array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3835275"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/08/04/80-kisah-jenius-penjahat-edward-20230804052746.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(143) "Seorang ahli bahasa menciptakan bahasa universal. Akan tetapi nasib sang ahli bahasa ini berubah total karena terlibat dalam serangkaian kasus."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/08/04/80-kisah-jenius-penjahat-edward-20230804052746.jpg"
      ["title"]=>
      string(36) "Kisah Jenius Penjahat Edward Rulloff"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-08-04 17:27:54"
      ["content"]=>
      string(26469) "

Intisari Plus - Seorang ahli bahasa, Edward Rulloff menciptakan bahasa universal di pertemuan ahli-ahli bahasa di New York. Akan tetapi nasib sang ahli bahasa ini berubah total karena terlibat dalam serangkaian kasus.

----------

Bulan Juli tanggal 17 tahun 1869 di New York berlangsung sebuah pertemuan ahli-ahli bahasa. Seorang peserta tampil di atas mimbar, membacakan risalah yang mengusulkan suatu bahasa universal, perlu ditambahkan bahwa di waktu itu belum lahir bahasa Esperanto.

Bahasa universal ciptaan Edward Rulloff (demikian nama peserta seminar linguistik tersebut) dengan perbendaharaan kata-katanya yang mudah diingat dan diambil dari bahasa Latin dan berbagai bahasa Eropa serta Asia, mendapat sambutan hangat dari para hadirin. Barangkali bahasa universal Rulloff itu dapat menjadi populer seandainya tidak terjadi peristiwa berikut ini pada tanggal 21 Agustus tahun 1870.

Ketika itu gudang firma Halbert di Binghamton kemasukan pencuri. Sebelum sempat mengikat tumpukan kain sutra yang menggunduk di gudang, para pencuri telah kepergok oleh dua pegawai Burrows dan Mirrick, yang kebetulan tidur di situ. Terjadi perkelahian yang berakhir dengan matinya Mirrick karena tembakan pistol dan terlukanya Burrows. Tapi yang terakhir ini masih bisa berteriak-teriak minta tolong.

Polisi Binghamton segera datang, tapi para pencuri telah kabur. Daerah sekitar diselidiki. Hari berikutnya ditemukan dua mayat yang terapung di sebuah sungai. Surat-surat yang ditemukan di dalam kantong pakaian, menunjukkan bahwa kedua almarhum itu masing-masing bernama Dexter dan Jarvis. Kedua-duanya mati akibat tembakan pistol yang juga menamatkan hidup Mirrick.

Mereka pencurinya? Sebuah sepatu yang ditemukan di halaman gudang firma Halbert, yaitu sepatu kiri, tak cocok dengan kaki Dexter yang mayatnya tak bersepatu lagi. Dalam sepatu kiri itu ditemukan segumpal kapas yang disumbatkan pada tempat ibu jari kaki. Dexter dan Jarvis adalah sahabat akrab Edward Rulloff dan mempunyai sesuatu usaha, entah apa dengannya.

Edward Rulloff dipanggil ke markas polisi untuk dimintai keterangan. Tapi dia menyatakan tidak tahu menahu tentang pencurian di firma Halbert. Rulloff pun dapat mengajukan alibi yang sangat meyakinkan tentang kegiatannya pada malam terjadinya peristiwa.

Polisi sudah siap mempersilahkan Rulloff meninggalkan markas, ketika datang seorang tamu, yaitu hakim Balcolm dari Tompkins County. Dan Balcolm segera mengenali Rulloff. Sebab dialah yang mengetahui sidang pengadilan dan menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada Rulloff karena menculik Harriet istrinya sendiri, kira-kira seperempat abad sebelumnya.

Polisi teringat pada sepatu kiri yang ditemukan di halaman gudang firma Halbert. Rulloff diminta mencopot sepatu kirinya. Ternyata kaki kiri Rulloff tak mempunyai ibu jari. Dan kaki itu pas sekali dengan sepatu barang bukti pencurian.

Rupanya Rulloff sendirilah yang membunuh Dexter dan Jarvis untuk menghilangkan jejak-jejak kejahatannya. Tapi bagaimanapun juga dalam sidang pengadilan dia terbukti sebagai pembunuh Mirrick, pegawai firma Halbert. Edward Rulloff menjalani hukuman gantung pada tanggal 3 Mei 1872.

Ahli bahasa, pencuri, pembunuh, perayu wanita tampaknya sebutan-sebutan itu sukar didapati pada satu orang yang sama. Tapi kesemuanya itu belum menggambarkan Edward Rulloff dengan sempurna. Dia pernah menjadi guru, kurator museum, pendeta, bahkan mengaku dirinya seorang dokter. Riwayat hidupnya merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa yang mirip sebuah cerita khayalan saja.

Data-data tentang asal usul dan masa kecilnya tidak tercatat. Yang jelas pada tahun 1843, pada usia 23 tahun, dia bekerja sebagai tukang gali.

Pada suatu hari ketika Rulloff sedang menggali sebuah parit, seorang kepala sekolah menengah putri tergelincir ke dalam galiannya. Mr. Jenkins  demikian nama orang itu berdiri sambil menggerutu: “Buset, sungguh buset”. Kontan Rulloff yang menyaksikan kecelakaan kecil ini menegurnya: “Kalau tuan mengutip Shakespeare, mengapa tak tuan teruskan? Bukankah pujangga itu dalam Troilus dan Cressida menulis: Buset, buset wanita itu. Matanya, pipinya, bibirnya berbicara. Bahkan kakinya sekalipun, kegairahan memancar dari tiap persendian dan garis-garis tubuh.

Mr. Jenkins tertegun melihat tukang gali parit yang pandai mengutip Shakespeare itu. Bertanyalah ia mengapa Rulloff melakukan pekerjaan kasar sedangkan ia terpelajar. Jawab Rulloff, ia dulu belajar di Eropa. Sekembalinya ke Amerika tak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya karena ijazahnya tak diakui.

Pernyataan Rulloff mengesan pada Jenkins yang segera memintanya datang di sekolahnya untuk dapat menanyainya lebih lanjut. Dan Rulloff berhasil meyakinkan kepala sekolah itu bahwa ia bisa mengajar ilmu hayat, ilmu tumbuh-tumbuhan kimia, kesusastraan Inggris, Yunani, Perancis dan Jerman,

Pada saat itu juga Mr. Jenkins memutuskan untuk menerima Rulloff sebagai guru di sekolahnya. Tak diketahuinya bahwa penggali parit itu seorang autodidak yang mengumpulkan berbagai macam ilmu pengetahuan ketika ia meringkuk di beberapa penjara di Kanada karena melakukan berbagai kejahatan: menipu, melakukan pemalsuan dan menodai paling sedikit 6 orang wanita.

Menyuruh seseorang seperti Rulloff mengajar gadis-gadis remaja tak bedanya dengan melepaskan seekor musang dalam kandang ayam. Rulloff bukan orang yang tampan. Perawakannya pendek, tubuhnya gemuk, dadanya bidang, kepalanya luar biasa besar, matanya yang bundar berwarna biru jernih, dagu dan rahangnya kokoh, ditumbuhi sedikit janggut kecoklat-coklatan.

Walaupun sifat-sifat lahiriahnya tak menarik, namun Rulloff mempesona gadis-gadis muridnya karena kepribadiannya penuh kejantanan. Lagi cerdas, jenaka dan pandai bicara. Banyak murid jatuh hati padanya. Dan Rulloff tak segan-segan melayani dan mencemari mereka. Sampai akhirnya ia terpaksa memperistri seorang muridnya, gadis umur 18 tahun bernama Harriet Skutt yang mengandung akibat hubungan dengan Rulloff.

Tadinya orang tua Harriet tak suka pada calon menantunya. Tapi Rulloff berhasil mengubah sikap bermusuhan itu dengan mengeluarkan sebuah ijazah yang menyatakan bahwa ia seorang dokter. Berkat kelihaiannya, Rulloff dapat memperoleh pengakuan dari pihak berwajib atas ijazah palsu itu. Ia berhehti mengajar dan bersama istrinya pindah ke Lansing, sebuah tempat kecil dekat New York untuk buka praktik di sana. Dokter gadungan itu mendapat sukses besar di kalangan rakyat desa yang berduyun-duyun membanjiri praktiknya.

Pada suatu hari kakak iparnya, William Schutt memanggilnya karena istrinya, Mabel, sakit. Pergilah Rulloff kerumah William Schutt di Ithaca. Di mana singgah kira-kira seminggu. Sebagai seorang dokter ia mencurahkan perhatian nya kepada Ny. Schutt sedangkan sebagai seorang lelaki ia memusatkan minatnya kepada seorang gadis molek bernama Susan, pembantu rumah tangga William Schutt.

Tetapi, malang. Pada suatu hari, Mabel yang sudah agak sembuh, memberanikan diri keluar dari kamarnya dan memergok Rulloff sedang bercintaan dengan Susan di kamar pelayan ini. Seketika itu juga Mabel mengambil tindakan. Susan diusirnya. Dan kepada Rulloff ia berkata: “Begitu dapat menulis, akan kuceritakan semua itu kepada Harriet!”.

“Ah, Mabel, jangan kau anggap terlalu serius”, kata Rulloff. “Dan kamu tak boleh marah-marah, agar cepat sembuh. Kembalilah tidur. Nanti kuberi obat penenang”.

Mabel menurut, menelan obat pemberian Rulloff dan tak pernah bangun lagi. Sang dokter menyatakan bahwa Mabel meninggal akibat serangan jantung. Semuanya berlalu tanpa terjadi sesuatu kehebohan. Rulloff pulang ke rumahnya. Tak lama kemudian, bulan April tahun 1845, Harriet, istrinya, melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Dorothy. 

Rulloff kecewa bahwa anaknya tidak laki-laki. Sementara itu ia telah bosan dengan praktiknya sebagai dokter dan ingin menikmati warisan Harriet dari pihak neneknya. Dengan modal itu ia ingin melakukan penyelidikan asal-usul bahasa India di Amerika, yang menurut dugaannya mempunyai hubungan dengan bahasa Mesir Kuno.

Harriet menentang niat suaminya untuk menukarkan praktik yang laku sebagai dokter dengan suatu penyelidikan yang tak menghasilkan uang. Rulloff menyerah, tapi ia lantas cuti selama beberapa minggu, untuk bisa tinggal di tengah-tengah suku India di tepi telaga Cayuga. Di sana jatuh hati pada seorang gadis India. Tapi yang terakhir ini, karena beragama Katolik, tak mau bergaul dengan Rulloff yang diketahuinya telah beristri.

Kembalilah Rulloff di tengah keluarganya. Tak lama kemudian pada suatu hari ia meminjam sebuah kereta dan kuda penarik dari seorang tetangga petani bernama Robinson. Ia minta pula Robinson membantunya mengangkut dan menaikkan sebuah peti besar dan berat katanya berisi pakaian ke dalam kereta itu. Waktu itu rumah Rulloff kosong. Kepada Robinson ia mengatakan bahwa Harriet sedang pergi menjenguk pamannya di Mott’s Corners dengan membawa anaknya “Harriet dan Dorothy di sana beberapa bulan. Ini semua pakaian dan barang-barang untuk mereka”, demikian kata Rulloff sebelum pergi naik kendaraan pinjaman itu.

Beberapa hari kemudian kakak Harriet, William Schutt, mampir di rumah Rulloff yang kosong itu. Ketika mendengar dari Robinson dimana Harriet berada menurut keterangan Rulloff, William Schutt terkejut, “Harriet tak punya paman di Mott's Corners”, katanya.

Segera Schutt melapor kepada polisi.

Rulloff dicari dan ditemukan di pinggir telaga Cayuga dengan kendaraan dan kuda pinjamannya. Peti masih berada dalam kereta, tapi telah kosong. Rulloff ditahan berdasarkan sangkaan telah membunuh istri dan anaknya, kemudian menceburkan mayat mereka ke dalam telaga.

Perkaranya disidangkan dalam bulan Januari tahun 1846. Tapi karena mayat Harriet dan anaknya tak ditemukan, Rulloff hanya dituduh menculik mereka. Di depan sidang pengadilan Rulloff menyajikan cerita yang tak jelas. Katanya Harriet meninggalkan dia dengan membawa anaknya, Dorothy, dan pergi entah ke mana. Juri memutuskan Rulloff bersalah. Dan hakim Balcolm yang mengetuai sidang, menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara.

Selama menjalani hukuman di penjara Auburn, Rulloff berkelakuan baik. Ia diserahi mengurus perpustakaan penjara, banyak membaca di samping mengajar rekan-rekan narapidana. Tahun 1856 keluar dari penjara, tapi tak lama kemudian ditangkap lagi.

Sebab selama Rulloff di penjara, polisi tak tinggal diam dan berhasil mengetahui bahwa seorang lelaki yang menurut laporan mirip sekali dengan Rulloff, pada tahun 1845 sekitar waktu, hilangnya Harriet dan anaknya, dengan berkendaraan kereta datang di Geneva Medical College untuk menjual dua mayat yang satu mayat seorang wanita muda sedangkan lainnya mayat seorang bayi perempuan.

Kedua mayat itu tentu saja sudah lama tiada lagi. Setelah dipotong-potong sebagai bahan pelajaran anatomi, dikuburkan dalam pemakaman tak bernama. Tapi polisi mempunyai dugaan kuat bahwa mereka itu adalah Harriet dan Dorothy.

Di depan hakim kali ini Rulloff membela diri dengan menggunakan hasil-hasil sidang pengadilan yang memeriksa perkaranya 10 tahun yang lalu. Pada waktu itu, katanya, pengadilan mengambil kesimpulan bahwa ia menculik istrinya.

Ini berarti terdapat petunjuk-petunjuk positif bahwa ketika itu istrinya masih hidup. Tapi mengapa kini ia dituduh membunuh istrinya. Pembelaan diri Rulloff begitu meyakinkan hingga tuduhan bahwa ia membunuh Harriet, ditarik kembali. Tetapi ia tetap dianggap bersalah telah membunuh Dorothy, anaknya sendiri. Hukuman gantung dijatuhkan.

Dalam penjara di Ithaca, Rulloff menulis permohonan naik banding. Pembelaan dirinya cukup cemerlang. Tapi lolosnya Rulloff dari penjara karena sebab lain.

Kepala penjara Ithaca, Jacob Jarvis, mempunyai seorang anak laki2 bernama Albert. Pemuda umur 18 tahun ini oleh ayahnya dipekerjakan di penjara sebagai juru kunci. Albert hanya berpendidikan sekolah menengah. Melihat kepandaian Rulloff yang ahli dalam berbagai ilmu, timbul gagasan pada Jacob Jarvis untuk menyuruhnya mengajar bahasa-bahasa, ilmu pengetahuan sosial dan filsafat kepada Albert. Bukankah ini kesibukan yang baik bagi Rulloff sementara menunggu pelaksanaan hukuman gantung?

Dengan senang hati Rulloff memenuhi permintaan itu. Ia mencurahkan segala pengetahuannya kepada Albert Jarvis, tak terkecuali filsafat hidupnya yang menjunjung tinggi kenikmatan diatas segala-galanya. Rulloff berhasil membujuk Albert untuk memberinya wanita dan minuman keras, disamping mengusahakan kesempatan agar ia dapat lari dari penjara.

Dengan giatnya Albert Jarvis memasukkan ke dalam penjara gadis-gadis Ithaca yang “membahayakan kesusilaan masyarakat”. Jika ayahnya, Jacob jarvis sedang pergi, Albert dan gurunya menyelenggarakan pestapora dengan gadis-gadis dan minuman keras yang melimpah.

Sementara itu saat pelaksanaan hukuman gantung atas diri Rulloff makin mendekat, sedangkan reaksi atas permohonannya naik banding belum datang. Maks Rulloff mendesak Albert agar segera memberinya kesempatan lolos dari penjara. Ini terjadi pada tanggal 4 Mei 1857, Albert pura-pura lupa mengunci sel Rulloff, lupa pula menggerendel pintu gerbang tapi tak lupa menyediakan kuda berpelana di suatu tempat yang sepi, tak jauh dari penjara.

Rulloff melarikan diri ke daerah Pennsylvania. Disana ia muncul sebagai Profesor James Nelson, “bekas maha guru Universitas Paris" dan melamar pekerjaan pada Allegheny College, Meadville. Rektor Perguruan Tinggi itu, Dr. Barker, sangat terkesan oleh kualitas-kualitas James Nelson sebagai seorang sarjana. Tapi karena tak ada lowongan ia menasehatkan kepada sang profesor untuk menghubungi Dr. A.B. Richmond yang mempunyai museum kulit-kulit binatang kerang. Dan profesor James Nelson diterima sebagai kurator museum Dr. Richmond itu.

Dalam waktu singkat Rulloff telah berhasil menguasai conchologi (pengetahuan tentang kerang-kerang). Sekilas pandang ia dapat membedakan taenioglossa dan platypoda dari kerang-kerang jenis tectibrankhia, sekalipun banyak ahli hanya dengan susah payah dapat mengenali perbedaan-perbedaannya.

Di samping itu di kota Meadville prof. James Nelson pandai pula mengenali mana gadis-gadis yang mudah diajak bermain cinta. Sekali lagi Rulloff berkubang dalam kehidupan seks liar, sampai salah seorang gadis yang digaulinya, Betty Pryor, mengandung. Prof. Nelson berjanji akan menikahinya. Tapi sebuah peristiwa menyebabkan rencana perkawinan itu batal.

Dalam waktu yang singkat kota Meadville dilanda serentetan pencurian besarkan di malam hari. Sebuah toko emas mendapat giliran pertama. Menyusul kemudian sebuah perusahaan pegadaian. Giliran ketiga menimpa sebuah bank. Sehubungan dengan pencu rian terakhir ini di dekat almari besi yang dibongkar, ditemukan benda milik pencuri: beberapa lembar kertas berisi catatan-catatan tentang ilmu kerang. Dengan sendiri nya polisi mencurigai kurator museum Dr. Richmond. Tetapi sang kurator terhormat, Prof. James Nelson alias Rulloff telah kabur. Ketika itu bulan Januari 1858, ditengah-tengah musim dingin.

Menjelang awal Februari Rulloff yang kini menggunakan nama lain, John Calkins, berjalan sempoyongan masuk James town di New York. Ketika itu suhu udara 20 derajat dibawah 0. Kaki kiri Rulloff beku. Langsung ia menuju sebuah hotel. Di sini ia menjual cerita baru. Katanya ia tersesat ketika pegi berburu dengan sejumlah teman. Ia menyewa sebuah kamar.

Mencari dokter yang dapat merawat kakinya yang beku, kebetulan tak ada. Padahal keadaannya sudah parah. Rulloff lalu pesan gergaji dan pisau operasi pada sebuah apotik. Ketika pemilik apotek datang, Rulloff sedang meneguk segelas whiskey untuk mengurangi rasa nyeri.

“Ya, Allah! Apa yang akan Anda lakukan, Mr Calkins?”, tanya pemilik apotek yang mengantarkan barang pesanan Rullof, “Memotong ibu jari kaki saya sendiri”, jawabnya tenang. Kemudian ia melakukan operasi diri tanpa mengeluh dan dengan sukses.

Mr. Calkins yang kakinya belum sembuh sama sekali, menarik perhatian orang banyak di Jamestown karena jalannya pincang. Sekalipun memakai nama samaran, ia segera dikenali oleh seorang penjaga kuda bernama Murphy, yang pernah bersamaan meringkuk di penjara Auburn. Berita larinya Rulloff dari penjara, dimuat dikoran-koran. Dan Murphy tahu pula bahwa tersedia hadiah $2.000 bagi siapa yang dapat menangkap Rulloff.

Segera Murphy lapor kepada Polisi setempat. Hotel tempat Mr. Calkins alias Edward Rulloff menginap, digrebeg. Tapi ia telah lari. Dilakukan pengejaran: yang berakhir dengan tertangkapnya Rulloff dekat perbatasan Pennsylvania.

Untuk ketiga kalinya Rulloff disekap di penjara Ithaca. Tapi sekarang tidak dibawah pengawasan lunak Albert Jarvis. Namur nasib baik masih melindung Rulloff. Surat permohonannya untuk naik banding berhasil. Keputusan pengadilan yang menyata kan dia bersalah membunuh anaknya perempuan, dicabut kembali. Khalayak Ithaca marah ketika mendengar keputusan ini. Berduyunduyun mereka menyerbu penjara Ithaca seperti serombongan serigala yang ingin menyobek-nyobek mangsanya. Sampai-sampai demi pertimbangan keamanan Rulloff terpaksa diungsikan ke penjara Auburn.

Mau diapakan penjahat besar itu? Pihak kejaksaan coba mengungkap kembali soal ipar Rulloff, Mabel Skhutt yang tiga belas tahun yang lalu meninggal dengan cara yang misterius. Kuburannya digali dan kerangkanya diperiksa oleh ahli toksikologi. Mereka memang menemukan zat racun dalam sisa-sisa mayat Mabel. Tapi karena Mabel telah begitu lama meninggal, sukar untuk mengatakan bahwa kematiannya adalah akibat racun tersebut. Pun seandainya Mabel meninggal akibat racun itu, sukar membuktikan bahwa Rulloff lah yang meracunnya.

Akhirnya Rulloff diserahkan ke pada pihak berwajib di Medville, Pensylvania untuk diusut sehubungan dengan pencurian-pencurian yang ia lakukan di sana dan juga sehubungan dengan persoalan Betty Pryor yang ia nodai sampai mengandung.

Tapi dalam perjalanan ke Meadville, Rulloff berhasil melarikan diri dengan cara yang unik. Kepada para pengawalnya ia mengatakan mau buang air. Setelah lama di kamar kecil ia belum juga keluar, para pengawal menjadi curiga. Pintu W.C. dibuka dengan paksa. Ternyata Rulloff tidak ada lagi. Menurut penyelidikan, ia keluar dari kamar kecil, tidak melalui pintu ataupun jendela, tetapi melalui lobang kotoran yang dibongkarnya.

Entah bagaimana keadaan Rullof ketika ia menyembul keluar dari dalam lubang w.c, yang terang, beberapa minggu kemudian ia muncul di Keene, New Hampshire, dengan pakaian rapi mentereng, muka tercukur halus. Ia mengenakan topi sutera, setelan hitam, kerah putih bersih dan memperkenalkan diri sebagai pendeta Aloysius Trent.

la menyajikan kisah baru. Beberapa minggu yang lalu ia masih mengajar di Oxford, Inggris, katanya. Kedatangannya di Keene adalah untuk mendirikan sebuah sekolah melulu bagi pemuda-pemuda Pendidikan sekolah yang ia rencanakan itu, berasaskan prinsip-prinsip keagamaan.

Penduduk Keene terkesan oleh semangat pengorbanan dan idealisme sang pendeta. Sejumlah warga kota terhormat melancarkan aksi pengumpulan dana untuk membantu karya Reverend Mr. Trent “di ladang Tuhan”.

Ketua panitnya pergumpul dana ialah Hazel Reynolds, seorang janda muda yang kaya karena peninggalan almarhum suaminya. Kerjasama antara sang pendeta dan wanita itu lancar dan baik sekali. Berkat usaha Mrs. Hazel Reynolds yang tak kenal lelah, bantuan mengalir hingga sekolah berhasil didirikan.

Sang pendeta tahu menghargai jasa-jasa Mrs. Reynolds. Rasa terima kashinya ia ucapkan dengan melimpahi janda muda yang kesepian itu dengan cumbu rayu dan cinta birahinya. Perasaan bersalah yang mengganggu hati nurani Mrs, Reynolds, disapu bersih oleh sang pendeta gadungan dengan kutipan dari Kitab Suci bahwa “Tuhan adalah Cinta”.

Tipudaja Rulloff yang menyamar sebagai pendeta, tersinggung keti ka la terbukti memasukkan dana: sekolah kedalam saku pribadinya. Sang pendeta diajukan kemuka pengadilan dan mendapat hukum an penyara 2 tahun.

Ia bukan Rulloff kalau tak berusaha melarikan diri ketika menjalani hukumannya dipenjara New Hampshire. Tapi kali ini ia tak berhasil. Dalam penjara ia mempuinyai banyak sahabat. Diantaranya seorang sesama narapidana bernama Dexter.

Rullof dan Dexter kebetulan dibebaskan dari penjara pada hari dan tanggal yang sama di tahun 1861. Berdua mereka menempuh perjalana ke New York Dezter tinggal bersama ibunya di Brooklyn, sedangkan Rulloff mencari tempat tinggal di Third Avenue, Manhattan. Disana ia menamakan dirinya Profesor Alfred Leurio dan membuka sekolah grafika. Dengan perlengkapan dan alat-alat cetak ia menceburkan diri dalam keahlian memalsu cek dan dokumen-dokumen penting lainnya.

Dexter menggabungkan diri dalam usaha sang profesor. Begitu pula Albert Jarvis. yang dulu meloloskan Rulloff dari penyara Ithaca tiga tahun sebelumnya.

Trio Rulloff Dexter Jarvis mengembangkan usahanya yang membawa keuntungan besar. Spesialisasi mereka tidak hanya meliputi pemalsuan cek dan surat-surat berharga saja tetapi juga pencurian-pencurian. Ketika pecah Perang Sipil di Amerika, banyak sekali permintaan akan bahan-bahan pakaian, jenis apapun juga. Maka komplotan Rulloff menghususkan diri dalam pencurian bahan-bahan tekstil.

Perang Sipil berakhir, tapi Rulloff c.s. meneruskan “usahanya” sebagai pencuri bahan tekstil. Sementara itu ia pun tak melupakan kegemaran intelektualnya. Diwaktu-waktu senggang ia belajar berbagai bahasa Eropa dan Asia sampai akhirnya berhasil menciptakan sebuah universil jauh sebelum bahasa Esperanto ditemukan.

Seperti telah diceritakan pada awal tulisan, setelah mendapat sukses dalam seminar bahasa di New York sebagai pencipta bahasa universil, Rulloff melakukan pencurian dan pembunuhan di gudang firma Halbert. untuk kemudian mengakhiri riwayat hidunya di tiang gantung.

Memang aneh kisah penjahat ini, yang seolah-olah mempunyai kepribadian bermuka dua. Yang satu kejam dan menjijikan, yang lain mempesona. Hal ini masih tercermin pada saat-saat menjelang Rulloff menjalani hukuman gantung. Tak terhitung jumlah kejahatannya. Tapi banyak orang tidak bisa percaya bahwa ia bersalah. Bahkan beberapa orang secara sukarela menawarkan diri untuk menjalani hukuman gantung, menggantikan Rulloff yang mereka minta agar dibebaskan.

Setelah Rulloff meninggal, batok kepalanya diselidiki. Ternyata 0.6 cm lebih tebal dari batok kepala rata-rata orang. Dan otaknya 180 gram lebih berat daripada bobot otak rata-rata orang. Otak itu kemudian diserahkan kepada Bagian Kedokteran Coinell University di Ithaca.

(Charlse Boswell & Lewis Thompson)

Baca Juga: Batu Sandungan

 

" ["url"]=> string(81) "https://plus.intisari.grid.id/read/553835275/kisah-jenius-penjahat-edward-rulloff" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1691170074000) } } }