Intisari Plus - April 1968, Martin Luther King ditembak oleh orang tidak dikenal. FBI bekerja sama dengan berbagai kalangan selama berbulan-bulan untuk menangkap pelaku pembunuhan pemenang nobel itu.
----------
Siang itu, antara pukul 15.00-15.30, Bessie Brewer yang mengusahakan penginapan sederhana di Memphis kedatangan tamu. Pria itu berkulit putih, umurnya sekitar 35 tahun. Tinggi dan beratnya sedang.
“Saya ingin menyewa kamar yang rapi dan bersih,” katanya. la diantarkan ke kamar no. 8 di tingkat dua, yang terdapat lemari es dan peralatan masak. Ternyata ia ingin kamar yang lebih sederhana, sehingga diantarkan ke kamar no. 5B di bagian belakang. Di kamar itu, pria yang mengaku bernama John Willard itu menengok ke luar jendela. Di seberang jalan kelihatan balkon Lorraine Motel. Ia lantas menyatakan setuju dengan kamar itu.
Hari itu tanggal 4 April 1968. Sorenya, seorang penyewa kamar lain bernama Charles Stephens mendengar suara langkah orang dari kamar 5B menuju ke kamar mandi yang merupakan kamar mandi bersama untuk para penyewa kamar di tingkat itu. Kunjungan ke kamar mandi itu bukan terjadi cuma sekali saja, tetapi berulang-ulang. Sekali Stephens bermaksud mempergunakan kamar mandi itu, tetapi ternyata terkunci karena sedang dipakai.
Beberapa saat sebelum pukul 18.00, orang yang berada di kamar mandi itu membuka lipatan selimut dan mengambil senapan yang disembunyikannya di situ. Senapan itu diisinya dengan peluru-peluru dumdum, yang bisa membuat lubang 10 cm di daging manusia.
Pria itu masuk ke dalam bathtub dan membuka jendela kecil di atas bak tempat berendam itu. Lewat teleskop yang dipasang di senapannya, ia membidik ke arah balkon Lorraine Motel yang jaraknya hampir 80 m, lalu menarik picu sekali.
Pemenang Hadiah Nobel untuk perdamaian tahun 1964, Pendeta Martin Luther King, Jr. yang sedang berjalan-jalan mencari angin di balkon Lorraine Motel kena peluru dumdum di pangkal lehernya. Ia segera terjerembab ke lantai beton. Ambulans meraung-raung tidak lama kemudian untuk mengangkut tokoh berkulit hitam pembela hak-hak asasi manusia yang banyak dihormati itu ke Rumah Sakit St. Joseph. Di sana Martin Luther King, Jr. dinyatakan meninggal pukul 19.05.
Saat itu polisi Memphis sudah menelepon FBI Memphis yang dikepalai oleh Robert G. Jensen. Jensen menyampaikan informasi yang didapatnya ke markas besar FBI di Washington. Markas besar cepat-cepat memberi tahu Jaksa Agung Ramsey Clark dan Direktur FBI J. Edgar Hoover. Hoover segera memerintahkan pengusutan.
Charles Stephens, salah seorang penghuni kamar di penginapan Bessie Brewer, tentu saja termasuk orang yang ditanyai polisi maupun agen FBI. Menurut Stephens, begitu mendengar suara tembakan, ia segera membuka pintu kamarnya. Di lorong dilihatnya seorang pria berlari membawa bantalan kain yang cukup besar. Ia ingat bahwa beberapa jam sebelumnya ia melihat pria itu bersama Ny. Brewer. Pria itu sosoknya sedang, katanya. Umurnya mungkin 30-an dan memakai setelan jas berwarna gelap yang rapi.
Seorang penyewa kamar yang lain, William C. Anchutz, memberi keterangan bahwa ia sedang menonton TV di kamarnya ketika mendengar suara tembakan. Ia membuka pintu dan melihat seorang pria berlari sepanjang lorong ke arahnya. Pria itu membawa buntalan besar dan menutupi wajahnya dengan sebelah tangan.
Anchutz tidak curiga. Ia berkata, “Rasanya saya mendengar tembakan.”
“Ya, tembakan,” jawab orang itu.
Beberapa menit kemudian terdengar suara benda berat jatuh di luar Canipe Amusement Company, yang letaknya cuma beda beberapa rumah dari penginapan Brewer. Pemiliknya, Guy W. Canipe, dan dua pelanggan pergi ke luar untuk melihat apa yang terjadi. Mereka menemukan buntalan selimut di depan pintu masuk toko. Mereka juga melihat seorang pria berpakaian setelan warna gelap berjalan ke arah selatan. Tidak lama kemudian sebuah mobil putih, mungkin sebuah Mustang, lewat dari arah selatan menuju utara dengan kecepatan tinggi.
FBI memeriksa buntalan selimut itu. Isinya senapan Remington Gamemaster model 760, kaliber Springfield 30—06, yang dilengkapi teleskop dan sebuah tas biru yang memakai serotan.
Tas itu berisi alat-alat untuk berdandan seperti sisir dan sebagainya, sebuah celana dalam pria yang masih ada kartu binatunya, sebuah keker, dua kaleng bir dan kantung kertas dari York Arms Company bertanggal 4 April 1968.
Jensen segera mengirimkan buntalan itu dengan pesawat ke Washington supaya bisa diselidiki. Sementara itu semua kantor FBI diperintahkan lewat telepon untuk memprioritaskan penyidikan pembunuhan atas King. Berarti mereka semua harus bekerja 24 jam sehari menangani perkara itu.
Dilakukanlah pengecekan terhadap semua orang dan perkumpulan yang diketahui pernah melakukan kejahatan rasial maupun kejahatan lain, yang dianggap bisa ada hubungannya dengan pembunuhan atas King.
Untuk menembak rusa liar
Dalam waktu beberapa hari saja FBI sudah dapat melacak dari mana asalnya senapan, teleskop, teropong dan bahkan kaleng bir.
Senapan itu diketahui dibeli di Aero Marine Supply Company di Birmingham, Alabama. Tanggal 29 Maret, enam hari sebelum pembunuhan, seorang pria yang mengaku bernama Harvey Lowmyer, membeli sebuah senapan dan teleskop di sana. Tapi keesokan harinya ia menukarkan senapan itu dengan senapan lain yang lebih kuat, sebab katanya, akan ia pergunakan berburu rusa liar di Wisconsin. Senapan yang lebih kuat itu adalah yang ditemukan dalam selimut di muka Toko Canipe, sedangkan Lowmyer cocok dengan gambaran pria yang dicurigai membunuh King.
Kantung kertas dan bon dari York Arms Company membuat para agen mendatangi toko di Memphis itu. Diketahui pada hari King dibunuh, seorang pria membeli teropong kira-kira pukul 16.00 di sana dan gambaran tentang pria itu sama dengan gambaran yang sudah diperoleh FBI.
Dari kode di kaleng bir dan catatan distribusi pabriknya, diketahui bahwa bir itu dibeli di Southhaven Ninnow Shop, sebuah toko di Southhaven, Mississippi.
Karena senapan itu dibeli di Birmingham, maka agen-agen FBI memeriksa hotel-hotel dan motel-motel di kota itu. Diduga pria yang mengaku bernama John Willard di penginapan milik Brewer itu tanggal 3 April menginap semalam sebagai Eric Starvo Gait di Rebel Motel. Konon ia datang dengan sebuah Mustang yang berpelat nomor Alabama.
Di Birmingham itu juga diketahui Gait membeli Mustang putih keluaran tahun 1966 pada tanggal 29 Agustus 1967 dan pada bulan Oktober tahun itu juga Eric Starvo Gait mendapat SIM. Alamatnya waktu itu di 2608 Highland Avenue. Gambaran tentang dirinya di SIM itu mirip dengan John Willard.
Senang berdansa
Di Birmingham itu juga diketahui Gait membeli sebuah revolver kaliber 38 dan belajar berdansa di Continental Dance Club Studios. Menurut manajer sekolah dansa itu, Gait orangnya penuh semangat belajar.
Diketahui juga Gait pergi ke Meksiko dengan mobilnya untuk berlibur.
Sementara itu di Atlanta seorang wanita melihat sebuah Mustang seperti yang dicari oleh FBI. “Mobil itu diparkir dekat rumah saya sejak sehari setelah King ditembak,” katanya. Benar saja, memang itulah Mustang yang dimaksud dan ternyata terdaftar atas nama Eric Starvo Gait.
Stiker-stiker yang terpasang di sebelah dalam pintu menunjukkan mobil itu sudah diservis dua kali di daerah Los Angeles. FBI juga menemukan sobekan karton bekas tisu yang memuat alamat Anita Katzwinkel dan Ginger Nance, keduanya di Kalifornia. Jadi agen-agen FBI pun pergi ke Kalifornia.
Beberapa hari kemudian, agen khusus Bill Gunn di markas besar FBI di Washington mendapat laporan bahwa celana dalam yang ditemukan di tas yang dibuntal selimut menunjukkan pakaian itu pernah dicuci di Home Service Laundry and Dry Cleaning di Hollywood.
300 agen dikonsentrasikan untuk “menyisiri” daerah Los Angeles. Sekolah-sekolah dansa juga didatangi, sebab siapa tahu Gait ingin mengembangkan kesenangan menari di sini. Betul saja, ia pernah terdaftar di National Dance Studio di Los Angeles. Menurut manajer sekolah itu, Gait pernah menyatakan ingin belajar bartending, menjadi petugas yang mengurusi minuman di bar.
FBI mendatangi sekolah-sekolah bartending dan ternyata Gait memang pernah belajar dan lulus dari International School of Bartending. Sekolah itu mempunyai pasfoto Gait yang memang mirip dengan gambaran Lowmyer ataupun Willard.
Foto itu diperbanyak, lalu disebarkan ke media massa. Namun, pelacakan buntu sampai di sini.
Kartu no. 405,942G
Di Atlanta, tempat Mustang putih milik Gait ditemukan, FBI berhasil mendapat bukti bahwa Gait pada akhir Maret 1968 pernah tinggal di penginapan Jimmy Dalton Gardner. Dalam kamar yang pernah ia tinggali, manajer penginapan menemukan buku kecil Your Opportunities in Locksmithing (Kesempatan Anda Sebagai Pembuat Kunci) dan koleksi peta. Salah sebuah peta itu adalah peta Kota Atlanta. Rumah tempat tinggal Martin Luther King, Jr. dan markas besar Southern Christian Leadership Conference yang diketuai oleh King diberi lingkaran. Bon dari binatu menunjukkan pengambilan cucian pada tanggal 5 April, sehari setelah King dibunuh.
Seperti di Los Angeles, di Atlanta pun FBI menemui jalan buntu. Para ahli sidik jari FBI dengan tekun mencari sidik jari Gait dari peta. Yang mereka temukan cuma satu sidik dari satu jari. Pada masa itu FBI memiliki sidik jari dari 82 juta orang. Bagaimana mencari satu sidik jari Gait di sekian banyak sidik jari itu? Memang bisa, tetapi makan waktu dan tenaga. Jadi diputuskanlah untuk membatasi penyelidikan pada sidik jari para buronan saja. Itu pun berarti harus memeriksa 53.000 kartu.
24 jam lamanya suatu tim menekuni sidik jari. Akhirnya mereka menemukan kartu yang cocok dengan sidik jari di peta Gait, yaitu pada kartu no. 405,942G. Nama pada kartu itu menujukkan bahwa pemiliknya adalah James Earl Ray, yang lahir 10 Maret 1928 di Alton, Illinois.
Penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa Ray adalah buronan yang sering ditangkap dan diadili karena melakukan pelbagai macam kejahatan, mulai dari pemalsuan sampai perampokan bersenjata.
Sembunyi di kaleng roti
Kini FBI mencari Ray yang diketahui buron dari Missouri State Penitentiary pada tanggal 23 April 1967.
Ray berhasil minggat dari penjara di Jefferson City itu setelah menjalani 7 dari 20 tahun hukuman yang dijatuhkan kepadanya akibat merampok. Ia berhasil kabur dengan masuk ke kaleng roti yang sangat besar. Ia tahu kaleng roti itu akan dimasukkan ke truk untuk dikirim ke sebuah pertanian milik penjara. Dalam perjalanan ia keluar dari kaleng itu dan menghilang.
Keluarga Ray bisa ditemukan. Mereka diamat-amati dan juga ditanyai beberapa kali. Ayahnya dan saudara-saudaranya yang tujuh orang itu tidak tahu-menahu soal Ray yang sudah bertahun-tahun tidak berhubungan dengan mereka.
Para agen menanyai bekas guru-guru Ray dan juga bekas teman-teman sekolahnya. Mereka juga menghubungi rekan-rekan Ray dalam melakukan kejahatan serta para penjahat penjara. Dari hasil wawancara itu hanya diketahui bahwa James Earl Ray kacau hidupnya sejak kecil.
Masa kecilnya dilewatkan di tengah keluarganya yang berpindah-pindah sepanjang Sungai Mississippi. Mereka sangat miskin. Kadang-kadang mereka harus tinggal dalam pondok berlantai tanah. Sekolahnya tidak beres. la sering membolos dan menakut-nakuti teman-temannya. Umur 15 tahun ia tidak sekolah lagi.
Tahun 1946 ia masuk angkatan darat dan ditempatkan di Jerman yang baru kalah perang selama 30 bulan. Di ketentaraan kelakuannya tidak bertambah baik. Pernah ia dihukum kerja paksa selama tiga bulan karena mabuk-mabukan dan melawan waktu akan ditangkap. Kemudian ia dikeluarkan dari ketentaraan.
Ia tidak betah bekerja di sebuah pabrik di Chicago dan berubah profesi menjadi penjahat. Menurut catatan polisi, IQ—nya 105.
Karena keluarga Ray tidak memberi bantuan, J. Edgar Hoover, pemimpin FBI, meminta izin kepada Jaksa Agung Clark untuk menyadap telepon keluarga Ray dan menanamkan mikrofon di rumah mereka. Clark tidak menanggapi permintaan itu.
Malu apa obatnya?
Awal Mei 1967, jadi setahun sebelum peristiwa pembunuhan atas King, diketahui Ray bekerja sebagai pencuci piring dan pembantu koki di Winnetka, Illinois. Saat itu ia tinggal di Chicago dengan nama John L. Rayns.
Tanggal 14 Juli ia membeli sebuah Plymouth keluaran tahun 1962 di East St. Louis, Illinois. Keesokan harinya dengan Plymouth itu ia pergi menuju Montreal, Kanada. Di Montreal inilah untuk pertama kalinya ia memakai nama Eric Starvo Gait. Dengan nama itu ia menyewa apartemen untuk jangka waktu enam bulan. Ia mencoba meminta paspor Kanada, tetapi ditolak.
Walaupun menyewa apartemen untuk enam bulan, namun dua setengah bulan setelah tinggal di Kanada, Gait kembali ke Amerika Serikat. Ia sempat sesumbar kepada orang-orang dan gadis-gadis yang ditemuinya di bar bahwa ia mempunyai hubungan dengan tokoh dunia hitam yang berpengaruh, yang namanya “Raoul”.
Di AS, Gait menginap di Economy Rooms, Birmingham, dengan nama Eric S. Gait. Ia membayar kontan 1.995 dolar kepada William D. Paisley untuk sebuah Mustang putih keluaran tahun 1966. Ia pergi ke Meksiko, kemudian Los Angeles, tempat ia “berobat” beberapa kali kepada seorang sosiolog klinis bernama dr. Mark O Freeman. Ia mengaku pemalu dan ingin menanggulanginya supaya percaya diri dalam pergaulan. Ia juga belajar menghipnotis diri supaya bisa merasa santai, tidur nyenyak dan menguatkan daya ingatnya.
Bulan Desember ia bercerita kepada wanita-wanita yang ditemuinya di bar bahwa ia ingin pergi ke negara Afrika yang berada di bawah kekuasaan orang kulit putih. Ia menulis surat untuk meminta keterangan pada Konsulat Afrika Selatan di Washington. Ia memakai nama Eric S. Gait.
Tanggal 17 Maret 1968 Ray meninggalkan Los Angeles menuju New Orleans, lalu pergi ke Selma, Alabama tanggal 22 Maret dan pergi ke Atlanta tanggal 24 Maret. Di sini ia tinggal empat hari di penginapan Jimmy Dalton Gardner.
Dengan memakai nama Lowmyer ia membeli senapan dan teleskop di Birmingham, lalu kembali ke Atlanta untuk mencuci pakaian di binatu. Dari sana ia pergi ke Memphis untuk tinggal di Rebel Motor Hotel, tetapi keesokan harinya pindah ke penginapan Bessie Brewer. Ia membeli teropong di York Arms Company dan kembali ke penginapan kira-kira pukul 17.00, tanggal 4 April 1968 itu juga.
Setelah menembak King, ia membutuhkan waktu sekitar 45 detik untuk melewati lorong dan tangga menuju ke jalan. Di jalan ia berada sekitar 15 detik sebelum mencapai mobil Mustangnya. Ia menjatuhkan buntalannya di muka Canipe Amusement Company. Hal itu mengakibatkan saksi-saksi di rumah penginapan dan di Canipe bisa melihatnya.
Si Sneyd
Musim semi lewat dan musim panas menjelang. James Earl Ray tetap juga bebas. FBI ingat Ray pernah meminta paspor Kanada, tetapi tanpa hasil. Apakah ia memegang paspor Amerika lain selain atas nama Gait? Mungkinkah ia pergi ke Kanada lagi setelah membunuh King?
Diketahui 1,5 juta paspor dikeluarkan pemerintah AS sejak Ray kabur dari penjara. Memeriksa semuanya rasanya hampir mustahil, tetapi tetap harus dilakukan. Jadi 30 agen yang letaknya di seberang Gedung Putih ditugasi memeriksa formulir paspor baru. Supaya pemeriksaan itu bisa bersifat rahasia, mereka cuma bekerja malam hari.
Atase FBI di Kedubes Amerika di Kanada meminta agar Royal Canadian Mounted Police melakukan hal yang serupa. Beberapa jam setelah itu FBI juga mendapat keterangan bahwa polisi Meksiko pun akan memeriksa kumpulan surat permohonan paspor Meksiko di Mexico City.
Dua minggu berlalu, tetapi hasilnya belum ada. Tahu-tahu hari Sabtu, tanggal 1 Juni, pukul 15.00, seorang polisi Kanada melihat kesamaan foto Ray dengan foto di formulir atas nama Ramon George Sneyd. Ia minta penilaian teman-temannya dan semua sependapat dengannya.
Dua detektif Kanada pun mendatangi alamat yang tertera dalam formulir permohonan paspor itu. Ternyata alamat sebuah penginapan yang kurang begitu baik keadaannya di Toronto. Sneyd diketahui pernah berada selama empat minggu di Toronto dan formulir itu diajukan dengan perantaraan Kennedy Travel Agency di kota itu. Menurut laporan biro perjalanan itu, Sneyd membayar kontan 345 dolar Kanada untuk perjalanan pergi-pulang ke London dan kini sedang dalam perjalanan. Biro perjalanan itu mempunyai sidik jari Sneyd untuk keperluan membuat paspor. Sidik itu bersama foto Sneyd dikirim ke laboratorium FBI untuk diperiksa. Sejam setelah benda-benda itu tiba di laboratorium didapat kepastian bahwa Sneyd itu tidak lain dari Ray.
Ray yang mengadakan perjalanan dengan nama Sneyd diketahui memesan tempat di pesawat yang menuju London tanggal 6 Mei. Di London New Scotland Yard mendapatkan bahwa tiket kembali yang dimiliki oleh Sneyd ternyata ditukarkan dengan tiket ke Lisabon. Di ibu kota Portugal itu para pejabat imigrasi mendapatkan Sneyd tiba tanggal 7 Mei, tetapi sudah terbang kembali ke London tanggal 17 Mei.
New Scotland Yard mengeluarkan perintah untuk menahan Sneyd. Hari Sabtu, tanggal 8 Juni, Sneyd diciduk di bandara, ketika akan berangkat ke Brussels. Pukul 11.00 lewat sedikit pria itu ditanyai di Kantor Polisi Victorian Cannon Row.
Gelas yang mengungkapkan rahasia
Yard memerlukan sidik jari Sneyd tetapi untuk itu mereka memerlukan surat dari pengadilan. Artinya mereka perlu lama menunggu. Bagaimana caranya supaya sidik jari Sneyd bisa diperoleh dengan cepat? Sneyd diberi segelas air minum. Setelah gelas itu diletakkan kembali oleh Sneyd, diam-diam benda itu dibawa ke laboratorium Yard untuk diperiksa.
Sepuluh menit kemudian FBI di Washington mendapat telepon dari Yard. “Sidik jarinya cocok dengan milik Ray,” kata agen Yard. “Ia membawa revolver kaliber 38.”
Berakhirlah sudah pengejaran paling besar yang dilakukan bersama-sama oleh FBI, Scotland Yard dan Royal Canadian Mounted Police. Pengejaran itu melibatkan 3.014 agen, yang melakukan perjalanan sekitar 800.000 km dan menghabiskan uang 1,4 juta dolar.
James Earl Ray mengaku bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama atas Martin Luther King, Jr. Menurut pembelanya, Percy Foreman, Ray sendiri yang memutuskan mengaku bersalah, sebab ia insaf kalau tidak mengaku ia akan dihukum mati.
la dijatuhi hukuman penjara 99 tahun pada tanggal 10 Maret 1969 oleh Hakim W. Preston Battle di Pengadilan Kriminal Shelby County, Tennessee. Ray membunuh King karena prasangka rasial. Ia pernah bersumpah akan membunuh tokoh kulit hitam itu karena King melakukan demonstrasi-demonstrasi untuk mempertahankan hak-hak asasi manusia. King dan orang-orang kulit hitam dianggapnya cuma pembuat onar saja.
(Andrew Tully)
Baca Juga: Ketemu Tersangka Ketiga
" ["url"]=> string(69) "https://plus.intisari.grid.id/read/553726633/korbannya-pemenang-nobel" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1678774412000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3309337" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet_-20220603060917.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(145) "Sebuah bank telah dirampok. FBI yang bertugas melacak jejak mencermati saban renik yang bisa digali namun kasus makin berkembang tak bisa diduga." ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet_-20220603060917.jpg" ["title"]=> string(31) "Pintu Ruang Besi Bank Itu Macet" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 18:10:54" ["content"]=> string(22665) "
Intisari Plus - Sebuah bank di Kalifornia telah dirampok. FBI yang bertugas melacak jejak mencermati saban renik yang bisa digali. Rangkai demi rangkai petunjuk itu kemudian membuat kasus makin berkembang tak bisa diduga.
-------------------------
Laguna Niguel Bank adalah cabang dari United California Bank. Letaknya di Orange County, dekat Los Angeles di Kalifornia. Orange County merupakan tempat kediaman orang-orang kaya dan bank itu juga kaya. Laguna Niguel terdapat di sudut sebuah pusat pertokoan di 6 Monarch Bay.
Pintu depannya jauh dari jalan umum, sedangkan di bagian belakangnya ada jalan tempat truk barang bongkar muatan untuk toko-toko di bangunan yang sama.
Jauh di bawah jalan tempat truk itu tampaklah jalan bebas hambatan yang menyusuri pantai.
Pagi sampai sore Monarch Bay Shopping Plaza itu selalu ramai. Kira-kira 175 m dari bank itu ada sebuah restoran merangkap bar yang buka sampai malam, sehingga kendaraan yang lewat pusat pertokoan itu baru sepi kalau tengah malam sudah menjelang.
Pintu ruang besi macet
Hari Senin, 27 Maret 1972 pagi, para karyawan bank datang untuk bekerja seperti biasa. Sesaat sebelum bank buka, seorang karyawan memutar cakra angka kombinasi untuk membuka pintu ruang besi. Ternyata pintu itu bergeming. la mencoba lagi. Pintu tetap tidak membuka. Setelah tiga kali, ia melapor. Rekan-rekannya ikut mencoba. Semua sia-sia saja.
Manajer bank segera menelepon bank lain untuk menalangi dulu dana yang perlu mereka keluarkan. United California Bank Pusat diberi tahu dan seorang ahli kunci didatangkan.
Ahli kunci itu mencoba dengan segenap kemampuannya, tanpa hasil. Akhirnya, menjelang tengah hari ia menyerah. Pihak bank akhirnya memutuskan untuk masuk dengan menjebol atap ruang besi saja. Mereka tidak mau menjebol pintu, sebab para nasabah yang kebetulan datang ke kantor akan melihat adanya ketidakberesan pada pintu yang penting itu.
Sang pandai besi pun naik ke atap dan merangkak di para-para untuk mengecek keadaan. Sebelum tiba di atas ruang besi ia sudah merasa was-was, karena didapatinya bongkahan-bongkahan beton, karung-karung yang rusak dan potongan-potongan logam. Tahu-tahu di hadapannya menganga lubang buatan manusia.
Dari lubang itu ia mengintip ke dalam. Dilihatnya laci-laci tempat menyimpan barang berharga yang sudah kosong di antara puing-puing bekas atap yang jebol.
Cepat-cepat ia merangkak turun lagi untuk melaporkan temuannya. Saat itu sudah pukul 15.45. Polisi dan FBI segera dihubungi. Setelah memeriksa karung-karung yang rusak, agen-agen FBI menemukan sumbat dinamit yang dipakai membuat lubang di atap ruang besi itu.
Ditemukan pula sebuah kipas angin untuk mengisap udara potongan-potongan bor yang patah dan tangga. Tangga itu ternyata curian dari Gereja Baptis, yang letaknya tidak jauh dari sana.
Regu penyidik dengan cermat dan hati-hati memilih, mengakurkan, dan menginventarisasi benda yang acak-acakan di dalam ruang besi. Isinya dimasukkan ke dalam drum-drum.
Empat hari setelah perampokan bank itu diketahui beberapa kupon dari surat obligasi yang dicuri dari bank itu diuangkan di sebuah bank di New Orleans. Jejak berakhir sampai di situ saja.
Kemudian pihak berwajib menanyai para pelanggan, karyawan, pengantar barang, dan orang-orang lain yang sering pergi ke pusat pertokoan itu. Apakah mereka mendengar atau melihat sesuatu yang tidak biasa pada akhir minggu?
Para pelanggan bar ada yang ingat bahwa mereka mendengar sesuatu, tetapi saat itu mereka tidak menaruh perhatian. Para penyewa kotak tempat menyimpan barang berharga di ruang besi itu pun ditanyai.
Sebagian dari mereka ingat dengan pasti apa saja yang mereka simpan di kotak yang mereka sewa. Namun ada juga yang tidak ingat, bahkan menolak menjawab. Pejabat-pejabat keamanan menduga mereka takut kekayaan mereka yang sebenarnya diketahui oleh kantor pajak.
Ada seorang wanita yang mempunyai kebiasaan mencatat nomor-nomor seri dari sebagian uangnya, umpamanya saja uang yang didapat dalam suatu liburan yang penuh kenang-kenangan. la mengusulkan agar pihak berwajib mengutip nomor-nomor uangnya yang hilang itu. Siapa tahu ada gunanya.
Dibantu komputer
Tanggal 4 Mei, enam minggu setelah perampokan itu, sebuah bank di Lordstown, Ohio, yang jaraknya lebih dari 3.000 km dari Orange County, dirampok. Cara yang dipakai perampok sama seperti di Laguna Niguel. Bank yang kena rampok itu namanya Second National Bank of Warren, cabang Lordstown. Kerugian yang diderita ditaksir AS $ 430.000.
FBI menyangka ini pasti dilakukan oleh komplotan yang sama dengan yang merampok di Laguna Niguel. Di sini pun perampok tidak meninggalkan sidik jari maupun benda-benda lain yang bisa dijadikan kunci ke arah mereka. Sejak peristiwa Laguna Niguel, FBI sudah menyusun daftar orang yang dicurigai.
Daftar itu meliputi nama-nama penjahat yang berasal dari daerah Chicago, Kansas City, can Cleveland. Kini semua perusahaan penerbangan besar diminta memanfaatkan komputer mereka untuk memberi tahu kalau nama-nama dalam daftar itu ada yang sama dengan nama penumpang pesawat mereka ke Los Angeles beberapa minggu sebelum perampokan.
Komputer dari United Airlines (yang merupakan perusahaan penerbangan utama yang melayani jalur antara Cleveland dan Pantai Barat) segera memberi tahu. Pada mereka bukan hanya ada satu nama yang cocok dengan daftar dari FBI, tetapi empat nama.
Keempat-empatnya naik di Cleveland, tanggal 15 Maret, menuju Los Angeles. Mereka adalah A. Dinsio (seorang perampok bank ulung), C. Mulligan, P. Christopher, dan H. Barber. United Airlines menambahkan bahwa tanggal 23 Maret seorang bernama J. Dinsio terbang dari Cleveland menuju Los Angeles.
Kemudian di Los Angeles International Airport, seorang agen FBI mendapat keterangan dari seorang pengemudi taksi. Katanya, pengemudi itu pernah mengangkut beberapa pria sekaligus dari bandara ke sebuah alamat di South Gates tidak lama setelah pesawat United Airlines flight #73 mendarat tanggal 15 Maret.
Dari foto yang diperlihatkan kepadanya, sopir taksi itu mengenali Amil Dinsio dan Charles Mulligan sebagai dua di antara penumpang yang diangkutnya. Alamat yang disebutkannya di South Gates itu ternyata rumah adik perempuan Amil Dinsio. Wanita itu tinggal bersama suaminya dan anak mereka, Ronald Barber.
Agen FBI tidak mau menanyai keluarga itu dulu. Mereka malah menanyai motel-motel sekitar tempat itu untuk menemukan di mana pria-pria yang dicurigai itu menginap pada saat berada di Kalifornia.
Pemilik Jubilee Motor Inn, Jack Cherniss, menyatakan pernah menerima tamu bernama Tuan dan Ny. A. Dinsio dari Poland, Ohio, dan Tuan Charles Mulligan dari Poland, Ohio pula. Namun menurut catatannya, mereka bukan menginap tanggal 15 Maret dan seterusnya, tetapi pertengahan Februari sampai awal Maret 1972.
Dari catatan motel diketahui Dinsio menelepon dari kamarnya ke sebuah nomor di Tustin, Kalifornia. Nomor itu ternyata milik seseorang bernama Earl Dawson, bekas penduduk Youngstown, Ohio.
Sidik jari di piring kotor
Awal Juni seorang agen FBI yang mencari-cari keterangan pada Bond Realty Company mengenai rumah-rumah yang disewakan ternyata mendapat keterangan bahwa Ronald Lee Barber membayar kontan ongkos sewa sebuah apartemen dekat Lapangan Golf El Niguel, yang bisa mulai ditempati tanggal 6 Maret dan berakhir sewanya awal Juni.
Letak apartemen itu tidak sampai 2 km dari Laguna Niguel Bank. Agen itu meminta surat izin menggeledah, lalu apartemen itu diperiksa dengan teliti.
Semua sidik jari sudah dihapus. Rupanya bekas penghuni lupa memijat tombol mesin pencuci piring. Piring kotor masih bertumpuk di tempat itu dan di piring-piring itu polisi menemukan sidik jari lima orang.
Lima orang itu ialah Amil Dinsio, James Dinsio (saudaranya), Charles Mulligan (ipar Amil), Phillip Christopher, dan Harry Barber (keponakan Dinsio dan saudara Ronald).
Tanggal 31 Mei, Ronald Barber dan ibunya mendapat panggilan tertulis untuk menghadap juri agung federal di Pengadilan Los Angeles.
Sehari kemudian agen FBI mendatangi rumah Earl Dawson di Tustin. Dawson adalah orang yang ditelepon oleh Amil Dinsio dari kamarnya ketika Dinsio menginap di Jubilee Motor Inn. Dawson tidak ada di rumah. Kata para tetangga, mungkin sedang ada di bar.
Sebelum tengah hari Dawson sudah bisa ditemui di sebuah rumah minum. Agen FBI tidak tahu, Dawson ini anggota komplotan atau bukan. Jadi, dengan hati-hati ia diminta pulang ke ramahnya untuk berbicara dengan agen FBI.
Ketika ditanyai perihal Charles Mulligan dan perampokan di Laguna Niguel, Dawson jadi gemetar. Ia kenal Mulligan. Temannya itu beberapa kali berkunjung ke rumahnya pada bulan Februari dan Maret. Mulligan juga meninggalkan sebuah Oldsmobile di garasi Dawson. Namun, ia tidak tahu-menahu urusan perampokan bank.
Oldsmobile? FBI menanyai lebih jauh dan Dawson menceritakan apa yang diketahuinya. Bulan Februari ia kedatangan Charles Mulligan, seorang teman yang dulu dikenalnya sejak dua puluh tahun yang lalu di Youngstown. Mereka bersekolah bersama-sama dan masuk AU bersama-sama pula.
Setelah empat tahun di AU, Dawson pindah ke AL, sedangkan Chuck (panggilan bagi Charles Mulligan) mencari jalan sendiri. Dawson tidak tahu Mulligan keluar-masuk penjara dan kemudian menjadi tukang cukur.
Tanggal 20 Februari Mulligan menelepon Dawson yang tinggal di Tustin, Kalifornia. Kedua orang yang sudah lama tidak bertemu itu mengobrol. Dawson menceritakan kariernya di AL, pernikahannya, dan bahwa ia pensiun pada tahun 1971.
Mereka berjanji akan bertemu sejam kemudian di Lynwood Motel. Di situ kedua orang itu minum-minum di bar, lalu kembali ke rumah Dawson. Dawson mengantar temannya ke Jubilee dan mereka minum lagi di bar sampai lewat tengah malam, lalu Dawson pulang. Selama tiga minggu berikutnya mereka masih sering bertemu.
Tanggal 9 atau 10 Maret, Mulligan keluar dari Jubilee. Ia menitipkan Oldsmobile-nya pada Dawson selama tiga minggu. Dawson menyuruh mobil itu diparkir di tepi jalan, tetapi Mulligan memaksa agar mobil itu disimpan di garasi. Dawson akhirnya setuju. Menurut Mulligan, ia akan kembali ke Ohio.
Dawson menyatakan ia sama sekali tidak tahu-menahu dengan perampokan bank yang dilakukan oleh temannya itu. Untuk membuktikannya ia mau membantu FBI. Telepon berdering. Ternyata Charles Mulligan menelepon Dawson.
Ia sedang berada di Chicago. Katanya, ia akan tiba beberapa jam lagi untuk mengambil Oldsmobile yang dititipkannya. Suaranya gugup. Mungkin ia ketakutan, karena mengetahui Ronald Barber dipanggil ke pengadilan.
Mulligan berkata kepada Dawson, kemungkinan ia diikuti, tetapi akan berusaha mengecoh orang-orang yang membuntutinya. Selama percakapan itu agen FBI dipersilakan oleh Dawson untuk ikut mendengarkan.
"Di mana kita akan bertemu?" tanya Mulligan. Akhirnya dipilih sebuah bar di dekat rumah Dawson, Walnut Room.
Bubuk cabai untuk mengenyahkan anjing
Setelah percakapan selesai, agen FBI mulai percaya Dawson memang tidak ikut merampok. Agen itu cepat-cepat menelepon ke kantornya untuk minta izin menggeledah Oldsmobile di garasi Dawson. Surat perintah penggeledahan ditandatangani pukul 20.00, dan sekelompok agen khusus segera membuka mobil.
Di balik karpet yang menutupi lantai mobil, ternyata ada tempat berisi peralatan maling, radio dua arah, senapan, alat pengatur oksigen, sarung tangan kerja berwarna coklat, dan juga bubuk cabai untuk membuat anjing pelacak segan mengendus-endus. Ditemukan juga tiga uang emas yang masih terbungkus dalam plastik pelindungnya.
Benda-benda yang ditemukan daftarnya sampai 4 halaman ketik. Amil Dinsio yang hati-hati itu rupanya lupa menyeka batu baterai dalam lampu senter yang ditaruh di mobil itu. Di situ dengan jelas tertera satu set sidik jarinya.
Pada saat sejumlah detektif menggeledah mobil itu, sejumlah detektif lain dan wakil sheriff pergi ke Walnut Room. Mereka duduk-duduk santai di tempat yang strategis di rumah minum itu. Dawson duduk di bar.
Sesaat sebelum pukul 23.00 Mulligan masuk. Ia duduk di sebelah Dawson dan bertanya apakah tempat itu aman atau mencurigakan.
Mereka bercakap-cakap, lalu Mulligan menanyakan kalau-kalau ada danau di dekat tempat itu. Ia ingin membuang sejumlah peralatan. Mula-mula Dawson berlagak pilon, tetapi kemudian ia mendapat kesempatan untuk bertanya.
"Chuck, memang kau ikut menggondol AS $ 2 juta dari Laguna Niguel itu?"
"Ah, kau 'kan tahu, bukan AS $ 2 juta, tapi AS $ 5 juta."
"Kau kemanakan benda sebanyak itu?"
"Ya, kalau dijadikan duit 'kan cuma jadi 13–18% dari nilai sebenarnya."
"Berapa orang yang ikut?"
"Enam tambah dua."
Lewat tengah malam, Dawson mengajak Mulligan menginap di rumahnya. Baru saja melangkah ke luar dari tempat itu, Mulligan diciduk.
Celakanya, penangkapannya bocor dan ramai disiarkan koran-koran, sehingga Harry Barber
sempat kabur, dan baru tertangkap 8 tahun kemudian. Rekan-rekannya tidak seberuntung itu. Ronald Barber cuma sempat bersembunyi sampai tanggal 15 Januari 1973. FBI menemukannya di sebuah apartemen di Rochester, New York.
Philip Christopher, Amil Dinsio, dan James Dinsio mengira tidak cukup bukti untuk menghukum mereka. Jadi, mereka tinggal di rumah. Mereka tidak tahu sidik jari mereka ditemukan di piring bekas makan di apartemen sewaan.
Anak kecil menemukan gepokan uang
Tanggal 20 Juni 1972, agen-agen FBI mendekati apartemen Christopher dengan hati-hati. Mereka khawatir maling kawakan itu menembak. Seorang wanita muda (wanita yang hidup bersama Christopher), menyatakan Christopher tidak ada di rumah.
la sedang mengantar anaknya ke sekolah. Namun, para agen tidak percaya. Apartemen itu digeledah. Christopher dijumpai di kamarnya, cuma memakai celana piyama.
Di lemari pakaiannya dijumpai kantung plastik seperti yang dipakai di Laguna Niguel. Di dalamnya ada beberapa gepok uang dolar AS yang masih dilipat pita kertas. Beberapa bahkan memakai stempel kasir Second National Bank cabang Lordstown, Warren.
Jumlah uang yang ditemukan di situ AS $ 32.420. Beberapa uang lima dolaran yang tidak termasuk dalam gepokan ternyata sama nomor serinya dengan uang yang dicatat oleh wanita nasabah Laguna Niguel.
Christopher disuruh memakai celana, lalu diangkut ke kantor polisi.
Lima hari kemudian, tanggal 26 Juni, seorang anak laki-laki yang sedang menggali tanah ternyata menemukan sebuah kotak plastik di seberang tempat kediaman Amil Dinsio di Boardman, Ohio. Di dalamnya ada uang sebanyak AS $ 98.600.
Keesokan harinya Amil Dinsio diciduk di rumahnya. Di sakunya ada uang AS $ 537. Rumahnya digeledah. Di situ ditemukan mata uang perak yang dicuri dari Laguna Niguel dan uang lembaran 20 dolar, yang secara positif dikenali berasal dari bank itu.
Beberapa bulan kemudian di Boardman, agen FBI menemukan kupon berisi surat-surat berharga senilai AS $ 2,6 juta. Sebelumnya seorang pekerja bangunan menemukan surat-surat berharga senilai hampir AS $ 1 juta di tanah kosong dekat Laguna Niguel. Jadi, hasil rampokan yang berhasil ditemukan lagi hampir AS $ 4 juta.
James Dinsio, saudara Amil, tertangkap bulan Februari 1973. Mereka baru diadili pada bulan September, karena banyaknya informasi yang harus disortir dan dikatalogkan.
Minta foto sebuah kamar hotel
Sebelum diadili, di penjara Los Angeles County, Dinsio bersahabat dengan seorang maling lain yang sedang menjalani hukuman setahun penjara, Richard Arthur Gabriel. Amil Dinsio "mengajari" pelbagai cara perampokan bank yang pernah dilakukannya.
la juga mengaku merampok Laguna Niguel. Diceritakannya bagaimana caranya ia membungkamkan bel, melumpuhkan alarm ruang besi, dan meledakkan ruang besi supaya ada lubang untuk masuk.
Secara mendetail dijelaskannya bagaimana mereka mempergunakan radio untuk memonitor kegiatan polisi dan menyembunyikan peralatan mereka di mobil Mulligan.
Sebagai imbalan ia minta tolong. Gabriel disuruh membujuk pemilik sebuah apartemen atau motel yang mau menuliskan dalam buku catatannya bahwa Amil Dinsio terdaftar sebagai penginap di apartemen atau motel itu pada saat perampokan terjadi.
Selain itu Gabriel diminta mencarikan seorang wanita yang mau bersumpah bahwa ia berada bersama Dinsio pada saat itu. Sebagai upah, Dinsio akan memberi Gabriel surat-surat berharga senilai AS $ 20.000 yang bisa diuangkan.
Karena merasa tugas itu besar risikonya (atau mungkin juga ia ingin mengambil hati pihak yang berwenang agar dibebaskan), Gabriel tidak melaksanakan pesanan-pesanan Dinsio. Sebaliknya, lewat perantara ia minta bertemu dengan seorang agen FBI.
FBI ingin mendengar informasi dari Gabriel, tetapi mereka bisa diserang pembela Dinsio kelak. Jadi, mereka mengatur agar kemungkinan itu jangan sampai terjadi. Mereka meminta Gabriel jangan mengajukan pertanyaan apa-apa pada Dinsio, tetapi bersikap sebagai penerima informasi saja.
Tanggal 14 Agustus Richard Gabriel dilepaskan dari penjara dan tidak lama kemudian Amil Dinsio dibebaskan dengan jaminan AS $ 250.000. Jaminan itu diberikan oleh keluarganya yang mempergunakan realestat pribadi sebagai tanggungan.
Gabriel meyakinkan Amil Dinsio bahwa ia sanggup melaksanakan keinginan kawannya itu untuk membuat alibi. Ia memberi Amil suatu nomor telepon. Amil diminta menelepon orang itu yang dikatakan berada di Frontier Hotel, Las Vegas. Dalam pembicaraan telepon orang itu menyanggupi membuat alibi untuk Amil.
Setelah berunding mengenai jumlah imbalan, Amil minta foto kamar yang dimaksudkan dari luar dan dalam, ia juga ingin tahu siapa saja para penghibur di hotel itu pada saat ia dikatakan menginap di sana. Ia juga tidak lupa menanyakan rupa tirai di kamar mandi. Kalau ditanyai pengadilan kelak, ia akan bisa menjawabnya.
Amil Dinsio tidak tahu ia ditipu. Orang yang diteleponnya itu agen FBI dan pembicaraan mereka direkam.
Gabriel sementara itu tetap berhubungan dengan Amil. Ia mendengar Amil bermaksud membunuh Earl Dawson supaya tidak bisa memberi kesaksian. Gabriel memberitahu hal itu kepada FBI. Penjagaan dilakukan terhadap Dawson dan istrinya. Ternyata tidak terjadi apa-apa.
Dalam persidangan Earl Dawson diserang gencar oleh pembela. Namun, ketika Richard Gabriel diajukan, pembela mati langkah. Tanggal 20 November 1972 Amil Dinsio, Charles Mulligan, dan Philip Christopher masing-masing dijatuhi hukuman penjara 20 tahun.
James Dinsio dan Ronald Barber diadili secara terpisah, masing-masing menerima hukuman 5 dan 10 tahun penjara. Harry Barber setelah menjadi buronan selama 8 tahun, akhirnya ditangkap di Brookville, Pennsylvania, tanggal 12 Mei 1980.
(Robert R. Rosberg)
" ["url"]=> string(76) "https://plus.intisari.grid.id/read/553309337/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654279854000) } } }