array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3517212"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/10/09/istri-polisi-vs-istri-polisi_pri-20221009072017.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(145) "Ignacio Garraus tergoda untuk berselingkuh dengan istri rekan sejawatnya. Saat ia ingin mengakhirinya, justru selingkuhannya menolak untuk putus."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/10/09/istri-polisi-vs-istri-polisi_pri-20221009072017.jpg"
      ["title"]=>
      string(28) "Istri Polisi VS Istri Polisi"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-10-09 19:21:06"
      ["content"]=>
      string(27592) "

Intisari Plus - Ignacio Garraus tergoda untuk berselingkuh dengan istri rekan sejawatnya. Saat ia ingin mengakhirinya, justru selingkuhannya menolak untuk putus.

-------------------

Ingat film Fatal Attaction yang dibintangi oleh Michael Douglass dan Glenn Close itu? Nah, aku mengalaminya. Bukan, bukan karena terilhami oleh film itu. Tapi justru setelah melalui kejadian pahit ini, aku teringat pada film itu. 

Semuanya bermula sekitar lima tahun lalu. Sebelumnya hidupku normal-normal saja seperti kebanyakan orang. Aku Ignacio Garraus, reserse di kota kecil Greeley, Colorado, Amerika Serikat. Aku bertemu dengan Heather Hodges saat kuliah. Cinta pada pandangan pertama. Pada 1991, kami menikah.

Aku menghidupi keluarga sebagai polisi yang harus bekerja keras dan kerap menghadapi bahaya. Namun aku sangat mencintai pekerjaan yang mendorongku tetap bersemangat membantu masyarakat ini.

Sejak awal, aku sadar Heather punya “pekerjaan” yang tak kalah berat: jadi istri polisi. la sering khawatir saat aku sedang bertugas sebagai reserse narkotika. Makanya aku tak pernah bilang padanya ketika harus melakukan transaksi narkotika untuk menjebak pengedar. Meskipun begitu, aku dan Heather hidup bahagia. Victoria, buah cinta kami, lahir di tahun keenam perkawinan. Sekilas, kami potret keluarga bahagia.

Heather memang orang yang menyenangkan. la selalu ramah pada siapa pun. Di awal 2003, ibu Heather meninggal karena kanker. Ini terjadi tak lama setelah ayahnya lebih dulu berpulang karena serangan jantung. Bagi Heather, kehilangan dua orang yang ia cintai sepanjang hidup dalam waktu berdekatan amatlah berat.

Sebagai suami, aku paham dan turut merasakan dukanya. Tapi dukanya yang berlarut-larut membuatku juga merasa berat. Heather sepertinya mulai terseret depresi dan serangan cemas yang makin menguat. Ia mulai menelan obat penenang. Cekcok oleh hal sepele mulai sering terjadi.

Sepulang kerja, hari-hari Heather diisi dengan makan, lalu masuk kamar tidur. Ia bekerja di suatu lembaga perkreditan setempat. Seandainya aku hanya berdiam di luar, baru esok paginya aku akan melihatnya lagi. Ini terjadi setahun penuh. Keintiman pun menghilang dalam perkawinan kami.

 

Berawal dari curhat

Aku merasa tak dicintai. Diabaikan dan marah. Kehidupan seks tinggal kenangan. Aku mencari seseorang yang lain. Yang lebih menarik. Seperti Michael Douglass dan Glenn Close dalam Fatal Attraction. Si pria beristri berhubungan intim dengan wanita lain. Namun itu ‘kan di film, sedangkan kami hidup di alam nyata.

Di sela-sela depresinya, nalar dan naluri Heather sebagai wanita dan istri tetap bekerja baik. Meski sedang tak penuh menjalankan fungsinya sebagai istri, Heather selalu memberiku peringatan yang tegas dan jelas.

“Jika kau mengkhianatiku, aku akan menceraikanmu!”

Sejauh itu aku masih merasa mengawini wanita yang tepat. Sampai akhirnya muncul Shawna Nelson, pengatur keberangkatan, yang biasa cuap-cuap di saluran polisi, mengontak para penegak hukum untuk memenuhi panggilan tugas.

Saat itu musim panas 2004. Aku masih menjaga agar jalan-jalan di Greeley aman, sementara di saat bersamaan aku menempatkan perkawinanku yang penuh cinta selama 12 tahun itu dalam bahaya. Heather terasa makin menjauh, dan kini aku sudah menemukan yang lain.

Seperti kebanyakan perselingkuhan masa kini, kami bertemu di tempat kerja. Semuanya diawali dengan curhat di Starbucks, Westlake. Dari persoalan rumah tangga sampai hal yang paling rahasia. Bahkan suatu malam, berbagi tanpa batas ini melebur menjadi keintiman. Kami melakukan langkah pertama ke turunan licin yang mudah membuat tergelincir.

Aku sadar ini kekeliruan. Ultimatum Heather pun selalu terngiang-ngiang. “Sekali saja kau mengkhianatiku, aku akan pergi dari sini!” Namun nyatanya, kenikmatan yang diberikan Shawna - ibu dua anak yang juga isteri Ken, perwira polisi setempat - bisa membuatku melupakan ultimatum Heather untuk sementara.

Sejauh ini, walaupun hubungan gelap ini terus membara, aku dan Shawna masih menjalani kehidupan yang normal. Maksudku, bagian kehidupan yang rahasia dari Shawna itu tetap tak terendus orang lain. Bagiku, hubungan gelap juga tak menyulitkan karena aku toh kerap kena giliran kerja malam. Sejauh ini Heather masih percaya penuh padaku.

 

Punya banyak selingkuhan

Aku dan Shawna berintim-intim seminggu sekali. Itu paling sedikit. Aku sadar ini salah, tapi tetap kulakukan juga. Aku tak bisa lari dari pilihan yang kubuat sendiri. Shawna adalah pengalaman selingkuhku yang pertama. Ini bisa terjadi karena Shawna jenis wanita pengejar. Kurasa, seluruh yang ia inginkan dariku adalah tidur denganku.

Yang penting, Shawna itu bersih, aman, dan nyaman. Sejauh naluriku sebagai polisi, aku tak mungkin keliru. Namun kali ini, ternyata aku keliru!

Kalau saja aku mendapat info lebih awal dari Jennifer Morrison, atasan Shawna, tentu ceritanya akan lain. Menurut Jennifer, Shawna cenderung punya banyak selingkuhan.

Hah!? Shawna adalah satu-satunya selingkuhanku, tapi aku hanya salah satu selingkuhan baginya. Edan!

“Ketika terlibat dengan seseorang, ia akan jadi begitu pencemburu. Memandang pasangan selingkuhannya sebagai ancaman bagi dirinya. Ia akan berusaha menyingkirkan pesaingnya itu.”

Saat pertama kali aku berterus terang pada Shawna untuk mengakhiri hubungan ini, ia tampak biasa saja. Namun Shawna kemudian melakukan tindakan luar biasa. Ia mulai menyerang lawannya, Heather.

Apa yang diceritakan Wendy Jones, iparku, serta Jayme Harris, sahabat Heather yang terkarib, membuat rasa bersalahku pada Heather kian besar. Seperti ketika mengejarku terang-terangan, Shawna pun tak meneror lawannya dengan sembunyi-sembunyi. Ia melakukannya di depan umum.

Heather sama sekali tak kenal Shawna. Tapi Shawna segera membayanginya seperti lalat. Ke mana-mana. Awalnya, Shawna hanya melakukan penghinaan lewat kata-kata.

“Paling tidak empat kali Shawna melecehkan Heather saat aku berbelanja bersamanya di pasar swalayan,” kisah Wendy. “Itu terjadi ketika Shawna juga di sana bersama sahabatnya, Michelle Moore.

Berarti, Michelle tahu perselingkuhanku dengan Shawna!

“Mereka berdua menunjuk-nunjuk Heather, menertawakan, dan memanggil-manggil namanya penuh penghinaan: ‘Sundal! Jalang!’”

Heather yang pada dasarnya ramah tak balik melabrak Shawna, yang terang-terangan berbuat keji padanya.

“Ia hanya bergumam, lebih pada dirinya sendiri, ‘Mengapa ini menimpaku? Aku tak pernah menyakiti orang lain’,” kisah Wendy.

Walau istri polisi, tak terpikir olehnya untuk mengadukan tindakan yang bisa dikenai pasal tidak menyenangkan itu secara resmi ke polisi

“Ya, mungkin ia salah orang. Yang sebenarnya ditujunya mungkin sangat mirip denganmu,” komentarku saat ia mengadu.

Shawna tentu saja kuajak bicara. 

“Sadar apa yang telah kau lakukan? Heather tak berdosa. Tak mengganggumu. Justru kita yang bersalah padanya. Jangan ganggu dia.”

Alih-alih malu dan merasa bersalah, Shawna menantangku, “Oh, maaf. Aku tak ingin bicara soal Putri Salju.”

Aku seperti bicara pada tebing. Memantul balik.

Apakah Heather mulai curiga padaku? la sih tak mengatakan apa-apa. Tapi, entahlah.

 

Dimata-matai terus 

Pada Jayme dan Wendy, Heather biasa bertelepon minimal dua kali sehari. Tapi untuk kasus yang satu ini, Heather tak pernah curhat apa-apa. Menurut Jayme dan Wendy kemudian, mereka pikir, Heather sebenarnya tahu dan merasa bahwa Shawna pasti punya hubungan khusus denganku. la hanya tak ingin memercayai hal ini.

Akhirnya, aku hanya bilang, Shawna tergila-gila padaku. Rasanya, Heather percaya.

Tiga bulan berlalu. Bukannya mereda, Shawna malah kian bersikeras bahwa akulah satu-satunya pria idaman lain baginya.

Reaksiku? “Hmmh, dengar ya. Aku tak ingin menghancurkan hidupku. Aku mencintai istriku. Maaf, aku mengecewakanmu.”

Saat itu aku menegaskan pada Shawna, bahwa hubungan kami sudah berakhir. Aku tak ingin menemuinya lagi. Tapi ia tak mudah menyerah. Persis seperti tokoh yang diperankan Glenn Close dalam Fatal Attraction, Shawna memainkan kartu trufku, bahwa Heather akan meninggalkanku begitu tahu aku mengkhianatinya.

“Jadilah anak baik, Ig,” katanya, “Aku takkan mengatakan apa-apa pada Heather. Turuti kata-kataku.”

Meskipun aku laki-laki dan juga polisi, ancaman ini membuatku tak berdaya. Seseorang yang ingin kusingkirkan dari kehidupan perkawinanku membuatku nyaris jadi gila. Pernah juga terpikir untuk balik menantang Shawna dengan mengatakan, “Aku akan berterus-terang pada Heather. Dan lihat apa yang akan terjadi.” Tapi keangkuhankulah yang lebih menuntunku untuk tak mengambil langkah luar biasa itu.

Greeley itu kota kecil, tapi bagiku saat itu jadi lebih kecil lagi karena tak ada celah untuk menghindar dari Shawna. la selalu tahu di mana bisa menemukanku selama masa tugas ataupun selewat jam kerja. Shawna sengaja berkendara melewati rumahku, mengecekku ada di rumah atau tidak hanya dengan melihat apakah mobilku parkir di depan rumah atau tidak.

Ya, apa pun yang kulakukan untuk lepas darinya, gagal total. Aku sudah mengubah semua nomor telepon dan alat komunikasiku. Tapi aku polisi yang mau tak mau saling berbagi nomor telepon, telepon genggam, dan pesan. Akhirnya, nomorku yang baru pun sampai ke Shawna.

 

Hamil dan hamil lagi

Sampai tibalah petir di siang bolong. la memberiku info lugas. 

“Aku hamil.” 

“Hamil? Kau ‘kan selalu menelan pil?” 

“Memang. Tapi aku tetap hamil.”

Kami sepakat untuk menggugurkan bayi itu.

Sementara itu, di tengah depresinya, dan gangguan tambahan yang sangat berarti dari Shawna, Heather mulai memberi perhatian lebih padaku.

“Kau lelah ya? Kau tampak terluka, tak bersemangat,” kata Heather berkali-kali.

“Tidak apa-apa. Hanya letih kerja,” jawabku juga setiap kali.

Kisah Wendy dan Jayme kemudian, Heather sebenarnya punya kecurigaan juga, tapi ia tak ingin meyakini bahwa mungkin aku memang sedang terlibat perselingkuhan. Semuanya jadi makin rumit. Gilanya, istriku percaya padaku, tetapi selingkuhanku justru sebaliknya. Shawna benar-benar melakukan pemerasan seks padaku. Jika aku menolak berhubungan seks dengannya, ia mengancam akan membeberkan pada Heather tentang perselingkuhan kami.

Perkawinan Shawna sendiri sedang di ujung tanduk. Juli 2005, tepat setahun perselingkuhanku dengannya, Shawna mengabadikan nama kekasih gelapnya itu di tungkainya!

“Kau punya suami yang kau temui begitu kau pulang. Aku punya istri juga di rumah, tapi kau menorehkan namaku di tungkaimu?”

Sebenarnya, tindakan Shawna adalah aba-aba kesekian kali agar aku, “Lari!”

Namun, ya, ini sial atau bodoh. Shawna hamil lagi untuk kedua kalinya, padahal ia tetap menelan pil. Masihkah bisa dipercaya bahwa ini kecelakaan? Shawna bersikukuh bilang, ia disiplin menelan pil KB-nya. Tapi ia melarangku untuk pakai kondom. Jadi, aku mau tak mau hanya bisa percaya padanya. Sekali lagi, ia yang menyetirku.

Jelas, karena terjadi untuk kedua kali, ia tak menelan pil. Ia sengaja hamil. Kali ini Shawna tak ingin menggugurkan kehamilannya. Ia mempertahankan anak dari aku.

Oh, aku hanya bisa terduduk sambil membayangkan sisa hidupku akan tersuruk di bawah kakinya.

Aku berandai-andai, walau Heather mengancam akan meninggalkanku, rasanya bila aku berterus terang telah selingkuh, melihat reaksinya menghadapi teror Shawna, ia satu-satunya yang justru akan mengunci rapat-rapat rahasia ini.

 

Terpaksa mengaku

Dari Jennifer Morrison kemudian aku tahu, bahwa Shawna membisikkan, ia benar-benar mencintaiku, lebih dari orang lain yang pernah berhubungan dengannya. Bahwa ia benar-benar ingin mendapatkanku. Pengalangnya hanyalah Heather.

“Shawna bilang ingin bergabung dengan klub menembak, belajar menembak dengan sasaran yang ia bayangkan sebagai Heather! Ia ingin melampiaskan rasa tertekan dan putus asanya pada Heather.”

Jennifer mendesah. “Astaga, wanita ini bersenjata dan tahu cara menggunakannya.”

Seperti di Fatal Attraction, Shawna menyalurkan amarahnya pada Heather.

“Shawna bilang padaku, bahwa Heather itu jelek dan jutek. Menjijikkan. Gembrot. Buruk rupa. Penuntut,” kisah Jennifer lagi.

Shawna terus membayang-bayangi aku maupun seluruh keluargaku. Entah bagaimana caranya, saat aku, Heather, dan Victoria makan di sebuah restoran, Shawna juga membawa seluruh keluarganya hanya beberapa meja dari kami. Jadi, sendiri atau bersama-sama, ia seperti telah memasang pelacak pada kami sekeluarga.

Gilanya, perselingkuhan kami tetap berlanjut. Shawna mulai mendokumentasikan aku. Aku dalam pakaian dinas, di mobil, saat menemui ayahku. Bahkan saat kami di ranjang. Sebuah montase foto di telepon genggamnya ia namai, kekasih. Aku, reserse yang sehari-hari melacak kriminal, kini jadi sasaran semacam detektif susila. Shawna.

Pada Maret 2006, Shawna melahirkan bayi lelaki sehat yang diberi nama Christian. Pada musim panas tahun itu, seorang wanita mendekati Heather di keramaian dan menyampaikan, Christian adalah anakku.

Kali itu, Heather yang selama ini tak mau percaya, begitu pulang dan menemuiku, langsung menanyakan hal itu. Aku pun menyangkalnya.

Akhirnya, Desember 2006 aku pecah di bawah tekanan. Heather terbangun tengah malam dan sadar, bahwa aku tak ada di rumah - menyelinap menemui panggilan Shawna yang tak bisa ditawar. Begitu aku pulang, Heather langsung bertanya. Kali itu aku tak lagi berbohong. Aku akhirnya membeberkan perselingkuhan kami.

“Tiga tahun ini aku berhubungan dengan Shawna dan punya seorang anak. Aku tahu ini keliru. Aku minta maaf. Tapi aku lega kau tahu. Kau selalu bilang, akan menceraikanku bila hal ini terjadi. Ya, aku telah melakukannya. Maafkan aku.”

 

Ternyata keliru

Heather jelas terpukul. Kecurigaannya selama ini terbukti. Tapi bagiku saat itu justru sebaliknya. Aku merasa lega luar biasa. Sebuah beban sangat berat terangkat dari bahuku. Shawna tak lagi menjadi ancaman yang mengungkungku. Aku merasa jadi laki-laki kembali dan bisa mengendalikan hidupku lagi.

Heather menepati janjinya. la meninggalkanku. Tapi hanya sehari. Kemudian ia kembali dan bilang, ia ingin menyelesaikan masalah ini.

“Ig, aku tahu kau mencintaiku. Aku pun mencintaimu. Tiada keraguan dalam hatiku bahwa kau mencintaiku.”

Oh, aku jadi lebih merasa takut, yang bahkan lebih kental dari rasa bersalah.

“Aku takkan menceraikanmu.” Kami menemui penasihat perkawinan dan membeberkan semua masalah kami. Aku merasa hidupku kembali.

Dengan Heather di sisiku, aku pun menelepon Shawna, menjelaskan bahwa Heather sudah tahu, mau memahami, dan menerimaku utuh seperti dulu.

Shawna tak mau menyerah. Ia segera mengirim ke telepon genggam Heather, gambar si bayi yang di bawahnya ditulisi, “Darah daging Ig.”

Itu baru permulaan. Berikutnya, “Kau tak punya hati.” Lagi, “Bila membaca ini, kau benar-benar sundal gila.”

Heather menanggapi dengan bilang padaku, “Kesetiaanku sirna. Aku mencintai dan percaya padamu tapi kau mengkhianatiku.”

Aku sempat berpikir, semuanya akan segera berakhir. Ternyata aku keliru. Heather benar-benar memaafkan aku. Aku pun ingin segalanya pulih seperti dulu. Secara teratur, aku menemui penasihat perkawinan dan benar-benar memutuskan hubungan dengan Shawna secepatnya. Ini ternyata menyulut kemarahan Shawna yang kontan menyemburkan pesan-pesan tertulis penuh celaan, bahkan pesan bersuara.

“Hanya agar kau tahu, aku akan menemui pengacara besok. Aku akan lakukan tes DNA, dan kau harus membayar tunjangan padaku tiap bulan. Kau pikir kau tak punya uang, sekarang kau benar-benar akan tak punya uang.”

Aku merangkul Heather dan Victoria menuju Florida melewati Natal 2006. Aku telah mendapatkan kembali istriku. Semuanya jadi milikku lagi. Aku telah mendapat kesempatan kedua dari seorang wanita yang benar-benar punya daya memahami luar biasa.

 

Heather dibunuh

Saat kembali ke Greeley pada Januari 2007, perkawinan kami lebih sehat, tapi Shawna masih membayangi. Kami memindahkan mobil yang biasa dikendarai Heather ke garasi, jaga-jaga kalau Shawna nekat menyayat bannya. Kami juga meminta pengacara kami untuk mengirim pesan pada Shawna agar menjauhi kami.

Semua pesan-pesan ancaman dan mengerikan dari Shawna pun tak pernah datang lagi. Aku ingat betul komentar Wendy saat itu, “Oh, tapi rasanya ini justru tak enak, Heather.” Seperti masa tenang sejenak sebelum badai.

Pada 16 Januari 2007, datang e-mail terakhir dari Shawna, “Aku benar-benar telah mati setelah segala yang terjadi. Aku berharap kau benar-benar baik dan bahagia. Kini hidupku tiap hari seperti di neraka.” Padahal, akulah yang hidup seperti di neraka itu sebenarnya.

Tanggal 23 Januari 2007 petang, Heather sedang dalam perjalanan pulang kerja saat tiba-tiba ia dihadang seseorang berjubah gelap dengan topeng Halloween hitam. Heather disuruh berlutut dengan ancaman pistol.

Si orang bertopeng mengatakan padanya, “Kau menghancurkan hidupku,” dan menembak kepala Heather dua kali.

Saat telepon berdering, aku ada di rumah. Aku meninggalkan Victoria di mobil polisi dan terbang menuju ruang pertolongan. Dokter menghentikanku di pintu. Aku tak pernah menemui Heather lagi.

“Heather sudah pergi, Heather sudah pergi.” 

Dari cara mereka menghentikanku di pintu, aku tahu bahwa mereka ingin aku tak melihat sesuatu.

Kini, aku harus menyampaikan pada putri kami yang berusia sembilan tahun. Aku pergi dan menarik Victoria dari mobil patroli. “Victoria, mommy meninggal.” Kami duduk di luar dalam dingin, menangis.

 

Bertemu di pengadilan

Pada saat kejadian, menurut seorang saksi mata, si penembak lari seperti seorang wanita. Seseorang menyarankan polisi untuk mencari Shawna Nelson. Sebuah pesan di radio diangkat oleh Ken, suami Shawna, yang juga polisi. Ken menghentikan istrinya dekat rumah mereka, sekitar 11 km dari TKP. Saat seorang perwira menahan Shawna, Ken tak ikut campur.

Shawna mengenakan baju hitam. Bertelanjang kaki, tapi sepasang sepatu dengan jejak DNAnya ditemukan di gundukan salju yang berjarak kurang dari 320 m dari Situ. Sebuah topeng Halloween ditemukan di bawah kursi truk yang ia kendarai. Polisi berpikir sang pembunuh sudah tertangkap.

Namun, jika seorang istri terbunuh, sang suamilah yang jadi tertuduh. Aku dan Shawna harus bertemu lagi. Kali ini di ruang pengadilan.

“Aku tak melakukannya. Aku akan terus berjuang,” kata Shawna lantang.

Februari 2008, pengadilan dibuka dengan pernyataan bahwa Shawna Nelson dituduh membunuh Heather Garraus, istri mantan kekasihnya. Shawna mengaku tak bersalah. Aku pun telah ditanyai polisi, tapi terbukti benar-benar bersih.

Pada saksi mata, jaksa penuntut menanyakan hal serupa. Jaksa Cliff Riedel dan Greg Lammons menanyai mantan karib Shawna, Michelle Moore yang biasa menemani Shawna saat meneror Heather di depan umum.

“Shawna benar-benar membenci Heather. la ingin menyingkirkannya.”

“Adakah keraguan padamu, bahwa Shawna itu benar-benar bermaksud demikian?”

“Tak ada keraguan.” 

Michelle mengubah ceritanya beberapa kali, tapi akhirnya mengakui membantu rencana pembunuhan. Menurut Cliff Riedel, jelas ini kasus “cinta yang ingin menguasai” dari Shawna Nelson pada Ignacio Garraus, yang berakhir fatal pada Heather Garraus. “Jadi dalam nalar praktis, ini sebuah fatal attraction.”

Shawna tetap bersikeras bahwa ia tak melakukan apa-apa pada Heather, tidak juga menembaknya. Ia menyatakan alibinya bahwa ia sedang menuju toko anggur ketika kejadian itu berlangsung.

 

Kamera ATM “bicara”

Saat menggeledah rumah Shawna, polisi menemukan bak mandi rendam terisi penuh air. Polisi menduga, ini disiapkan untuk membersihkan percikan darah usai penembakan. Shawna bersikeras bahwa orang lainlah yang memakai topeng itu. la tak pernah berniat menembak Heather.

Melihat kelakuannya selama ini, para juri tak mempercayai Shawna. Mereka hanya perlu lima jam untuk memutuskan bahwa Shawna dikenakan tuduhan pembunuhan tingkat pertama. Menurut Deb Smith, adik Shawna, sang kakak tak bersalah dalam pembunuhan ini, walau memang benar bahwa ia berkali-kali mengejar Heather.

Aku sendiri? Menurut jaksa, aku bukanlah korban. Heather yang tak melakukan sesuatu yang keliru, yang tak memiliki hubungan gelap, adalah satu-satunya orang tak bersalah dalam kasus ini.

Belakangan terbukti, pada malam penembakan itu Shawna mengenakan pakaian kotor milik suaminya. la mengendarai truknya menuju kantor tempat Heather bekerja. Kamera ATM merekamnya sesaat sebelum penembakan. Ketika selongsong peluru ditemukan, ternyata cocok dengan pistol suaminya. Shawna Nelson mungkin telah merencanakan lebih dari sekadar pembunuhan.

Jaksa Cliff Richard bisa membaca pikiran Shawna. Dengan mengendarai truk, mengenakan pakaian, topi, serta menggunakan pistol suaminya untuk membunuh istriku, semua tuduhan akan jatuh pada Ken, suaminya. Karena Heather mati, tinggal aku dan dia. Kami punya anak. Kami akan jadi keluarga bahagia. Benar-benar rencana keji!

Pengadilan menjatuhkan hukuman seumur hidup bagi Shawna Nelson. Michelle Moore dikenai hukuman sembilan tahun karena membantu rencana pembunuhan. Kedua suami - aku dan Ken - meninggalkan profesi kami sebagai penegak hukum.


Baca Juga: Gelang Emas Berinisial H

 

" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553517212/istri-polisi-vs-istri-polisi" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1665343266000) } } }