array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3561078"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/11/11/surat-cinta-menguatkan-sangkaan_-20221111032922.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(148) "Seorang penyerang misterius menyerang Nicole dan keluarga, bahkan membakar rumahnya. Apakah Nicole selamat untuk menguak tabir misteri penyerangnya?"
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/11/11/surat-cinta-menguatkan-sangkaan_-20221111032922.jpg"
      ["title"]=>
      string(31) "Surat Cinta Menguatkan Sangkaan"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-11-11 15:29:50"
      ["content"]=>
      string(20894) "

Intisari Plus - Seorang penyerang misterius menyerang Nicole dan keluarga, bahkan membakar rumahnya. Apakah Nicole selamat untuk menguak tabir misteri penyerangnya?

-------------------

Pagi menjelang subuh, 4 Oktober 1995, Nicole Smith tampak berbaring di ruang tidur di rumahnya, Lorena Close 7, Hoppers, Victoria, Australia. Sebelumnya, ibu muda itu sempat dua kali terjaga untuk menyusui Adrian, bayinya yang baru berusia 10 minggu. Perempuan yang berusia 32 tahun itu tampak sangat kelelahan. Namun, di tengah serangan rasa penat, dia masih sempat mencium anak lelakinya dengan penuh kasih sayang. Sebuah ciuman yang sangat manis. Lalu dibaringkannya buah hati tersayang di buaian yang berada di ruang duduk.

Tak ada yang menyangka, beberapa saat kemudian di tempat tidurnya sendiri, Nicole mengalami tragedi mengerikan. Entah dari mana datangnya, seorang lelaki tiba-tiba menjejalinya dengan pakaian yang sudah dibasahi zat berbau menyengat, kemungkinan eter. Dalam kondisi setengah pulas, Nicole sulit mengenali lelaki itu. “Aku sempat terjaga, berusaha menendang dan meronta-ronta,” cerita Nicole. Namun, aroma bius membuat Nicole akhirnya kehilangan kesadaran. Sialnya, kejadian itu bukan akhir, tapi justru awal datangnya tragedi yang lebih besar.

 

Datangnya tamu istimewa

Setelah berhasil membuat Nicole pingsan, lelaki sadis itu langsung beranjak ke ruang duduk, menggendong Adrian yang menatap dengan mata mengantuk, kemudian meletakkan bayi tak bersalah itu persis di sebelah Nicole. Sejurus kemudian, blupp! Nyala api mulai merambah tempat tidur, sebelum akhirnya meluas dan menyebar ke bagian lain rumah istri Mark Smith itu. Nicole beruntung masih bisa menyelamatkan diri, walau dengan jari dan lengan terbakar sampai ke tulang dan sumsumnya, sehingga akhirnya harus diamputasi.

“Aku cuma tahu ada sesuatu yang menimpa tangan dan lututku. Aku juga merasa seperti ada benda kecil di dekatku,” cerita Nicole. Benda yang di kemudian hari disadarinya sebagai tubuh mungil Adrian. Alarm kebakaran sendiri baru berdering sekitar pukul 07.30 pagi. Para tetangga yang terbangun kaget setengah mati. Tetangga terdekatnya berusaha menyelamatkan Nicole yang kelihatan terbaring di patio. Rambutnya habis terbakar, lengan kanannya hangus, dan suaranya nyaris tak terdengar. “Bayiku. Bayiku masih ada di sana,” sebutnya lirih.

Dua kali tetangganya mencari Adrian tapi selalu gagal menemukan anak malang itu. Sampai akhirnya, ditemani Nicole, mereka memeriksa seisi rumah. Di kamar tidur, asap tebal dan tajam tampak menyelimuti ruangan. Sang tetangga yang melihat “titik terang” kemudian mengajak Nicole keluar, sebelum wanita tegar itu melihat dengan mata kepala sendiri bayinya hangus tergeletak di tempat tidur. Nicole segera dilarikan ke rumah sakit, didampingi suaminya yang terlihat terkejut. Orang tua Nicole, yang tahu Adrian tewas, datang dari Queensland untuk mendampingi putrinya.

Mereka harus pandai-pandai menyimpan rahasia karena Nicole tampak belum siap menerima kepergian Adrian. Ibu muda itu selalu bertanya, “Mana Adrian, mana anakku?” Seolah yakin betul, buah hatinya masih hidup. Toh tak ada rahasia yang bisa disimpan terus-menerus. Setelah operasi dan kondisi mental Nicole siap, kabar buruk itu terpaksa disampaikan. Saat itu, Nicole cuma bisa diam, karena memang tak ada lagi kata-kata yang bisa diucapkan. Dia minta keluarga dan tetangga mencarikan sehelai rambut Adrian untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.

Sampai saat itu, baik pihak keluarga maupun kepolisian masih belum punya gambaran jelas siapa lelaki yang tega membius Nicole dan membakar Adrian. Apalagi tak ada saksi mata yang melihat langsung kejadian itu. Di sisi lain, sosok Nicole, suaminya Mark Smith, dan anak mereka Adrian, mulai menjadi fokus pembicaraan warga kota.

Lahir dan tumbuh di Ipswich, Queensland, Nicole berumur 22 tahun dan sudah bekerja di sebuah pre-school saat berkenalan dengan Mark yang cerdas, tampan dan jangkung pada tahun 1990. Nicole percaya mereka saling menghargai satu sama lain. “Dia pria yang lemah lembut,” kenangnya. Tahun 1991, keduanya menikah, kemudian pindah ke Orlando, Florida, tempat Mark yang berdinas di Angkatan Udara Australia bertugas selama tiga tahun. “Ikatan kami sangat kuat,” tutur Nicole. “Sangat akrab dan selalu melakukan sesuatu yang istimewa pada hari jadi dan ulang tahun. Rencananya kami mau punya tiga anak,” tambahnya.

Tahun 1994, pasangan itu pindah ke Palm Bay, Florida. Karena lama tak mendapat momongan, Nicole berkonsultasi pada seorang endokrinolog yang menganjurkan meditasi untuk mengatasi problem pada kelenjar tiroidnya. Berhasil, tujuh bulan kemudian, Nicole betul-betul hamil. Dia bahagia luar biasa. “Aku sangat menginginkan bayi dan ingin cepat-cepat mengabarkan berita baik ini pada Mark. Dia pasti senang,” ingatnya ketika itu. Saat kandungan Nicole berusia tiga bulan, pasangan muda itu kembali ke Australia. Mereka tinggal di Hoppers Crossing, dekat Werribee, Victoria, tak jauh dari tempat Mark dipindah-tugaskan. 

Mark sendiri, sebelum lahirnya Adrian, tampak berusaha keras menjadi bapak yang baik. Dia cukup perhatian, rajin menemani Nicole ke dokter kandungan, dan selalu berada di sisi sang istri saat tenaganya dibutuhkan. Kebahagiaan Nicole kian lengkap ketika Adrian lahir. Bayi mungil berambut gelap dan bermata biru itu menjadi tamu istimewa yang sangat dinanti kehadirannya. “Dia mencintai kehidupan sejak lahir ke dunia,” tutur Nicole. “Dan dia memang dilahirkan untuk memberikan kegembiraan.”

 

Geledah teman selingkuh

Hampir tak ada petunjuk yang bisa menuntun polisi untuk mengungkap kasus terbunuhnya Adrian. Nicole, apalagi Adrian, nyaris tak punya musuh. Niat membakar mereka berdua hidup-hidup merupakan ide keji yang harus dilandasi motivasi sangat kuat. Sersan Andrew Bono, detektif yang ditugasi menyelidiki kasus ini, benar-benar dipaksa menghadapi benang kusut. “Bahkan di kamar tidur sekalipun, tak kami temukan jejak sama sekali,” bilang Bono. Namun benang kusut itu tetap harus diurai, bisiknya dalam hati. Langkah pertama Bono, tentu saja, menanyai orang terdekat Nicole.

Seminggu setelah kebakaran, Bono berbicara dengan Mark Smith. Menurut ayah Adrian ini, dia menerima dengan pasrah kematian Adrian. Peristiwa kebakaran itu dianggapnya sebagai sebuah kecelakaan tragis. Detektif berpengalaman itu mencatat adanya sedikit ketidaksesuaian antara cerita Smith saat itu dengan omongannya beberapa hari sebelumnya. Namun sulit menyimpulkan atau menduga-duga keterlibatan Mark. Bono juga memeriksa para tetangga serta menanyai kerabat dekat dan pihak-pihak yang kerap berhubungan dengan Nicole.

Motif, itulah yang terus dicari polisi asal Melbourne itu. “Seluruh kasus ini tidak saling berhubungan, tapi merupakan gabungan dari potongan kejadian pada saat yang bersamaan,” kata Bono setengah berteori. Titik terang mulai agak kelihatan ketika dia mencoba menggali informasi dari rekan-rekan kerja Mark Smith. Dari merekalah Bono mendapat nama Donna Wilkinson, warga negara Amerika yang konon salah satu kawan terdekat Mark.

Mark bertemu Donna Wilkinson saat bertugas ke Australia beberapa tahun silam. Gadis cantik berambut mekar itu sekretaris di divisi tempat Mark bekerja. Nicole sendiri pernah dua kali bertemu Donna di acara sosial. Penasaran, Bono menelusuri sejauh mana hubungan Mark dan Donna. Dia juga harus rela bolak-balik Australia - Amerika, berbagi informasi dengan FBI, serta mengumpulkan hal-hal kecil yang bisa dijadikan barang bukti. Teman-teman sejawatnya sampai mengingatkan agar Bono tidak terlalu terobsesi pada Mark. Bagaimana jika pembakar rumah Nicole ternyata bukan Smith?

Namun seperti biasanya Bono pantang mundur. Dalam penyelidikannya, Bono menemukan fakta, Mark pernah mentransfer uang senilai lebih dari AS $ 70.000 kepada Donna Smith juga membeli cincin pertunangan seharga AS $ 20.000 buat pasangan selingkuhnya itu. Setidaknya, hingga awal 1997, Bono sebenarnya mencurigai perselingkuhan Mark berada di balik percobaan pembunuhan terhadap Nicole. “Namun ia selalu menyangkal semuanya,” cerita sang polisi.

Maka, Januari 1998, Bono berangkat lagi ke Amerika Serikat. Dia bertekad mengantongi surat perintah polisi setempat untuk menggeledah rumah Donna Wilkinson. “Saya menemukan tagihan hubungan telepon internasional mereka, e-mail, kartu-kartu ucapan, dan surat-surat cinta. Smith menyebut Donna sebagai tunangan. Dia berjanji akan mengadopsi Melissa, anak Donna dari hubungan dengan lelaki lain, yang lahir beberapa bulan sebelum Adrian,” imbuh Bono. Pada sebuah kartu dari Melissa yang ditujukan kepada Mark terbaca: “Ayah tersayang, aku mencintai dan merindukanmu.”

Penemuan-penemuan itu berhasil menyeret Mark ke pengadilan. Namun, berbeda dengan Nicole yang harus menjalani dua hari pemeriksaan silang dengan tangis sedu-sedan, Mark Smith malah terlihat sangat tenang. Termasuk saat jaksa memutar kembali kaset video yang memperlihatkan Mark sedang menurunkan peti jenazah putranya ke liang lahat. Smith sama sekali tak menunjukkan emosi yang berlebihan. Penampilan itu semakin menguatkan dugaan, dia memang pembunuh sadis berdarah dingin. 

Ia juga selalu menyangkal bukti-bukti dan tuduhan jaksa. Untunglah, kerja keras Bono selama lima tahun akhirnya terbayar lunas, ketika Desember 2000, Mark John Smith resmi dijatuhi hukuman 26 tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi Victoria. Ia diyakini melakukan langsung pembakaran yang berakibat hilangnya nyawa Adrian serta merencanakan pembunuhan terhadap Nicole. Pacar gelapnya, Donna Wilkinson, menolak datang ke Australia untuk menghadiri sidang. “Tak ada kekuatan hukum yang bisa memaksanya datang. Donna selalu menyangkal keterlibatannya pada kasus ini,” jelas Andrew Bono.

 

Hampir mati terbakar

Tepatkah keputusan pengadilan menghukum Mark? Nicole sendiri, yang dihubungi Bono pascapersidangan, mengaku keputusan hakim itu tetap “sangat mengejutkan” buatnya. Keputusan yang menutup rapat pintu keraguan yang selama ini menyiksanya. “Aku terguncang saat mendengar berita itu dan menangis untuk anakku,” tuturnya lirih. “Paling tidak, akhirnya aku tahu yang sebenarnya. Jawaban atas semua keraguan dan pertanyaan yang selama ini tak terjawab.” Meski tentu saja, Nicole tetap tak habis pikir mengapa mantan suaminya itu lebih memilih membunuh anak-istrinya ketimbang menuntut cerai. 

“Hanya Mark yang tahu mengapa ia memilih jalan itu,” jawab Nicole, lebih pada dirinya sendiri. “Mark menyukai uang. Tampaknya masalah finansial ikut berada di balik semua kejadian ini. Kami tidak punya asuransi pribadi, tapi kami punya rumah dan seisinya serta dana pensiun Mark. Semua itu bernilai lebih dari AS $ 215.000,” duga Nicole. Namun yakinkah Nicole bahwa suaminya sendiri yang mendalangi semua peristiwa tragis ini? Bukankah di pengadilan Smith selalu menyangkal tuduhan jaksa dan bukti-bukti yang dikumpulkan polisi?

Betulkah Mark, pria tampan berumur 37 tahun itu, yang tega membungkuk di atas badan Nicole lalu dengan sadis menutup wajah istrinya sendiri dengan pakaian yang sudah dibasahi cairan bius mudah terbakar? Smith jugakah yang menyalakan aromaterapi bakar di samping tempat tidur dan mengatur posisi ibu dan anak itu sedemikian rupa sehingga bisa meninggal bersama-sama? Apakah Mark memang sekejam itu, membakar anak dan istri, lalu kabur dan pura-pura sangat terpukul ketika polisi memberitahukan “kabar buruk” itu padanya?

“Entahlah. Aku tak lagi berbicara dengan dia sejak Desember 1995. Aku menganggap semua sudah berakhir,” jawab Nicole bijak. Tak mudah mengorek informasi tentang Mark dari Nicole. Andrew Bono sendiri menggambarkan ibu muda nan tegar itu sebagai wanita luar biasa. Dia kehilangan begitu banyak hal tapi selalu berusaha keras memperoleh kembali kehidupannya yang hilang. Nicole bahkan tak pernah menaruh prasangka sedikit pun pada suaminya sampai Bono menyampaikan bukti-bukti keterlibatan orang yang sangat dicintainya itu. 

Itu sebabnya dia begitu lama bisa menerima kenyataan. Selama ini dia agak buta lantaran terlalu percaya pada kekuatan cinta dan kegembiraan mengurusi putra kesayangan. Dia baru bisa percaya dan membuka mata setelah merangkai kejadian-kejadian sebelum datangnya kematian Adrian. Nicole membuka album foto dan menunjukkan gambar yang diambil di rumah sakit, sehari setelah Adrian lahir. Mark Smith tampak sedang memandang bayinya tanpa ekspresi. Bahasa tubuhnya terkesan “dingin” dan “menjauh”. Sepulang dari rumah sakit bersalin, Mark pun berubah. Dia bahkan tak pernah mau membantu Nicole merawat Adrian.

“Ketika Adrian berumur lima minggu, tengah malam aku terbangun, setelah mencium bau gas yang sangat kuat,” lanjut Nicole. “Setelah diperiksa, ternyata ada beberapa lubang pada pipa yang terletak di atap. Aku tak punya gambaran bagaimana hal itu bisa terjadi,” kilas Nicole. Hampir dua pekan kemudian, Nicole ingat pula pernah dibangunkan suara lengkingan alarm kebakaran di dapur. “Aku sedang menyusui dan Adrian tampak gelisah. Mark setahuku tidur di ruangan terpisah,” tuturnya. Ketika Nicole ke dapur, ia melihat api berkobar dari tempat sampah menuju atap. 

Ketakutan, segera Nicole merenggut Adrian dari buaian di ruang duduk yang berjarak hanya lima meter dari kobaran api. Seraya mengawasi Mark yang dengan sigap menyiram lidah api dengan alat pemadam kebakaran. “Aku sendiri bingung mengapa kebakaran itu bisa terjadi. Itu sebabnya aku menyarankan Mark membawa tempat sampah itu ke dinas kebakaran untuk diperiksa, tapi ia menenangkanku. Sejak saat itu sebenarnya aku mulai gelisah. Tapi tak sedikit pun aku menaruh kecurigaan padanya. Dia ‘kan suamiku, teman terbaikku. Aku hanya tak bisa mengerti, mengapa hal-hal berbahaya itu bisa terjadi.”

 

Perangainya berubah

Buta paling parah yang dialami Nicole adalah ketika dia tak pernah mencium hubungan mesra suaminya dengan Donna Wilkinson. Tidak juga ketika Donna dihamili oleh “orang kantor” Mark dalam pesta mabuk-mabukan di tahun 1994. Anak perempuan Donna, Melissa, sudah berusia dua bulan ketika Nicole hendak melahirkan. Donna bahkan mengarang cerita bohong pada Nicole, mengaku telah menikah dengan seorang pria dari angkatan udara, saat berkunjung ke Australia di awal 1995 hanya untuk melahirkan di dekat Mark.

Nicole juga tidak tahu sama sekali, perjalanan dinas Smith ke Canberra ketika Adrian berumur enam minggu memungkinkan Smith menemui Donna dan menemaninya makan malam. Dua minggu setelah Smith kembali dari Canberra, obsesi pada kekasih Amerikanya itu makin subur. Mata lahir dan mata batin Smith mulai gelap sehingga tega menyusun berbagai rencana untuk menyingkirkan Nicole dan Adrian. Kebakaran di dapur yang membuat Nicole bingung terjadi hanya empat hari setelah Donna Wilkinson kembali ke Amerika Serikat.

Puncaknya, tiga minggu setelah kebakaran di dapur, Smith memainkan kartu trufnya, membakar Nicole dan Adrian di kamar tidur. Kebakaran yang memaksa Nicole meringkuk dua bulan di rumah sakit, menjalani 15 kali operasi termasuk operasi plastik untuk lengan palsu seharga AS $ 17.000 sumbangan warga Ipswich. Nicole pun harus membiasakan sendiri dan belajar menulis dengan tangan kiri.

Selama menanggung penderitaan itu, Nicole juga ingat, ia dirawat hanya oleh saudara-saudaranya. Mark sendiri sering menghilang, entah ke mana. Setelah peristiwa mengenaskan itu, tahu kalimat apa yang pertama diucapkan Mark pada Nicole? Dia cuma bilang, “Keadaanmu ternyata tak seburuk yang kupikirkan.” Tampaknya Mark memang benar-benar ingin melihat Nicole mati terbakar. Masih tidak menyadari hubungan khusus Mark dan kekasih gelapnya, kurang dari dua bulan setelah kebakaran dan masih berada di rumah sakit, Nicole mendapat musibah kedua.

Smith dengan dingin menyampaikan berita pengunduran dirinya dari angkatan udara sekaligus keinginannya meninggalkan keluarga yang telah mereka bina bertahun-tahun. “Padahal aku mencintainya, aku tak tahu mengapa dia melakukan ini padaku,” kata Nicole sambil menggeleng-gelengkan kepala. Smith bahkan mengosongkan rekening bersama mereka kemudian membeli tiket pesawat sekali jalan untuk memulai hidup baru di Amerika bersama Donna.

Bulan Maret 1996, Smith kembali ke Australia bersama Donna Wilkinson dan anak mereka, Melissa. Bulan berikutnya, bersamaan dengan rangkaian penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian, Smith dicekal ketika hendak kembali ke Amerika. Terpaksa, Donna dan Melissa pulang kampung tanpa Smith. Keputusan cekal itu membuat Mark dan Donna hanya bisa melakukan hubungan jarak jauh, meninggalkan banyak bon interlokal, yang dengan mudah ditemukan Sersan Bono saat menggeledah rumah Donna di Amerika tahun 1998. 

Saya juga ingat, “Kami tak pernah menangis bersama untuk Adrian. Kadang aku pikir ia sama sekali tidak berduka,” ujar Nicole, sembari memandangi foto Adrian yang sedang duduk manis sembari meniup-niupkan mulutnya. Foto yang selama ini menjadi salah satu “harta” paling berharga Nicole, selain sikat rambut Adrian dan sehelai rambut yang tersisa di sikat itu. Benda-benda tak ternilai itu disimpannya dalam kotak khusus yang selalu dibawa jika “terjadi kebakaran”. Nicole tak ingin “Adrian” hilang dan dimakan api untuk kedua kalinya.

Sampai hari ini, Nicole mengaku masih kerap bermimpi buruk, susah tidur, dan ketakutan jika mendengar alarm kebakaran. Untuk mengatasinya, ia banyak bermeditasi dan mencoba memikirkan hal-hal positif yang telah diberikan Adrian. “Dia hadiah istimewa untukku sepanjang hidup ini,” senyumnya. “Aku jadi lebih tegar, lebih mudah tersentuh, karena Adrian selalu bersamaku sepanjang waktu. Ia memegang tanganku saat aku membutuhkannya,” tutup wanita yang resmi bercerai dari Mark tahun 1997 itu.

Perubahan perangai Mark dan rangkaian peristiwa-peristiwa mencurigakan pascakelahiran Adrian tadi, membuat Nicole yakin, seyakin Bono, Mark memang telah berlaku kejam dan tak adil buat keluarganya sendiri. Keputusan pengadilan hanya bersifat menguatkan. Andai Nicole bisa lebih pintar mendiagnosis tanda-tanda mencurigakan itu, kejadiannya barangkali akan berbuntut lain. 

Penyesalan memang selalu datang belakangan. (Rahartati Bambang Haryo) 


Baca Juga: Cemburu Buta Mantan Menteri

 



" ["url"]=> string(76) "https://plus.intisari.grid.id/read/553561078/surat-cinta-menguatkan-sangkaan" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1668180590000) } } }