kalaupun tidak khawatir akan keselamatan dirinya, pasti ia takut anaknya dicelakai."
"la sedang mengandung," kata dr. Schleicher dengan sedih. "Umur kandungannya 8 atau 9 bulan. Si jabang bayi meninggal bersamanya."
“Pembunuhnya kejam. Sekali lihat pun pasti ia tahu korbannya sedang hamil tua."
"Lagi pula Ny. Graf tidak perlu dibunuh," Sersan Borchet menimpali. "Para perampok 'kan tidak terancam."
“Mungkin perampok takut Ny. Graf akan mengenali mereka kembali. Atau mereka sakit jiwa, membunuh karena senang melakukannya,” duga atasannya.
Sersan Borchet ditugasi mengawasi para teknisi, sedangkan atasannya kembali ke Aschaffenburg. Di markas besar Graf sudah diberi tahu istrinya tewas. Graf yang rupanya tegang sepanjang malam, menjadi histeris dan berteriak-teriak serta memukul-mukul tembok.
Sesudah ia agak tenang, Inspektur bertanya, apakah Graf mempunyai tempat untuk tidur hari itu. Kalau tidak ada, ia boleh tidur di kantor polisi. Graf memilih pulang ke rumah orang tuanya. Saat itu Marco masih tetap tidur nyenyak dan berada di klinik polisi.
la dibawa ke bapaknya dan mereka berdua diantarkan ke rumah orang tua Graf dalam mobil polisi. Soalnya, Graf tidak dalam keadaan mampu mengendarai mobil sendiri. Lagi pula Mercedes putihnya harus diperiksa dulu. Siapa tahu penculiknya meninggalkan sidik jari di kemudi atau di bagian lain.
Banyak keanehan
Di dalam mobil tidak dijumpai sidik jari orang lain, selain milik Manfred Graf. Tidak pula ada petunjuk atau hal-hal yang menarik perhatian, kecuali lampu yang dipecahkan oleh Graf untuk mengeluarkan pullover-nya dibakar.
Sorenya tiba laporan dari dr. Schleicher. Menurut hasil autopsi, korban tewas antara pukul 23.00 - 23.15. Tidak didapati bekas-bekas kegiatan seksual. Korban tidak melakukan pergulatan, dan tidak pula menyadari bahaya. Kadar adrenalin dalam darahnya normal.
Laporan dari laboratorium lebih pendek lagi. Tidak ada tanda-tanda kehadiran pihak ketiga di vila milik Manfred Graf. Semua pintu dan jendela tidak menunjukkan bekas dibuka dengan kekerasan. Di dalam vila dijumpai perhiasan dan barang berharga lain senilai DM 0,5 juta (± Rp 638 juta). Perhiasan dan barang berharga itu tidak disentuh orang.
"Perampokan yang ganjil, penculikan yang aneh, dan pembunuhan yang tidak bisa dipahami," komentar Inspektur Frank.
"Motifnya tentu bukan perampokan. Mungkin ada orang yang sangat membenci Graf dan istrinya, lalu membunuh dengan pura-pura menyandera dan merampok."
"Tapi mengapa Graf tidak mengenali mereka?" tanya Sersan Borchert. "Mestinya yang datang itu pembunuh bayaran. Frankfurt 'kan penuh dengan orang Sisilia yang bersedia mencabut nyawa orang dengan bayaran yang tidak terlalu mahal."
"Tapi mustahil mereka mau melewatkan begitu saja barang berharga senilai DM 0,5 juta di vila? Lagi pula kalau Graf mempunyai musuh besar, mustahil ia tidak menceritakannya kepada kita?"
"Betul," jawab atasannya. "Kedua orang itu mau bersusah payah mengambil perhiasan dari toko, tetapi membiarkan begitu saja perhiasan di dalam vila. Graf tetap tidak berkata apa-apa perihal siapa yang mungkin membunuhnya. Apakah ia memberi tahu berapa banyak perhiasan yang digondol perampok?"
"Tidak. Tapi mestinya ia tahu. la hadir karena harus membukakan lemari besi bagi si perampok."
"la bungkam, mungkin karena ia ingin mengelakkan pajak. la lebih suka kehilangan isi lemari besinya daripada hartanya ketahuan jawatan pajak. Aku berani bertaruh, barang-barang itu diasuransikan."
Sersan Borchert melirik. "Anda seakan-akan menuduh Graf membunuh istrinya," katanya. "Tapi bagaimana caranya ia bisa dikuncikan di bagasi mobilnya?”
"Kalau ada orang dibunuh, yang pertama dicurigai selalu pasangannya," atasannya menjelaskan. "Perihal mengunci diri di dalam bagasi sih gampang. Kalau dibanting 'kan pintu bagasi mengunci sendiri."
"Kalau memang Graf yang bersalah, sulit bagi kita untuk membuktikannya," kata Borchert. "Tentu ia sudah menyiapkan rencana matang sejak lama dan menutup semua kemungkinan yang bisa kita ambil untuk mencekalnya. Orang itu tidak bodoh.”
"Tidak terlalu pandai juga," kata atasannya. "Kalau saja barang-barang berharga di dalam rumah lenyap, kita bisa termakan oleh ceritanya. Tapi ia terlalu serakah atau mungkin khawatir harta itu tidak akan dikembalikan oleh konco-konconya."
"Kalau kita bisa membekuk mereka, mungkin mereka akan buka mulut."
"Tidak mungkin. Pertama kita tidak bisa mengaitkan mereka dengan pembunuhan. Tak ada sidik jari dan mungkin mereka sebelumnya pernah bertemu dengan korbannya. Kalaupun Graf bersumpah bahwa mereka yang membunuh, pernyataannya tidak didukung oleh bukti-bukti dan tidak akan diakui di pengadilan."
"Gambaran Graf tentang mereka pun mungkin gambaran palsu. Lagi pula mereka mungkin sudah kabur ke luar negeri sekarang. Kalau benar Manfred Graf menyuruh membunuh istri dan anaknya yang masih dalam kandungan, ia sungguh kejam, padahal kita tidak mampu menjebloskannya ke penjara!"
Mencari orang ketiga
Inspektur Frank berpikir-pikir. Kalau Manfred Graf yang membunuh istrinya, motifnya mungkin karena ada orang ketiga. Entah Graf mempunyai pacar, entah istrinya mempunyai kekasih. Siapa tahu si istri minta cerai dan menuntut setengah dari harta Graf.
Inspektur Frank lantas meminta bawahannya menelepon ke pengadilan yang mengurus perceraian. Baik Ursula maupun Manfred ternyata tidak pernah mengajukan permintaan cerai.
Keluarga dan teman-teman Ursula didatangi. Mereka memberi keterangan bahwa Ursula hidup berbahagia dengan suaminya. Setelah itu giliran keluarga dan teman-teman Manfred yang ditanyai oleh polisi. Mereka menjawab bahwa Manfred dan Ursula hidup rukun-rukun saja.
Diketahui pula bahwa Manfred Graf yang berumur 28 tahun itu meneruskan usaha mertuanya yang kini sudah pensiun. la mengambil alih toko mertuanya di Golbach, sehingga toko perhiasan itu bisa berjalan terus. Setengah dari toko itu milik Ursula.
"Ah, sekarang kita mempunyai motif," kata Inspektur Frank, "la tidak bisa menceraikan istrinya tanpa kehilangan setengah dari yang sekarang dimilikinya. Kehilangan setengah dari hartanya akan mengenyahkan usahanya."
"Tapi tak ada tanda-tanda ia bermaksud menceraikan istrinya," sanggah anak buahnya.
“Coba selidiki lebih saksama," perintah atasannya yang masih penasaran.
"Mungkin lebih baik kita selidiki istrinya lebih dalam. Siapa tahu anak yang sedang dikandungnya bukan anak Graf." Contoh darah dan jaringan bayi dalam kandungan itu maupun darah dan jaringan ibunya diperiksa. Darah mereka sama golongannya dengan Manfred Graf. Ini berarti Manfred Graf bisa saja ayah si bayi, tetapi belum tentu.
Sersan Borchert meneliti lagi kehidupan Ursula Graf selama delapan bulan terakhir dari hidupnya. Hasil penelitian yang lama itu bisa dirumuskan hanya dengan empat kata: Ursula tidak punya pacar!
Kini Sersan Borchert meneliti Graf. Sebab bisa saja Graf yang mempunyai pacar, lalu ketahuan oleh istrinya dan si istri mengancam akan minta cerai.
Tampaknya sekali ini pun penyelidikannya tidak akan menghasilkan apa-apa. Cuma saja pada hari-hari libur dan pada akhir minggu Graf tidak pernah ada di rumah. Ke mana? Menurut mertuanya, menantunya tergila-gila main golf.
Graf memang pergi main golf, tetapi tidak sesering yang dikatakannya kepada mertuanya. la juga bukan pemain golf yang mahir. Menurut para caddy, jangankan dengan tongkat golf, dengan raket tenis pun bola golf pasti sering luput dari pukulannya.
"Mungkin ia mempraktikkan olahraga lain yang tidak terlalu banyak menuntut kemahiran," Sersan Borchert berolok-olok.
"Olahraga apa? Di mana? Dengan siapa?" tanya atasannya dengan serius.
"Belum tahu, Pak. la berhati-hati, sehingga sulit dibuntuti."
"Buntuti terus!" perintah Frank.
Bisa menghilang
Manfred Graf selalu lenyap pada akhir minggu, tanpa diketahui ke mana perginya. Diketahui ia selalu pergi ke Bandara Frankfurt dan lenyap di sana, padahal ia tidak menumpang pesawat mana pun.
"Mestinya ia mengadakan pertemuan dengan seorang wanita di bandara," Borchert menyimpulkan.
"Untuk apa? Untuk saling berpegangan tangan di kafetaria sambil menghadapi secangkir kopi?" tanya atasannya.
Inspektur Frank ingat, Graf itu kaya. Mungkin ia mempunyai pesawat sendiri atau mencarter pesawat. Berarti orang yang ingin ditemuinya tinggal jauh.
Sersan Borchert turun tangan sendiri. la pergi ke Bandara Frankfurt. Ternyata Manfred Graf tidak mempunyai pesawat sendiri, tidak pula mencarter pesawat. Tidak perlu. Soalnya, ada yang disebut executive air-taxi service, taksi udara untuk melayani para eksekutif.
Dengan mendekati para pilot taksi udara itu, Sersan Borchert tahu di mana Manfred Graf melewatkan akhir minggu.
"Di Hannover, Pak," lapor Sersan Borchert kepada Inspektur Frank. "Jauh sih tidak, cuma 500 km. Tapi ongkos taksi udaranya selangit."
"Buat pedagang permata yang baru dapat warisan dari istri, jumlah sekian sih kecil," jawab Frank.
"Minggu depan, mesti ada orang kita yang menunggu dia di Hannover," perintahnya.
"Saya saja, Pak. Saya sudah lama ingin pergi ke Hannover," jawab Borchert. Walaupun tidak menumpang taksi udara, Borchert tiba lebih dulu dari Graf. Soalnya, ia memang berangkat lebih awal.
Setelah mengetahui siapa yang ditemui oleh Manfred Graf di sana, ia menelepon atasannya. "Pak, wanita itu namanya Karin Best, pedagang permata juga. Mungkin lebih kaya daripada Graf. Umurnya 30 dan cakep banget. la belum menikah. Saya tidak segera pulang, karena menyelidiki dia dulu. Setahu saya wanita ini juga merahasiakan hubungannya karena ia mempunyai tunangan."
"Oh, kalau begitu aku paham sekarang. Graf dan Nona Best mabuk kepayang, tapi ada pengalang bagi kebahagiaan mereka, yaitu Ny. Graf. Nona Best yang sudah berumur 30 tidak mau memutuskan hubungan dengan tunangannya sebelum Graf pasti akan menikahinya.”
“Graf tidak mau menceraikan Ny. Graf, karena hartanya akan surut, padahal sekarang ia sudah kalah makmur dari pacarnya. Jadi dengan atau tanpa sepengetahuan pacarnya, ia melenyapkan pengalang kebahagiaan mereka dengan menyewa pembunuh. Sekarang Nona Best bisa memutuskan pertunangannya, karena Graf sudah bebas untuk menikah kembali."
"Rasanya sih memang mereka akan menikah, Pak. Tapi menyeleweng dengan pedagang permata lain 'kan tidak membuktikan Graf membunuh istrinya. Saya sangsi Nona Best tahu perihal pembunuhan itu."
"Kau ingat kadar adrenalin dalam darah Ny. Graf? Wanita itu sama sekali tidak terkejut atau ketakutan ketika katanya ia disandera. Saya yakin ia tidak disandera. la sedang duduk-duduk membaca majalah di ruang duduk sambil menonton televisi. Lalu suaminya diam-diam menghantam kepalanya dengan kayu bakar. Ny. Graf mungkin tidak sempat tahu apa yang menimpanya."
Borchert menyambung atasannya. "Lalu Graf mengambil kunci toko dari rumah orang tuanya yang kosong, membuka lemari besi, menyembunyikan isinya di tempat lain, menyetir mobilnya ke daerah Weiskirchen dan mengunci diri di bagasi. Mungkin lampu ia pecahkan lebih dulu supaya pasti ada lubang."
Darahnya di rompi
Manfred Graf didatangi polisi. Mobilnya pun dibawa untuk diperiksa. la marah sekali dan membantah membunuh istrinya. la meminta pengacaranya mendampinginya dan mengancam polisi.
Penahanan terhadap Graf sengaja dilakukan pada Jumat malam. Pengadilan baru akan buka pada hari Senin, sehingga tidak mungkin bagi pengacara Graf untuk menghubungi pengadilan dengan segera.
Akhir minggu itu Graf tidak bisa pergi ke Hannover. Sementara ia mendekam di sel polisi, para teknisi laboratorium polisi bekerja dengan tekun mencari bekas-bekas darah di mobil dan pakaian Graf. Kalau betul ia yang membunuh istrinya, pasti pakaiannya terciprat darah.
Laboratorium polisi memiliki peralatan canggih yang bisa menemukan bekas-bekas darah itu. Serat-serat wol yang ditemukan pada kayu bakar pemukul kepala Ursula Graf, ternyata cocok dengan serat-serat wol di salah sebuah sweater milik Graf.
Menurut pengurus rumah tangganya, bukan Graf yang mengangkut kayu-kayu itu ke perapian, melainkan dia, sedangkan perapian itu belum pernah dipakai tahun itu. Tidak ada alasan Graf memegang-megang kayu itu.
Yang lebih penting, noda bekas darah sebesar uang logam ditemukan di salah sebuah rompi milik Graf. Berdasarkan sistem pengiriman cucian ke binatu, diketahui rompi itu dipakai pada hari pembunuhan. Walaupun sudah dicuci, noda darah itu bisa ditangkap oleh peralatan laboratorium polisi.
Diperkirakan, darah Ursula Graf muncrat mengotori pakaian Manfred Graf. Pakaian itu disingkirkan (mungkin dibakar) oleh Manfred. Lalu ia mandi dan berganti pakaian. Tubuhnya bersih, tetapi mungkin ada darah di rambutnya yang tidak ia lihat. Darah itu menempel di bagian dalam rompinya, ketika ia mengenakan rompi itu.
Di dalam bagasi pun didapati beberapa bekas darah Ursula Graf. Darah itu pasti bukan darah Manfred Graf, sebab ketika hari itu tubuhnya diperiksa dengan saksama di kantor polisi, ia tidak luka sedikit pun.
Manfred Graf tetap menyangkal membunuh istrinya. la tetap bersikeras tidak bersalah di hadapan pengadilan padatahun 1988. Karena bukti-bukti lemah dan pengacaranya hebat, sidang makan waktu tiga bulan.
Di pengadilan Graf tidak mau mengulangi pernyataannya yang pertama pada polisi, sebab rupanya ia menyadari kelemahan pernyataan itu. Di luar dugaan pengadilan menganggapnya bersalah melakukan pembunuhan dan pada tanggal 7 Juli 1988 ia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara. Tak ada bukti-bukti bahwa Karin Best mengetahui atau terlibat pembunuhan ini. (John Dunning)