Intisari Plus - Seorang pelayan kerajaan Buckingham ditemukan tewas dengan kondisi yang mengerikan. Wajahnya yang cantik, berubah ngeri setelah tertutup darah yang mengering. Kematiannya berkaitan dengan kisah yang cukup rumit dengan seorang dalam istana.
-------------------------------
Harap datang, Pak. Ada kecelakaan," kata Inspektur Charles Calkin lewat telepon. Inspektur Kepala Robert Botterell kaget.
"Yang celaka keluarga raja, ya?" tanyanya. Botterell itu wakil kepala Divisi A pada Metropolitan Police yang ditugaskan di Istana Buckingham. Kalau kecelakaan itu tidak penting mustahil ia dibangunkan pagi-pagi pada hari cutinya.
"Bukan. Mereka masih ada di Puri Windsor, Pak. Ada wanita pelayan yang tampaknya jatuh dari tangga di Perpustakaan Lama, pada saat menyeka debu di bagian atas rak."
Dari kaget Botterell berubah mengkal. Ada kecelakaan begitu saja cutinya diganggu!
"Kalau cuma urusan begitu, 'kan kau sendiri juga bisa menyelesaikannya."
"Anu, Pak. Kecelakaan ini mirip yang dialami Lily Farrow."
Kemarahan Botterell segera sirna. la mengerti, Calkin sebenarnya ingin menyampaikan berita bahwa pelayan itu terbunuh. Lily Farrow adalah seorang pelacur yang kedapatan tewas beberapa waktu yang lalu akibat pukulan di kepalanya. Rupanya Calkin berhati-hati karena pembicaraan ini dilakukan lewat telepon.
Hari itu tanggal 1 Mei 1935 pagi, beberapa hari sebelum perayaan Pesta Perak Raja George V dan Permaisuri Mary (kakek dan nenek Ratu Elizabeth II).
Botterell bergegas datang. Di Perpustakaan Lama dilihatnya seorang wanita berseragam pelayan telentang di lantai. Wajahnya, rambutnya yang coklat, dan penutup kepalanya yang tadinya berwarna putih penuh dengan darah kering. Jelas ia digebuki dengan alat tumpul.
Alice tidak membersihkan perapian
Menurut Charlie Calkin, dokter polisi sudah datang. Korban diperkirakan sudah meninggal sedikitnya 10 jam. Gadis yang malang itu namanya Alice Gill, berumur 20 tahun. Tubuhnya ramping, tetapi payudaranya montok.
Mayatnya ditemukan oleh Ny. Wells, seorang asisten pengurus rumah tangga. Ny. Wells yang mahal senyum itu langsung menghubungi polisi yang bertugas di istana. Katanya, malam kemarin Alice bertugas menarik tirai untuk menutupi jendela-jendela di rumah yang jarang didatangi orang itu. (Istana Buckingham memiliki 600 ruangan, sebagian jarang dipakai).
Katanya, pagi ini, pukul 07.10, pelayan Lady Ruxford menelepon Ny. Wells untuk mengadu: Perapian belum dibersihkan dan api baru belum dipasang di ruang duduk Lady Ruxford yang saat itu sedang menginap di istana, karena sedang bertugas menjadi dayang permaisuri.
Ny. Wells menghubungi Ellen Carter, pemimpin pelayan di lantai tempat Lady Ruxford menginap, untuk dimintai tanggung jawab. Ellen bilang yang bertugas membersihkan perapian itu ialah Alice Gill. Ellen lantas mencari Alice.
Sementara ia mencari, Ny. Wells mendatangi tempat menginap dayang yang seorang lagi, yaitu Lady Wittlesham, untuk memeriksa apakah di tempat ini pun Alice melalaikan tugasnya. Ternyata memang demikian.
Ny. Wells bermaksud memberi tahu Ellen, tetapi karena takut mengganggu Lady Wittlesham yang sedang tidur, ia tidak mau memakai telepon di tempat itu. Ia ingat, telepon terdekat terdapat di Perpustakaan Lama. Ketika ia masuk ke sana, dilihatnya, Alice tergeletak dengan berlumuran darah kering.
Botterell merasa lega karena Ny. Wells belum menceritakan penemuannya itu kepada siapa pun, kecuali polisi. Soalnya, kalau sampai ketahuan banyak orang bisa heboh. Bayangkan, ada pembunuhan di istana! Padahal upacara Pesta Perak tinggal beberapa hari lagi. Mereka semua sepakat untuk merahasiakan hal itu.
Pada saat itu, kepala polisi istana merangkap pengawal pribadi raja, Superintendent Sydney Gardner sedang mendampingi raja di Windsor.
"Apakah para pelayan mendapat kamar tidur sendiri-sendiri, Ny. Wells?" tanya Botterell.
"Tidak. Mereka tidur berdua."
"Mengapa teman sekamarnya tidak melapor semalam?"
"Anda tentu tahu bahwa biasanya mereka sekongkol kalau kawan sekamarnya tidak pulang," jawab nyonya yang tidak ramah itu.
Kepala rumah tangga istana dihubungi. Mereka lantas berembuk, untuk menyingkirkan mayat tanpa para karyawan tahu bahwa terjadi pembunuhan di istana. Dokter hati-hati membalut kepala mayat dan dua petugas ambulans yang bisa dipercaya menjemputnya. Sepanjang yang diketahui oleh karyawan istana, Alice jatuh dari tangga dan kepalanya luka parah. Kemudian ia diberitakan meninggal dalam ambulans.
Wartawan ingin tahu
Kepala Bagian Penyidikan Kejahatan, Deputy Commander William Roe, menunjuk Sersan Detektif Harry Bennett untuk melakukan penyidikan diam-diam di istana. Walaupun Bennett baru berumur 28 tahun, ia sudah membuktikan dirinya mempunyai kemampuan yang menonjol. Ia hanya akan dibantu oleh tiga orang. Seorang di antaranya Constable Veronica Knight. Polwan itu akan menyamar menjadi pelayan baru yang menggantikan Alice Gill mulai nanti sore. Namun sebelum menjalankan penyamaran itu ia harus melaksanakan dua tugas lain.
Dua orang polisi lagi, Duncan dan Spencer, akan menyamar menjadi tukang kayu yang membetulkan mebel. Pada saat itu memang banyak dipekerjakan orang luar untuk memperbaiki istana yang rusak, supaya pada hari Pesta Perak semuanya rapi. Dalam laci mebel yang mereka angkut dan di balik pakaian mereka, Duncan dan Spencer membawa kamera dan peralatan lain yang diperlukan untuk penyidikan.
Harry Bennett sendiri pura-pura diperbantukan sementara pada Superintendent Gardner. Pada saat minggu sibuk ini Gardner memang memerlukan lebih banyak tenaga. Bennett diselundupkan masuk sebelum mayat dibawa dengan ambulans.
Baru saja ambulans meninggalkan istana, Brian Goodship, seorang petugas istana yang biasa melayani pers, menerima telepon.
"Siapa yang sakit?" tanya orang koran itu.
Goodship yang sudah bersekongkol dengan polisi menjawab tenang-tenang. "Seorang pelayan jatuh dan kepalanya retak."
"Di mana? Di apartemen keluarga kerajaan? Ada anggota keluarga kerajaan yang menyaksikannya?"
"Bukan. Ia orang baru. Pokoknya, tidak ada yang aneh buat kalian."
"Baiklah. Kalau ada apa-apa tolong kasih tahu, Pak Goodship."
Di Perpustakaan Lama, Spencer menemukan banyak sidik jari, tetapi ia yakin tidak ada yang pernah tercantum dalam catatan Scotland Yard. Para detektif pun tidak berhasil menemukan senjata yang dipakai membunuh di antara buku-buku dan lemari.
Ketika jenazah Alice Gill sedang diperiksa ahli forensik, Constable Veronica Knight pergi ke Warford, yang jaraknya kira-kira 20 km dari rumahnya di West Hamstead untuk mendatangi ibu korban.
Bermusuhan dengan ayah tiri
Veronica singgah dulu ke Kantor Polisi Warford dan bertemu dengan wanita polisi lain, yang baru kembali dari rumah ibu korban untuk memberi tahu bahwa Alice Gill meninggal dalam ambulans.
Menurut rekannya itu, ibu korban tidak begitu sedih. Wanita setengah umur itu kini namanya Ny. Hanson dan baru saja kematian suaminya enam minggu yang lalu. Alice sudah dua tahun tidak berhubungan dengan ibunya. Ny. Hanson kini tinggal bersama anaknya yang sudah menikah, Ny. Willis
Veronica mendapatkan Ny. Hanson menangis di dapur. Katanya, nasibnya malang: ditinggal mati dua suami dan anak bungsu.
Kemudian Ny. Hanson berhenti menangis. la mengeluh, putrinya itu bukan putri yang berbakti. la tidak pernah memberi uang, tidak memberi tahu bahwa ia bekerja pada raja, dan ia juga tidak datang ketika ayah tirinya meninggal enam minggu yang lalu.
Setelah Hilda Willis menyuruh ibunya masuk ke kamar tidur, Veronica mendapat penjelasan dari kakak Alice ini. Alice yang delapan tahun lebih muda dari Hilda, tidak cocok dengan ayah tirinya. Katanya, ayah tirinya sering bertindak kurang senonoh terhadapnya. Ibunya membela ayah tirinya, sehingga Alice angkat kaki. Menurut Hilda, ayah tirinya lumayan baik; Alice sendiri sering berbohong.
Menurut cerita Hilda, pada umur 15 tahun Alice bekerja sebagai pelayan di rumah Ny. Garrett di Holland Park. Kadang-kadang ia muncul ke rumah Hilda untuk menjenguk kakak dan kakak iparnya, tetapi tidak mau datang ke rumah ibunya.
Sesudah bekerja empat tahun di rumah Ny. Garrett, Alice bertemu seorang footman (pelayan pria yang bertugas antara lain menerima tamu dan melayani majikannya makan) yang bekerja di Istana Buckingham. Kata footman itu, istana memerlukan tambahan pelayan untuk perayaan perak. Bennet 'diberi tahu bahwa Clara dan Alice bermusuhan. Katanya, Alice itu genit, selalu ingin menarik hati kaum pria. Alice melamar dan diterima. Walaupun bayarannya tidak sebanyak di tempat Ny. Garrett, ia merasa senang bisa bekerja di istana. Mungkin juga karena ia ingin berada dekat dengan footman itu.
Demikian cerita Hilda. Tetapi Hilda tidak tahu footman mana yang ditaksir adiknya.
Banyak uangnya
Sementara itu teman sekamar Alice di istana, Clara Watson, dipanggil ke tempat Ny. Wells. Ia diberi tahu atasannya bahwa sebelum barang-barang Alice dikembalikan ke orang tuanya, barang-barang itu harus diperiksa dulu oleh polisi, karena Alice meninggal akibat kecelakaan. Ia diminta untuk mengantarkan Bennett ke kamarnya.
Dari percakapan dengan gadis yang tidak cantik dan judes itu, Bennett diberi tahu bahwa Clara dan Alice bermusuhan. Katanya, Alice itu genit, selalu ingin menarik hati kaum pria.
Kata Clara, pagi hari sebelum Alice terjatuh itu, gadis itu menerima surat, entah dari siapa. Surat itu dibakarnya di perapian.
Di koper Alice yang terkunci, Bennett mendapatkan pakaian murahan, tas tangan, dan buku tabungan. Ia pura-pura tidak peduli. Namun, setelah Clara pergi ia memeriksa barang-barang itu lagi. Di antara buku tabungan itu ditemukannya uang sebanyak 7 pon 10 shilling, sedangkan buku tabungan itu menunjukkan simpanan sebanyak 43 lebih. Jumlah 40 dimasukkan tanggal 27 Maret, jadi lima minggu sebelumnya. Dari mana Alice memperoleh uang sebanyak itu, kalau gajinya cuma 45 setahun?
Ia juga menemukan sebuah sampul beralamat 62 Monksfield Terrace, London W14. Di dalamnya ada surat referensi dengan tulisan tangan orang terpelajar. Bunyinya: Alice Gill menjadi pelayan selama hampir empat tahun di rumah saya. Ia pembersih, jujur, rajin, dan moralnya baik. Saya menyesal kehilangan dia.
Audrey Garrett
(Ny. Henry S. Garrett)
Bennett dengan peralatan yang dibawanya "memancing" perapian dan mengeduk isinya untuk diselidiki kemudian.
Constable Veronica Knight lantas diberi tugas mendatangi rumah Ny. Garrett dengan berbekal surat referensi yang ditemukan. Ternyata Ny. Garrett istri seorang pengusaha yang kaya raya. Orangnya agak sok. Ia heran, katanya, karena dimintai keterangan perihal seorang pelayan yang hilang (Alice diberitahukan menghilang dari istana). Ia tidak bisa memberi keterangan apa-apa. Ia hampir lupa pada pelayan itu, yang sudah berhenti bekerja kira-kira sebulan. Anak tak tahu terima kasih itu tiba sebelum bisa bekerja apa-apa. Begitu sudah terlatih tiba-tiba saja minta berhenti. Mungkin salahnya juga menerima anak yang cantik, yang banyak pacarnya.
Veronica bertanya apakah Ny. Garrett tahu salah seorang pacar Alice. Astaga, untuk apa ia usil! Yang ia tahu ialah Alice terpikat seorang footman di pesta dansa untuk para pelayan. Lebih baik Veronica menanyakan saja ceritanya kepada para pelayannya, kata Ny. Garrett. Mereka pasti lebih tahu.
Sebelum memanggil pelayannya, Ny. Garrett tiba-tiba teringat sesuatu. Apa ada barang yang hilang dari istana?
"Ah, tidak," jawab Veronica. "Kami cuma ingin tahu apa yang terjadi dengannya. Apakah Alice pernah mencuri sesuatu?"
Kata nyonya rumah, alat-alat kecantikan dan parfumnya kadang-kadang lenyap atau salah taruh pada beberapa bulan terakhir.
Kalau begitu, mengapa Ny. Garrett memberi referensi begitu bagus, tanya Veronica. Ny. Garrett kemalu-maluan.
"Ah, saya cuma ingin bermurah hati saja kepadanya, supaya ia bisa mendapat pekerjaan," jawabnya.
Dari koki dan pelayan lain di rumah itu, Veronica mendapat keterangan bahwa footman teman Alice namanya Frank. Entah Frank apa. Mereka bertemu di pesta dansa untuk para pelayan di Albert Hall.
Kemudian mereka berdua juga bercerita bahwa Alice memeras Ny. Garrett. Katanya, putra Ny. Garrett waktu liburan dari sekolah tahun lalu telah berbuat tidak senonoh terhadap Alice. Kira-kira sebulan yang lalu, Alice mengancam, kalau Ny. Garrett tidak mau memberinya surat referensi yang baik, ia akan melapor kepada Tuan Garrett yang biasa bersikap keras terhadap anak mereka. Karena pada waktu itu liburan sekolah sudah mendekat lagi, buru-buru Ny. Garrett menuruti kemauan Alice.
Veronica Knight melapor, lalu berganti pakaian untuk menghadap Ny. Wells di istana, yang sudah diberi tahu perihal Veronica akan pura-pura menjadi pelayan, menggantikan Alice Gill.
Sama-sama kenal Frank
Bennett berusaha mencari keterangan dari para pelayan yang dibawa menginap ke istana oleh para dayang yang sedang mendapat giliran menemani permaisuri, sebab kamar pelayan para dayang itu letaknya paling dekat dengan Perpustakaan Lama. Siapa tahu ada yang mereka dengar dan lihat antara pukul 18.00 kemarin sampai tengah malam.
Mula-mula didatanginya Ethel Currie, pelayan bawaan Marchioness of Wittlesham. Kata Ethel, majikannya baru masuk ke istana pukul 18.30 kemarin. Ia datang bersama majikannya, lalu membongkar koper dan membantu majikannya berpakaian. Marchioness pergi makan malam di luar istana bersama Marquess of Wittlesham. Majikannya yang laki-laki itu datang menjemput marchioness sesaat sebelum pukul 20.00. Pukul 23.00 lewat majikannya pulang dan Ethel membantunya menyiapkan segala sesuatu sebelum pergi tidur.
Ethel sendiri sore itu makan malam, lalu mendengarkan radio di kamar Ny. Holloway (salah seorang asisten pengurus rumah tangga, jadi sama seperti Ny. Wells. Cuma saja Ny. Holloway ini ramah tamah). Jadi ia tidak berada dekat-dekat Perpustakaan Lama.
Bennett ingin berbicara dengan majikannya. Tetapi kata Ethel, majikannya sedang mendapat giliran menemani permaisuri, sampai tiba giliran Lady Ruxford menjelang lohor.
Kini Bennett menuju apartemen Countess of Ruxford, yang letaknya di lorong yang sama. Pintu dibukakan oleh seorang wanita yang pakaiannya sama seperti Ethel Currie, cuma lebih muda dan lebih menyenangkan. Nama pelayan itu Lucy Grant.
Bennett menjelaskan maksudnya. Lucy bilang, mungkin ia tidak bisa banyak membantu. Ia dan majikannya baru datang dari rumah sang majikan yang terletak di Suffolk menjelang pukul 19.00. Lucy diminta majikannya pergi ke rumah lain milik majikannya itu, yaitu di Grosvenor Place, yang tidak jauh dari istana, untuk mengambil perhiasan hadiah dari Permaisuri Mary. Majikannya bermaksud memakai perhiasan itu.
Setelah kembali dari Grosvenor Place, Lucy menyimpan perhiasan itu di kamarnya sampai dibel oleh majikannya kira-kira pukul 22.30.
Selama itu ia tidak mendengar atau melihat hal-hal yang aneh. Lucy-lah yang menelepon Ny. Wells, ketika menemukan perapian belum dibersihkan dan api baru belum dipasang.
Katanya, ia kaget sekali ketika mengetahui Alice mengalami kecelakaan, sebab ia kenal Alice. Mereka sama-sama teman seorang footman istana, Frank Craddock.
Inilah orang yang dicari Bennett! Bennett pura-pura tenang.
" Apakah Anda sudah bertemu Craddock sejak terjadi kecelakaan?" tanya Bennett.
"Ah, tidak sempat," kata Lucy. Permaisuri sangat banyak kedatangan tamu, sehingga majikannya juga sibuk dan ia ikut sibuk.
Bennett bertanya lebih jauh tentang Frank Craddock. Menurut Lucy, hubungan antara Frank dan Alice ia dengar agak renggang akhir-akhir ini. Ia kenal Frank sejak pemuda itu masih kecil, sebab mereka sekampung. Frank kini berumur 23 atau 24 tahun. Lucy sendiri lima atau enam tahun lebih tua.
Frank tadinya bekerja di rumah Count of Ruxford juga. Karena Frank tampan dan tingginya + 186 cm, ia cocok sekali untuk menjadi footman. Ketika istana membutuhkan footman, majikannya menawarkan Frank dan pria pelayan itu diterima di istana.
Karena tampan, Frank banyak ditaksir gadis-gadis. Kemudian Frank berpacaran dengan Alice. Tetapi ketika terakhir bertemu Alice, Lucy agak heran mendengar Alice tampaknya masa bodoh terhadap Frank.
Pintu terbuka. Muncullah Lady Ruxford, yang pada umur 50 tahun masih kelihatan cantik. la mencari pelayannya, karena harus berdandan lagi untuk bersiap-siap mendampingi ratu. Orangnya agak angkuh. Tetapi ia sempat menambahkan bahwa Frank kiranya terlalu lembut untuk mendorong gadis-gadis dari atas tangga.
Untuk menghindari kecurigaan dari orang-orang yang ditanyainya, Bennett memberi keterangan bahwa kalau ada orang yang tewas (apalagi di istana!) polisi harus yakin bahwa kematian itu bukan disebabkan oleh orang lain.
Bangsawan hidung belang
Dalam percakapan dengan kepala polisi Istana Buckingham merangkap pengawal pribadi raja, Superintendent Sidney Gardner, Harry Bennett menceritakan secara ringkas hasil penyelidikannya. Ia juga menyampaikan keterangan yang diperoleh dari Ethel Currie perihal Marquess of Wittlesham datang menemui istrinya ke istana sebelum pukul 20.00 pada hari pembunuhan itu. Gardner tertarik. Kata Gardner, Marquess itu terkenal sering mengganggu para wanita pelayan di rumah-rumah yang didatanginya. Mungkinkah Marquess itu perlu dicurigai?
Dari catatan di kantor Gardner, Bennett mengetahui bahwa pada hari pembunuhan, Selasa, Frank Craddock tidak mendapat tugas selama setengah hari. Tetapi mulai hari Rabu dan Kamis acaranya penuh. Ia bertugas melayani raja. Kalau sedang tidak ada tugas, pelayan boleh keluar-masuk istana sesuka hati. Seluruhnya ada 400 pelayan. Sebagian tinggal di istana, sebagian di luar. Seorang petugas di pintu tempat keluar masuk para pelayan akan ingat siapa saja yang keluar masuk.
Gardner berjanji akan mengamati Craddock dengan saksama. Ia juga berjanji akan memberi kesempatan kepada Bennett untuk mewawancarai Craddock, kalau footman itu mendapat istirahat cukup lama.
Sersan Detektif Harry Bennett pergi dulu ke kantornya di Scotland Yard untuk menghimpun keterangan yang diperoleh dari penyelidikan para rekannya dan juga untuk mengetahui hasil autopsi. Menurut laporan autopsi: Alice Gill hamil empat bulan!
Constable Veronica Knight menjadi pelayan di istana dengan nama Vera. Ellen Carter, yang bertugas mengepalai para pelayan di tingkat tempatnya bertugas, menyatakan bahwa minggu itu Vera bertugas membersihkan perapian dan menyalakan api baru di kamar tidur dan kamar duduk kedua dayang. Pagi-pagi ia harus membuka tirai, membawakan teh dan air cuci muka, menyeka debu, dan membereskan ranjang.
Ketika mereka makan malam, petugas pembaca doa adalah seorang pria ganteng bertubuh jangkung. Orang itu tidak lain dari Frank Craddock.
"Pacarnya mati tadi pagi," kata Daisy, seorang pelayan yang lantas bersahabat dengan Vera.
"Ranjang yang nanti kau tiduri 'kan bekas ranjang pacarnya.
Berlainan dengan Daisy, Clara Watson, bekas teman sekamar Alice sebaliknya bersikap sangat memusuhi Vera.
"Kenapa sih kamu begitu?" tanya Vera.
"Huh, si centil juga dibaiki malah menginjak kepala," katanya. Yang dimaksud si centil ialah Alice Gill.
Keesokan harinya, dari Daisy, Vera tahu bahwa Alice memang kurang ajar. Ia pernah sengaja tidur dengan pacar Clara hanya untuk menyakiti hati Clara. Vera berpikir, apakah mungkin Clara yang membunuh Alice karena sakit hati?
Lady Rosalie tidak betah di pondokannya
Pagi pertama, ketika Vera berusaha menyalakan perapian menurut ajaran pelayan kepala, ternyata bara di ruang duduk Lady Ruxford tidak mau juga menyala. Ketika ia sedang berlutut di muka perapian, pintu tiba-tiba terbuka tanpa ia tahu.
"Alice ...."
Vera menoleh. Seorang gadis remaja bermantel, berdiri di belakangnya. Wajah gadis itu bundar, matanya biru besar, dan rambutnya yang berwarna gelap itu acak-acakan.
"Oh! Kau bukan Alice," katanya.
"Saya Vera, Non."
"Halo , Vera. Kamu baru, ya? Biasanya Alice juga membantu ibu saya."
"Ia tidak di sini lagi, Non."
"Mengapa? Ke mana dia?"
"Ia meninggal."
"Meninggal?" Gadis itu terbelalak. "Kenapa meninggal? Apa yang terjadi?"
"Katanya, jatuh dari tangga ketika sedang menyeka debu di tempat tinggi."
"Oh, mengerikan. Kau yakin?"
Tahu-tahu muncul Lucy Grant, pelayan Lady Ruxford.
"Lady Rosalie! Apa yang Anda lakukan sepagi ini di sini?"
“Saya belum tidur," jawab remaja itu sambil membuka mantelnya, sehingga tampak pakaiannya bekas berdansa. Katanya, ia sudah pergi ke dua tempat dansa, lalu makan di restoran.
"Saya dengar Alice meninggal," katanya.
"Ya. Ia mengalami kecelakaan. Lady Rosalie, Anda mesti tidur. Apa yang Anda lakukan di sini?"
"Saya ingin bertemu Ibu. Saya ingin minta sesuatu. Tolong dong pergi ke Glenisters' House di Curzon Street. Ambilkan semua barang-barang saya dan bawa ke no. 96."
Lady Ruxford keluar dari kamarnya. "Rosalie! Apa yang kau lakukan ...." "Dia tidak tidur semalam," kata Lucy.
"Saya tidak mau lagi tinggal di Glenisters'. Lebih baik saya mati daripada kembali ke sana."
"Kau tidak bisa begitu saja pindah ke rumah kita. Rumah kita 'kan sudah tidak ditinggali tiga bulan, harus dibenahi dulu." Ketika itu Lucy Grant rupanya sadar ada Vera di ruangan itu.
"Tinggalkan saja deh, nanti saya yang lakukan,” katanya kepada Vera.
Frank banyak pacarnya
Inspektur Charles Calkin pergi ke Desa Bredenham di Suffolk, tempat rumah megah keluarga Earl of Ruxford berdiri. Ia ingin melakukan penyelidikan tentang Frank Craddock. Ia disambut oleh Constable Tom Free. Menurut Free yang sudah 16 tahun tinggal di desa itu, Frank Craddock banyak menarik hati kaum wanita, sehingga ketika ia pergi bekerja ke London, banyak kaum pria yang menarik napas lega. Ia diketahui bukan jenis orang yang pernah menjalankan kekerasan.
Ibunya dulu bekerja di Bredenham Hall, di rumah Earl Ruxford. Wanita yang cantik itu kemudian menikah dengan tukang besi yang jauh dari tampan. Banyak orang yang yakin, Frank yang tampan itu bukan putra si tukang besi.
Frank biasa dikejar para gadis dan ia tidak bisa menolak mereka. "Bahkan Lady Rosalie pun konon jatuh cinta kepadanya," kata istri Constable Tom Free.
"Ah, jangan omong sembarangan," kata suaminya.
Calkin juga diberi tahu bahwa adik Lucy Grant, Jean, pernah juga pacaran dengan Frank. Tetapi kemudian Jean takut karena salah seorang pelayan lain hamil oleh Frank. Ia pergi dan menikah dengan orang lain.
Kini tiba saatnya bagi polisi untuk bertemu muka dengan Frank Craddock sendiri. Craddock diminta datang ke kantor Superintendent Gardner di istana. Di sana Sersan Detektif Harry Bennett sudah menunggunya. Ia mengaku mengenal Alice, tetapi dua bulan terakhir ini, katanya, mereka menjauh.
"Apakah Anda tahu Alice hamil?" tanya Bennett.
Craddock kelihatan terkejut. Alice tidak pernah memberitahukannya. Ia mengaku, bisa saja ia yang bertanggung jawab atas kehamilan itu. "Tetapi saya bukan satu-satunya orang yang berpacaran dengan dia waktu itu," katanya.
Craddock mengaku tidak ada di istana pada hari Selasa malam. "Ketika itu saya libur," katanya. Menurut Craddock, ia pergi menonton bioskop, tetapi tidak bisa menyebutkan siapa yang bisa memberi kesaksian bahwa keterangannya itu benar, karena ia menonton sendiri saja.
Leon yang mana?
Sementara itu Superintendent Gardner mencoba mengobrol dengan Lord Wittlesham untuk memancing keterangan dari bangsawan yang tua-tua keladi itu, tetapi tidak diladeni.
Dari laporan pemeriksaan kedokteran forensik dan sidik jari diketahui bahwa Alice menerima empat pukulan. Pemukulnya bukan orang kidal. Tengkorak kepala Alice kebetulan agak lebih tipis dibandingkan dengan yang normal, sehingga menguntungkan si pembunuh. Alat yang dipakai membunuh itu belum ditemukan. Mungkinkah sebuah botol atau kaki kursi? Saat itu sedang dilakukan banyak pembetulan perabot rumah tangga di istana.
Di tempat korban ditemukan tidak didapati tanda-tanda pergulatan. Darah di karpet dan tirai adalah darah korban sendiri. Sidik jari Frank Craddock tidak ditemukan di Perpustakaan Lama, namun footman bisa saja memakai sarung tangan.
Dari sisa-sisa pembakaran di tempat perapian (yang berhasil "dipancing" oleh Bennett), diketahui bahwa pagi itu Alice menerima surat dari seseorang yang namanya mungkin Leon, atau Leonard. Karyawan yang namanya Leon ternyata ada beberapa orang. Yang seorang Leon Blum, seorang sergeant-footman umur 50 tahun. Sudah tujuh generasi keluarganya melayani raja dan ratu Inggris. Sebagai sergeant-footman, ia marah sekali disangka menulis surat kepada seorang pelayan biasa.
Yang seorang lagi Leon Krek (34), seorang pengangkut batu bara, dan pelayan dari para pelayan lain.
"Saya sih mau berkenalan dengan dia," katanya ketika ditanyakan kenal atau tidak dengan Alice. "Tetapi mana dia mau." Bisa dipahami kalau melihat kedudukannya. Jangankan menulis surat, menulis namanya pun Leon Krek tidak bisa. Ia datang dari Serbia dan tidak pernah bersekolah.
Leonard Hobson ialah seorang penangkap tikus di istana. Ia tidak pernah tahu ada pelayan bernama Alice Gill, dan merasa kesal karena tidak diberi tahu perihal ada pelayan jatuh dari tangga. Terakhir ia pergi ke Perpustakaan Lama enam bulan yang lalu.
Leonard yang terakhir adalah Leonard Rodwell (16). Karyawan di dapur ini ternyata lugu sekali. Ia senang diwawancarai, tetapi polisi malah merasa membuang-buang waktu sebab tidak mungkin dia yang dicari.
Lalu polisi menggali masa lalu Clara Watson dengan mendatangi rumah yatim piatu tempat ia pernah dibesarkan. Selama ini diketahui ia anak tidak sah, tetapi menurut ibu panti asuhan, hal itu tidak benar. Pihak panti asuhan sengaja memberi keterangan palsu untuk melindungi Clara. Sebenarnya ayahnya, Sydney Watson, membunuh ibunya dengan memukul kepala si ibu. Alat pemukulnya setrika besi. Clara yang ketika itu masih kanak-kanak menyaksikan kejadian itu. Entah ia masih ingat atau tidak. Mungkinkah Clara meniru tindakan ayahnya?
Dimaki-maki Alice
Hari Jumat tengah hari, seperti yang dijanjikan, Bennett pergi ke ruang duduk Ny. Wells untuk bertemu dengan Veronica. Pada saat itu ternyata Ny. Wells juga mempunyai sesuatu yang disampaikan. Ethel Currie, pelayan Marchioness of Wittlesham yang dekat dengan rekan Ny. Wells, yaitu Ny. Holloway, mengaku memberi keterangan yang tidak benar kepada polisi. Hari Selasa sore, ketika Ethel keluar dari apartemen majikannya di istana itu, ia melihat majikan laki-lakinya, Lord Wittlesham, menutup pintu Perpustakaan Lama. Namun ia yakin hal itu terjadi sebelum Alice "jatuh". Majikannya itu cuma mata keranjang, tetapi cukup waras untuk tidak menyakiti seorang wanita sehingga menimbulkan skandal.
Marquess of Wittlesham yang berumur 56 tahun itu didatangi. Ia tersinggung. "Saya masuk ke perpustakaan hanya untuk melihat buku Who's Who, sebab istri saya akan menemui orang penting dan saya ingin tahu latar belakang orang itu," katanya.
"Siapa orang yang ingin Anda ketahui latar belakangnya itu," tanya Deputy Commander Roe. Pria itu tergagap-gagap tidak bisa menjawab.
Akhirnya, setelah dipojokkan ia mengaku mengikuti seorang pelayan cantik ke ruang perpustakaan, tetapi tidak mendapat sambutan yang diinginkan. Ia menyentuh dada pelayan itu, tetapi tangannya ditepiskan dan ia dimaki-maki.
Ketika jas yang dipakainya malam itu diperiksa, ternyata tidak didapati tanda-tanda adanya cipratan darah.
Sementara itu Veronica masuk daftar hitam terus dalam catatan pelayan kepala Ellen Carter, karena ia tidak becus melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebaliknya dengan Clara Watson. Ia pelayan kelas satu. Vera sudah mulai tidak betah di "Buck House" sebab mendapat tugas mendekati Frank Craddock, padahal Craddock yang baru kematian Alice rupanya sebal didekati pelayan lain.
Suatu pagi, ketika Vera sedang berusaha menyalakan perapian lagi, Lady Rosalie muncul kembali.
"Halo, Vera. Mana Lucy Grant, pelayan ibu saya?" bisiknya
"Saya tidak melihatnya pagi ini, Non."
Tahu-tahu Lady Ruxford muncul. Ia marah karena anaknya malam itu rupanya tidak pulang lagi ke pondokannya.
"Saya tidak mau mengganggu Ibu, saya cuma ingin ketemu Lucy. Saya ingin minta ia mengembalikan mutiara saya ke lemari besi. 'Kan cuma kalian berdua yang memegang kuncinya."
"Kenapa mesti mendadak? Biasanya kau tidak pernah minta perhiasanmu disimpankan."
"Ibu 'kan tahu sekarang banyak maling. Dua hari yang lalu maling masuk ke Glenisters' mencuri dua gelang. Untung saya sudah tidak di sana ...."
Sekali ini pun Veronica disuruh ke luar.
Bersembunyi di kolong piano
Veronica mendapat tugas membuntuti Craddock yang akan mendapat libur setelah pukul 15.00. Namun sia-sia saja ia minta libur kepada Ellen Carter, walaupun ia memberi alasan ibunya datang. Ny. Wells turun tangan, Ellen Carter marah besar karena merasa dilangkahi.
Hari itu hari Minggu. Calkin dan Veronica menunggu Craddock keluar dari istana. Mereka berdua bersembunyi dalam sebuah mobil. Pukul 15.00 Craddock keluar dari istana. Veronica turun dari mobil untuk membuntuti Craddock. Ketika jalan bertambah sepi ia merasa khawatir ketahuan. Untungnya Craddock tidak pernah menoleh. Craddock terus berjalan, menuju .... Grosvenor Place dan masuk ke no. 96! Itu rumah Earl dan Countess of Ruxford!
Veronica berhenti untuk mengawasi dari kejauhan. Tidak lama kemudian kedengaran teriakan seorang wanita dari rumah itu dan Frank Craddock kelihatan keluar dari jendela loteng. Bersusah payah ia turun dari pipa pembuangan air. Pria itu menyeberangi jalan dan bergegas meninggalkan tempat itu. Jadi, rupanya benar bahwa Frank Craddock mempunyai hubungan khusus dengan Lady Rosalie. Rupanya rumah Earl Ruxford itu dijadikan tempat pertemuan mereka. Cuma Craddock tidak tahu hari ini ada Lady Ruxford dan Lucy Grant di sana, sehingga ia diteriaki maling. Untung ia bisa kabur sebelum kedua orang itu sempat melihat wajahnya.
Hari itu cuaca bagus. Pesta perak raja dan permaisurinya sudah tiba. Agak siang nanti akan ada arak-arakan. Sersan Detektif Harry Bennett yang berpakaian preman ditemani Inspektur Calkin yang memakai seragam mengetuk Grosvenor Place no. 96. Pintu dibukakan oleh Henderson, pengurus rumah yang sudah Ianjut usia. Kedua orang tamu itu menunjukkan kartu mereka.
"Ada siapa di dalam, Pak?"
"Cuma istri saya dan saya."
"Saya dengar Lady Rosalie Carpender menginap di sini beberapa malam ini."
"Sekarang sudah tidak di sini."
Mereka menjelaskan bahwa mereka datang karena kemarin Lady Ruxford memergoki orang asing masuk. (Ketika Craddock masuk itu suami-istri Henderson sedang libur). Henderson menyatakan memerlukan izin dari Lady Ruxford dulu sebelum membiarkan polisi menyelidiki rumah, namun polisi berkata bahwa majikannya tidak mungkin dihubungi Henderson sekarang, sebab sedang sibuk mendampingi permaisuri. Ia mempersilakan Henderson menelepon Deputy Commander Roe saja di Scotland Yard.
Henderson menunjukkan juga ruang tempat kemarin pria asing dipergoki. Harry Bennett masuk dengan alasan mau mengambil sidik jari dalam usaha menangkap orang itu. Padahal tujuannya menunggu Craddock. Menurut suratnya kepada Craddock, yang "diintip" oleh polisi, Lady Rosalie akan datang pukul 09.30. Craddock memang mendapat cuti mulai pukul 09.00 hari itu.
Henderson dan istrinya dipersilakan menunggu arak-arakan yang akan lewat. Mereka memang sudah menyediakan kursi di balkon rumah itu. Calkin pergi meninggalkan mereka karena ada tugas lain.
Harry Bennett bersembunyi menunggu di kolong piano. Pukul 09.30 pintu ruangan itu dibuka. Seorang wanita dan seorang pria masuk sambil bercakap-cakap.
"Kau tidak tidur di sini semalam?"
"Tidak boleh oleh ibu, karena kemarin ada orang masuk kemari."
"Itu 'kan saya."
"Apa? Oh, Frank! Kamu hebat!"
Kemudian sunyi.
"Frank, saya ingin bertemu dengan kau sejak Alice meninggal. Saya rasanya lega sekali. Saya bersumpah tidak akan berhenti mencintaimu, sebab kau berbuat demikian demi aku."
"Berbuat apa?"
"Kau yang membunuh Alice, 'kan?"
"Membunuhnya? Saya tidak membunuhnya! Tidak ada orang yang membunuhnya. la jatuh dari tangga."
"Ibu saya bilang, Alice dibunuh. Katanya, ada detektif dari Scotland Yard yang memeriksa semua orang di istana."
"Wah, saya juga ditanyai. Saya bilang saya pergi menonton, padahal saya 'kan bersamamu. Saya takut juga ketahuan."
Kemudian Harry Bennett menjadi serba salah, karena kedua orang itu bermesraan.
Alice minta £ 100
Tahu-tahu pintu dibuka orang.
"Astaga!" suara marah seorang wanita.
"Keluar, Lucy!" suara Rosalie dengan sama marahnya, tetapi seperti mau menangis.
"Jangan sok memerintah, anak yang banyak menyusahkan! Anda yang mesti keluar dari sini."
Kedengaran suara Craddock. "Jangan sok berani berbicara begitu kepadanya."
"Tutup mulutmu, babi kotor! Kau mesti membuat perhitungan denganku. Janjimu tidak bisa dipercaya! Ayo, keluar, Nak (kepada Rosalie). Kalau tidak menurut, nanti Anda menyesal. Saya ingin berbicara dengan Frank."
Kedengaran suara langkah kaki dan pintu dibanting. Sesudah mengingatkan Craddock pada janjinya yang sering dilanggar untuk tidak menemui Lady Rosalie lagi, Lucy Grant menawarkan Craddock pergi ke Australia, Selandia Baru, atau Kanada. Pokoknya, tempat yang jauh dari Rosalie.
"Ini £ 92. Alice minta 100. Saya cuma punya sekian. Nih, sekarang bisa digunakan untuk hal yang lebih baik."
"Semua tabunganmu?" tanya Craddock berubah. "Saya tidak mau menerimanya."
"Kau harus pergi, Frank."
"Kau tidak bisa memaksa saya."
"Tidak dapat? Rasakan kau kalau saya bilang kau membunuh Alice Gill."
"Siapa bilang ia dibunuh?"
"Pokoknya, saya tahu ia dibunuh. Saya akan bilang, saya membuka pintu apartemen Selasa malam, lalu melihat kau menyelinap ke luar dengan ketakutan dari Perpustakaan Lama. Saya tunggu kau pergi, lalu saya ke perpustakaan untuk melihat apa yang kau perbuat. Di perpustakaan saya lihat Alice di lantai dengan kepala bekas dipukuli. Saya ketakutan sampai tidak berani berkata kepada siapa-siapa. Namun kini akan saya ceritakan supaya kau digantung."
"Saya tidak membunuhnya!"
"Siapa yang mau percaya? Sekarang, ambil uang ini dan pergi."
Craddock pergi. Tahu-tahu Lucy mengangkat kain penutup piano seraya berkata, "Sekarang Anda bisa keluar."
Henry Bennett terkejut. "Sejak kapan Anda tahu saya ada di sini?"
"Sejak saya memungut uang £ 5 yang terjatuh."
"Ketika itu Anda sadari, Anda sudah terlambat."
"Terlambat untuk apa?"
"Untuk menyelamatkan diri. Lucy Grant, Anda kini ditangkap dan saya harus mengingatkan Anda bahwa apa pun yang Anda katakan akan ...."
"Digunakan sebagai bukti dalam mengadili saya?" kata Lucy dengan senyum sedih yang skeptis.
"Tidak semudah itu," lanjutnya pula. "Saya tidak menyesal melakukannya. Itu satu-satunya jalan untuk menghadapi makhluk berbisa itu."
Hampir gagal gara-gara si mata keranjang
Ternyata hubungan Craddock dengan Rosalie sudah terjalin sejak dua tahun yang lalu, ketika Rosalie baru berumur 15 tahun. Rosalie berulang-ulang dipergoki berbuat tak senonoh dengan pelayan ganteng bernama Frank itu. Sia-sia saja Lucy mencoba memisahkan anak majikannya yang masih bersekolah dan bergelar itu dari sang pelayan tampan. Lucy minta kepada majikannya agar Frank dipindahkan ke istana dengan alasan Frank menggoda adiknya. Hal itu dilaksanakan. Kemudian Rosalie dikirim belajar ke Prancis, tetapi kembali lagi dan menjalin hubungan lagi dengan Frank.
Ketika Frank berpacaran dengan Alice, surat-surat Lady Rosalie jatuh ke tangah Alice dan wanita pelayan itu memeras Rosalie. Celakanya, Rosalie tidak punya uang dan Frank tidak tahu berapa dari surat Rosalie yang jatuh ke tangan Alice. Mula-mula Rosalie menggadaikan brosnya untuk memperoleh uang £ 50, supaya bisa menebus beberapa pucuk suratnya dari Alice yang menurut Alice akan disampaikan kepada Lady Ruxford.
Ternyata sebulan kemudian Alice minta uang lagi karena ia masih punya beberapa pucuk surat lagi.
Sekali ini ia meminta bayaran £ 100. Kalau tidak dituruti ia akan mengirimkan surat-surat itu ke koran kuning, supaya menjadi heboh dan orang tua Rosalie malu. Sekali ini Rosalie minta bantuan Lucy. Ia ingin meminjam uang Lucy, yang akan digantinya kalau ia sudah mendapat uang sendiri pada umur 18 tahun.
Lucy yang merasa diperlakukan sangat baik oleh Lady Ruxford tidak bisa membayangkan majikannya dipermalukan seperti itu. Ia tahu pemeras tak pernah puas. Ia juga khawatir akan masa depan Lord Swaine, adik laki-laki Rosalie, kalau skandal ini terungkap. Jadi ia menulis surat kepada Alice, memintanya datang Selasa / sore, membawa semua suratnya ke Perpustakaan Lama. Ia menjelaskan ia membawa uang yang diminta, tetapi uang itu harus diambil Alice di antara halaman buku The Life and Campaigns of Napoleon Bonaparte jilid 3 setelah pukul 19.30.
Lucy bersembunyi di belakang tirai sambil memegang tongkat polisi warisan ayahnya.
Hampir saja rencananya gagal, karena Lord Wittlesham membuntuti Alice. Alice yang ingin cepat-cepat mendapat uang mengusir sang bangsawan genit. Alice mengambil uang dan mengeluarkan dua surat untuk ditaruh di buku itu. Saat itulah Lucy keluar dan mengayunkan tongkatnya ke kepala si tukang peras. Karena khawatir sekali pukul tidak menewaskan, pukulan diulanginya tiga kali lagi. Lucy mengambil kembali uangnya dan dua surat yang dibawa Alice sebelum menyelinap ke luar sambil membawa serta senjata yang dipakai membunuh. Cepat-cepat digantinya pakaiannya yang terciprat darah untuk kemudian dicuci, lalu digeledahnya kamar Alice. Di koper ditemukan tiga surat lagi. Lima surat itu dipotongnya kecil-kecil, lalu dibuangnya ke lubang WC.
Lucy berpandangan sejenak dengan Bennett. Ketika itu di luar terdengar surat riuh rendah karena arak-arakan lewat. Lucy berkata, ia akan ke kamarnya dulu di tingkat atas.
Bennett mendengar dari pengeras suara. "Di kereta keenam duduk maharaja dari Chukapura dan Sir Wilfred Jennings, kepala rumah tangga istana, bersama dua orang dayang permaisuri, yaitu Marchioness of Wittlesham dan Countess of Ruxford." Setelah itu terdengar suara teriakan mengerikan yang menghantui Harry Bennett selama hidupnya.
Dalam Koran The Times tanggal 7 Mei 1935 terdapat berita kecil: Lucy Grant, 29 tahun, pelayan salah seorang dayang permaisuri, tewas terjatuh dari jendela kamarnya di Grosvenor Place, kediaman Earl of Ruxford, pada saat menonton arak-arakan Pesta Perak. Rupanya ia menjenguk terlalu jauh karena ingin melihat majikannya, Lady Ruxford, yang lewat dengan kereta keenam.
Catatan: Masyarakat baru mengetahui adanya pembunuhan itu setelah mantan Detektif Kepala Inspektur Harry Bennett meninggal tahun 1979.
* (T.E.B. Clarke)
" ["url"]=> string(76) "https://plus.intisari.grid.id/read/553256183/pembunuhan-di-istana-buckingham" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650993610000) } } }