Intisari Plus - Ada percobaan pembunuhan Lisa. Betuntung suaminya, Kosta, sigap dan menembak si pembunuh. Namun upaya pembunuhan ini bukan yang pertama.
-------------------
Di musim semi sinar matahari menghangatkan Pantai Daytona yang terhampar sepanjang pesisir Atlantik Tengah. Tempat rekreasi indah itu menjadi tujuan banyak wisatawan untuk melepaskan kesuntukan hidup sehari-hari. Tempatnya bisa di mana saja. Bar, salon, hotel mewah, juga jalan raya.
Keramaian itu merasuki segenap sendi kehidupan, termasuk dunia kriminal. Salah satu wilayah yang jadi tempat beroperasi adalah deretan pertokoan di kawasan yang disebut “Boardwalk”.
Beberapa hari setelah perayaan Halloween, pihak Kepolisian Daytona mendapat laporan kejahatan yang menimpa salah seorang anggota keluarga terkemuka di sana. Seorang lelaki tak dikenal menyerang, dan menembak langsung kepala Lisa Paspalakis (27). Yang lebih mengerikan, kejadian itu berlangsung di kamar tidur korban.
Suami jadi pahlawan
Saat pelaku penembakan beraksi, korban sudah dalam keadaan tidur, bersebelahan dengan suaminya, Kosta Fotopaulus.
Penembakan itu berlangsung sangat cepat. Secepat itu pula tindakan pembalasan suaminya, yang segera menyambar pistol di dekatnya. Tujuh tembakan yang ia letupkan membuat si penembak istrinya terkapar.
Lisa mujur luar biasa. Menurut dokter, peluru itu cuma menyerempet batok kepalanya. Hal itu tidak akan berisiko fatal.
Peristiwa yang segera tersebar beritanya itu menempatkan Kosta sebagai pahlawan yang menyelamatkan jiwa istrinya.
Kopral Greg Smith, detektif dari bagian pembunuhan, ditugasi menyidik kasus penembakan itu. Malam itu juga ia meluncur ke rumah besar Keluarga Paspalakis. Di sana tinggal Mary Paspalakis, ibu korban, pasangan muda Kosta dan Lisa, serta adik Lisa, Dino. Rupanya, Dino yang melaporkan kasus penembakan di rumah itu.
Katanya, tak lama setelah mematikan lampu di dapur, ia mendengar suara senjata menyalak. “Saya tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ketika memeriksa kamar Ibu, saya lihat ia baik-baik saja. Segera saya lari ke lantai atas ke kamar Lisa, ternyata benar.”
Sedangkan Kosta mengutarakan kecurigaannya. “Usaha pembunuhan itu pasti bertujuan untuk menjatuhkan perusahaan keluarga kami di Boardwalk yang omzetnya jutaan dolar.”
Smith tidak banyak berkomentar. Saat ini ia belum dapat mengambil kesimpulan apa pun. Menurut dia, sah saja Kosta menduga adanya motif persaingan bisnis, karena kepolisian pun tidak menemukan adanya barang hilang sebagai bentuk motif perampokan.
Petugas kesehatan segera mengevakuasi korban, baik Lisa yang segera mendapat pengobatan maupun mayat lelaki tak dikenal itu. Penyelidikan di TKP juga tidak memberikan informasi berarti lainnya, kecuali sepucuk senjata otomatis kaliber 22.
Senjata bukti itu ternyata tak cukup membantu untuk memecahkan kasus itu. Pasalnya, senjata itu ternyata berasal dari pasar gelap.
Untung Smith segera mencari identitas si penembak. Dari sidik jarinya diketahui, korban bernama Bryan Chase. Pria bertubuh besar itu ternyata baru berumur 18 tahun. la kelahiran Ohio dari keluarga petani. Selama ini remaja itu bekerja di sebuah hotel di Daytona.
Penyelidikan lanjutan di tempat kerja Bryan memunculkan watak aslinya yang rupanya senang dikelilingi perempuan. Suatu kebiasaan yang menguntungkan, karena itu berarti akan banyak orang yang dapat dimintai informasi tentang Bryan.
Salah satu perempuan yang rela membuka mulut bernama Lori.
Lori mengaku mengetahui dengan pasti dalang di balik kejadian itu.
Di markas kepolisian, mula-mula Lori menyebutkan nama yang dimaksud, yakni Deidre Hunt.
Namun, belakangan ketahuan, perbuatannya buka mulut lebih karena sakit hati. la dan Deidre telah cukup lama menjalin hubungan cinta sejenis. Namun, berulang kali Deidre mengkhianati cintanya. Jadi, kini saat yang tepat untuk memberi pelajaran pada kekasihnya itu.
Untuk membuktikan kebenarannya, Lori terpaksa diamankan. Sementara Smith mencari Deidre Hunt di alamat tempat tinggal mereka berdua.
Pencarian tak segera memberikan hasil. Tetangga seapartemen mengatakan, Deidre yang akrab dipanggil Dee atau Cherie jarang pulang, paling-paling sekali dalam seminggu. Itu pun dilakukan di malam hari, dan subuh ia sudah pergi.
Segera beberapa opsir ditempatkan untuk mengawasi tempat itu secara bergiliran.
Satu minggu berlalu tanpa hasil.
Minggu kedua, belum juga ada tanda-tanda pemunculannya.
Kesabaran Smith mendekati titik nadir. la mulai curiga, jangan-jangan Lori sengaja mengelabui dirinya.
Kecurigaan itu mendapat jawaban, ketika pengintaian memasuki hari ke-18. Pada pukul 23.30, sesosok berjas panjang hitam memasuki apartemen itu.
Meski tak jelas benar wajahnya, melihat gerak-geriknya yang ekstra waspada, opsir pengamat memutuskan segera menghubungi Smith untuk melaporkan perkembangan itu dan menunggu perintah lanjutan.
Tepat pukul 24.00, dilakukan penggerebekan di tempat tinggal Lori - Deidre. Tanpa kesulitan berarti, Smith dan rekan-rekannya meringkus wanita cantik bak bidadari itu. Di balik sikap dan perilaku malu-malu, tersimpan isyarat yang menggoda.
Dee memang penggoda, reputasinya telah dimulai sejak putus sekolah di kelas sembilan. Saat itu diam-diam ia terjun ke dunia orang bebas. Seks bebas pun ia jalani sejak awal usia belasan.
la matang terlalu cepat. Semua itu mungkin berhubungan dengan kondisi keluarganya yang berantakan. Ibunya pencandu alkohol, ayahnya pun tak mengakuinya sebagai anak kandung.
Saat pertama kali terjun dalam kehidupan pilihannya, ia bekerja sebagai gadis bar, dan melayani pesanan seks demi uang. Dunia cinta lesbian juga digumulinya. “Ratu Daytona”, demikian julukan atas profesinya.
Bukan yang pertama
Di tengah proses menangkap Dee, Smith mencoba menggali informasi dari Lisa Paspalakis.
la putri seorang pengusaha sukses di Daytona. Gadis lulusan University of South Florida di Tampa dalam bidang studi akuntansi itu kini memegang kendali seluruh bisnis keluarga yakni Joyland, yang berada di kawasan Boardwalk.
Di kamar rumah sakit yang dijaga ketat oleh polisi itu Smith menemui Lisa.
Baru beberapa menit Smith berbasa-basi menyalami Lisa, pintu kamar dikuak dari luar. Rupanya, Kosta.
Dari pembicaraan kemudian, Lisa mengatakan, peristiwa penembakan itu bukan ancaman pembunuhan yang pertama kali didapatnya.
Peristiwa lainnya terjadi sehari setelah Halloween. Seorang pria berpostur tinggi, berkulit hitam cerah menerobos pintu ruang kerja di kantornya.
Saat itu ia berada di balik pintu, hendak menutupnya karena Dino, adiknya, baru saja meninggalkan kamar itu.
“Kosta ada di sini?” tanya lelaki itu.
“Tidak,” jawab Lisa sembari memalangkan kaki di pintu.
Dengan menggerundel tentang adanya janji kerja dari Kosta, lelaki itu kembali bertanya, kapan Kosta datang.
Mendadak pandangan Lisa menangkap pistol yang terselip di pinggang lelaki itu.
Sadar akan pandangan langsung Lisa, lelaki itu menarik pistol. Lisa menyentak ke belakang.
Lelaki itu membentak, memerintah Lisa masuk ke dalam kantor.
Lisa tahu, tak ada tempat buat menghindar dalam ruangan itu. Satu-satunya jalan cuma kabur dari sana. Tapi bagaimana, pintu keluar teralangi tubuh tinggi besar itu.
Biar bagaimana Lisa tetap berusaha.
la menjatuhkan dirinya, berguling ke lantai.
“Bangun, bedebah! Kamu akan mati. Cepat, masuk ke kantor!”
Kesempatan bangun beberapa detik dimanfaatkan untuk menerobos keluar. la lari lewat sebuah lorong.
Lelaki itu mengarahkan pistolnya pada Lisa, yang sudah melesat jauh.
Satu tembakan sempat dilepaskan. Untungnya, meleset.
Lisa kabur, masuk ke dalam sebuah restoran terdekat.
Kosta membenarkan semua penuturan Lisa. Malah, ia juga mengatakan, segera setelah Lisa berhasil kabur, ia bergegas mendapatkan istrinya dan menenangkannya.
Kembali Kosta mengingatkan, usaha pembunuhan itu merupakan cara untuk menghancurkan keluarga istrinya.
Dalang di balik dalang
Tak selancar yang diperkirakan, itulah yang dihadapi Smith. Pikirnya, dengan mempertemukan Dee dan Lori, masalah itu segera beres.
Nyatanya?
Dalam ruang interogasi yang hanya diisi satu meja ukuran 60 x 100 m dan tiga kursi sederhana. Smith, Dee, dan Lori bertatap muka untuk pertama kali.
Interogasi tidak berjalan lancar.
“Kalian berdua memang bekerja sama dalam merancang pembunuhan ini?” tanya Smith.
“Bukan aku, tapi dia. Aku hanya diajak bekerja sama untuk mencari pelaku eksekusi,” jawab Lori.
“Benar demikian?” tanya Smith sambil mengalihkan pandangan pada Dee.
“Bukan aku. Aku cuma membantu.”
Smith mulai geram. Dua perempuan cantik itu lebih sering saling pandang daripada mengakui perbuatan kriminal mereka. la merasa dipermainkan.
“Terserah kalian saja, tapi pikirkan risiko yang bakal menimpa,” ancam Smith yang kemudian meninggalkan ruangan interogasi. Dari balik kaca di ruang sebelah ia mengamati apa yang dilakukan keduanya.
Rupanya, mereka tidak betah berlama-lama berdiam diri.
“Lebih baik kamu mengaku. Katakan yang sebenarnya,” desak Lori.
“Kamu memaksaku untuk mengaku karena kamu cemburu dengan kebahagiaan kami. Kamu ingin kami berdua celaka,” jawab Dee.
Aha, berarti ada dalang lain yang belum terungkap.
“Omong kosong dengan kecemburuan itu. Kalau mau cemburu, sudah dari dulu kulakukan, karena kamu memang sering mengkhianati aku.”
“Kamu egois. Cuma ingin menyelamatkan diri sendiri.”
“Coba pikir, untuk apa kamu membela dia mati-matian. Dia hanya memanfaatkan dirimu. Lihat saja nanti, ia pasti akan cuci tangan begitu polisi mengarahkan sasaran ke dirinya.”
“Hati-hati bicara. Kita pasti disadap,” suara Dee berdesis.
“Biar saja. Biar semua orang tahu. Lelaki itu hanya berpura-pura. Sok membela istrinya, padahal justru ia yang mengincar harta istrinya!”
Kata “istrinya” menyadarkan Smith. Namun, ia tidak bertindak gegabah. la harus cukup punya dasar yang kuat untuk menangkap Kosta.
“Jadi, Kosta ada di belakang semua ini?”
“Benar, ia dalangnya,” sahut Lori.
“Adakah hubungannya dengan penembakan di kantor Lisa?”
“Pelakunya bernama Teja Mzimmia James. Tinggal di Brooklyn.”
Dagang senjata
Sebagai perempuan simpanan Kosta, Dee tahu cukup banyak tentang diri kekasihnya.
Kosta Fotopaulus dilahirkan di bagian Athena pada Januari 1959. Ayahnya seorang ahli mesin Olympic Airways, perusahaan penerbangan Nasional Yunani.
Ketika dewasa, ia ikut pamannya ke Aurora, Illinois.
Wajahnya tampan. Cara bicara pria bertinggi badan 1.90 m ini pun sopan.
Suatu saat ia diperkenalkan dengan Lisa. Saat itu Lisa terlalu asyik dengan bisnis keluarga, usaha properti yang meliputi sepanjang Boardwalk. Orang tuanya sempat prihatin karena Lisa mengabaikan mencari calon suami.
Tapi sikapnya berubah, ketika ayahnya, Agaustine, yang biasa dipanggil Steno, memperkenalkannya dengan Kosta.
Lisa dan Kosta mengumumkan pertunangan mereka, dan tak lama disusul dengan pesta perkawinan yang mewah. Sikapnya yang memikat, memudahkan dia menjadi bagian dari Keluarga Paspalakis.
la menarik AS $ 300 seminggu dari Joyland, nama perusahaan keluarga Paspalakis, untuk menyelesaikan masternya di Embry-Riddle. Kosta juga merasa hidup sebagai orang kaya dan mengendarai BMW tipe mutakhir serta tinggal di kondominium yang dibelikan Lisa. Tapi setelah mengantungi ijazah, ia tak tertarik bekerja di bidang penerbangan sesuai dengan bidang studinya.
Kosta, menurut Dee, pemimpi yang baik untuk mempunyai perusahaan sendiri.
Kosta mengambil uang Steno, sedikitnya AS $ 10.000 untuk terbang ke Milan, Italia. Di sana ia membeli kartu kredit palsu.
Sekembali di Daytona ia mendekati sahabatnya, Peter Kauracos. Sebenarnya, Peter berniat mengingatkan risiko permainan yang dia lakukan. Tapi melihat gelagat yang kurang menguntungkan, ia pun membatalkannya.
Peter sendiri memiliki izin untuk melakukan usaha jual-beli senjata. Hal itulah yang diincar Kosta. Kosta memang terobsesi akan perdagangan senjata api gelap. la belajar pada Kauracos tentang seluk beluk perniagaan senjata.
Kosta mulai bermain-main dengan senjata gelap. la menyembunyikan beberapa granat tangan. la juga memodifikasi senjata panjang semi otomatis, sekaligus memproduksinya. la tidak sadar telah melanggar hukum. Sejak itu ke mana pun ia pergi tak pernah lupa membawa senjata.
Bahkan ia membual tentang kerja samanya dengan Mossad dan CIA untuk memberantas teroris. la bisa mengatakan semua itu, karena ia pernah mendapat pelatihan di angkatan bersenjata Yunani.
Menurut Dee, Lisa yang sangat mencintai suaminya tahu akan kegilaan Kosta pada senjata. Tapi ia merasa, dengan senjata suaminya tampak lebih gagah, sekaligus melindunginya.
Kosta memanfaatkan Vasilios “Bill” Markantonakis dan istrinya, Barbara, untuk menguras uang di pasar swalayan menggunakan kartu kredit gadungan. Markantonakis, yang kelahiran Yunani, dan Barbara merupakan pekerja baru di perusahaan keluarga Lisa, Joyland.
Tapi tak berapa lama perbuatan mereka itu sudah tercium yang berwajib dan tertangkap. Kosta memberi mereka uang untuk tutup mulut tentang keterlibatan dirinya dengan disertai ancaman.
Pada minggu ketiga November ayah Lisa meninggal dunia. Hal itu membuat Lisa yang cerdas semakin tenggelam ke dalam kesibukan bisnis keluarga. Untuk menenteramkan ibunya, Lisa pulang ke rumah Paspalakis yang besar.
Saat itu menurut Dee, Kosta melihat kesempatan untuk menguasai harta Keluarga Paspalakis, terutama bila Lisa mati. Selain warisan, ia masih mendapat klaim asuransi AS $ 350.000 plus provisi. Sementara Dino, adik lelaki Lisa satu-satunya, akan mendapatkan warisan itu jika Kosta mati.
Membuka bar sendiri
Kosta menemukan ladang bisnisnya sendiri di ujung utama Boardwalk, jauh dari Joyland. Bersama dua mitranya ia membuka bar dan kolam renang yang dinamai Top Shots.
Sebenarnya Lisa tidak setuju dengan bisnis yang tidak sesuai dengan karakter perusahaan keluarga. Pelanggannya pastilah orang-orang berengsek yang mengabaikan hukum. Namun, ia tidak dapat menghentikannya.
Saat itu Kosta berusia 31 tahun, lebih tua dari kebanyakan tamunya di Top Shots. Tapi ia laki-laki yang mengesankan dengan kematangannya dan semua daya pikatnya. Kepada semua orang di sekekelilingnya ia mengaku sebagai pemilik Joyland dan usaha lain. Bahkan Lisa sering minta order darinya. Para pengedar narkotika pun tak berani mengemplang uangnya.
Celakanya, tak semua upaya tipu-menipunya beredar mulus. Seorang bandit kecil bernama Mark Ramsey mengaku tahu tentang sejumlah kartu kredit palsu Kosta. Ramsey meminta beberapa ratus dolar untuk uang tutup mulut agar polisi tak tahu. Kosta tak gentar menghadapi pemerasan seperti itu. Dia cukup menyuruh Tony Calderone (39) untuk menyingkirkannya.
Calderone bekerja sebagai pedagang mobil sekaligus pemilik dua restoran. la menginvestasikan AS $ 6.000 untuk menolong membuka Top Shots, kemudian menariknya kembali karena suatu alasan. la dipekerjakan sebagai manajer Top Shots, karena Kosta terlalu sibuk.
Di Top Shots itulah Dee mengenal Calderone, yang kemudian mempekerjakannya. Ternyata Calderone dan Kosta sama-sama terpikat oleh gadis itu. Bisa diduga, Kosta yang berhasil merebutnya. Pada Calderone, Kosta memberi alasan punya rencana untuk memperalat Dee.
Hunter killer
Ada sejumlah nama yang perlu diminta kesaksiannya. Teja James dapat dengan mudah diringkus. Kemudian dia menguak semua yang ia ketahui tentang rencana untuk membunuh Lisa, termasuk percobaan yang gagal di Joyland. Itu sudah cukup.
Sedangkan Calderone, saat didatangi di Top Shots, tanpa berbelit-belit segera menyediakan kesediaannya untuk bersaksi di persidangan.
Tak kalah penting dihadirkan adalah Vasilios “Bill” Markantonakis dan Barbara untuk dimintai informasi tentang kartu kredit palsu dari Kosta.
Kericuhan sempat terjadi saat polisi akan menahan Kosta. la menolak.
Sebaliknya, Dino mendukung penahanan kakak iparnya. la memang curiga Kosta terlibat.
Kopral Greg Smith tak dapat mengerti, mengapa Kosta bisa cepat bangun dari tidur nyenyak, lalu tepat menembak Chase beberapa kali tanpa membuka matanya.
Apalagi menurut Letnan William Evans, tubuh Kosta lebih besar sehingga memakan tempat lebih banyak ketimbang Lisa, tetapi mengapa yang ditembak lebih dulu Lisa.
Lisa semula tidak percaya bila suaminya berada di belakang semua itu. Namun, akhirnya ia bisa menerima kenyataan bahwa ia telah menikahi seorang pembunuh gila.
Dalam persidangan, pengakuan Deidre berbelit-belit. la mengatakan di bawah kontrol Kosta yang menakutkan. Dia berbuat sesuai dengan perintah Kosta sekadar untuk menyelamatkan jiwanya.
Semenjak hidup bersama Kosta, keuangan Dee sudah tidak lagi menjadi masalah. Kencan lesbiannya bersama Lori tak menjadikan Kosta keberatan, asal tidak dengan lelaki lain.
Sampai suatu hari Kosta membicarakan “Hunter Killer”, sebuah klub pembunuhan, yang berhasil meraup banyak uang. Deidre setuju bergabung, tapi ia harus dites keberaniannya dulu oleh Kosta. Target utamanya sebenarnya Lisa.
“Kata Kosta, jika istrinya mati, ia akan mendapat tak kurang dari AS $ 700.000 dari asuransi jiwa Lisa, ditambah warisan dari bagian perusahaan Paspalakis.”
Untuk latihan, korban yang dipilih adalah Ramsey, si bandit kecil. Agar tampak profesional, Kosta akan merekam tindakan eksekusi itu.
Dee sudah mengenal Ramsey, sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan pendekatan. Suatu siang di bulan Oktober, Dee membujuk Ramsey. la mengatakan, kini Kosta membutuhkan tenaganya dengan bayaran tinggi dan risikonya pun kecil. Modalnya hanya keberanian.
Sebenarnya, Ramsey sudah curiga, tapi mempertimbangkan kebaikan Dee yang pernah memberinya uang dan kepuasan seks, Ramsey pun bersedia bertemu Kosta.
Saat mereka bertemu, Kosta hanya mengatakan, ”Aku akan membayarmu mahal hanya untuk menantangmu duel.” Agar tampak meyakinkan, Kosta meletakkan senapan di tanah, di antara kedua kaki Ramsey.
Namun, saat ia lengah, AK-47 di tangan kiri Kosta menyalak, melukai dada Ramsey. Sementara kamera video di tangan kanan terus mengambil gambar itu. Dee sempat marah manakala kamera itu tertuju ke arahnya.
Tiga peluru menerjang dada Ramsey, tapi belum menewaskannya.
“Cepat, habisi dia!” perintah Kosta.
Meski sempat ragu, Dee menyempurnakan kematian korban.
Semua rekaman video itu kini menjadi barang bukti di pengadilan.
Senapan macet
Selanjutnya, Dee disuruh mencari seorang pembunuh dengan bayaran AS $ 10.000. Uangnya bisa diambil asal pembunuh sudah berhasil melaksanakan tugasnya.
Kosta sudah merancang cara yang cerdik. Usai si pembunuh beraksi, Kosta akan menembak si pembunuh. Akal-akalan itu menutupi perbuatannya dengan rapi.
Deidre menceritakan rencana itu pada Lori. Bahkan meminta Lori untuk melakukannya. Karena Lori menolak. Dee menawarkannya pada Teja Mzimmia James. Celakanya, sebagai sesama pengunjung Top Shots, Teja James tahu rencana pembunuhan secara mendetail dari Lori.
Lantas Deidre memilih Matthew Chumberley alias Mike Cox, seorang tunawisma, tanpa relasi lokal, punya beberapa teman, dan mempunyai rekor kejahatan.
Kepadanya Dee bercerita banyak tentang Hunter Killer Club, yang bisa menghasilkan uang banyak. Risikonya pun kecil, katanya, karena mempunyai hubungan dengan CIA. Mike Cox dijanjikan 10 pekerjaan besar setiap minggu.
Demi uang ia setuju. Bagaimanapun, sebelumnya ia mau bertemu dengan Kosta lebih dulu untuk mengambil senjata. Namun, ia salah masuk ke rumah tetangga dan tertangkap basah oleh polisi.
Kosta geram dan memerintahkan Deidre untuk kembali menghubungi Teja James. Pemuda itu bersedia melakukannya setelah Deidre menjelaskan bahwa rencana yang semula telah berubah, Kosta tidak akan menembak si pembunuh. Teja hanya disuruh meninggalkan kota dalam beberapa bulan setelah pembunuhan terlaksana.
Di sidang pengadilan, Teja James membenarkan cerita Dee.
Pada hari Halloween Kosta dan Lisa akan menghadiri pesta kostum di Razzles, klub malam yang tersohor.
Teja muncul di pesta dengan pisau terbungkus kain lusuh. Bodohnya, ia tidak mengenakan kostum dan topeng. la pun menjadi tamu aneh. Berjam-jam ia membuntuti Lisa berkeliling, menunggu kesempatan.
Begitu ada kesempatan, ternyata ia tidak cukup punya keberanian untuk menikam korbannya.
Kosta murka.
Teja James masih mendapat kesempatan kedua. Mengeksekusi di kantor Lisa. Sebagaimana yang diceritakan Lisa, senjata api otomatis kaliber 22 itu hanya satu kali menyalak. Menurut Teja, senjata itu macet.
Dua tugas Teja James gagal total.
Kosta meradang.
Dee mencari tenaga baru. Ditemukanlah Bryan Chase.
Dalam rencana Kosta, Bryan harus memasuki rumah Paspalakis. Menuju lantai atas tempat Lisa tidur bersama Kosta, dan menembak kepala Lisa beberapa kali.
Kemudian membuat seolah-olah telah terjadi perampok. Sesudahnya, ia harus secepatnya melarikan diri, sedangkan Kosta berpura-pura memburu si perampok itu.
Usaha pertama dilakukannya dengan memanjat pohon di bagian halaman belakang rumah Paspalakis di pagi hari. la harus terlebih dulu mematahkan penyangga dasar jendela kecil, namun ia lupa membawa peralatan dan pelindung terhadap sistem alarm rumah. la gagal, alarm berdering ramai sekali.
Chase sendiri rupanya penasaran. Usaha keduanya gagal, gara-gara seekor anjing tetangga menyalak. Dia kabur.
Dee galau dengan kegagalan demi kegagalan yang terjadi. Kalau terus begini, bisa-bisa Kosta akan minta Deidre sendiri menghabisi Lisa.
Terpaksa mereka menyusun rencana baru. Saat Lisa sudah tidur pulas, Kosta akan bangun dan mematikan lampu sebagai isyarat bagi Chase.
Saat hari H, di kegelapan Chase muncul. Begitu Chase tiba di halaman belakang, penerangan di tempat tangga padam. la mengira, itu kode dari Kosta.
Ternyata, yang memadamkan lampu Dino, adik Lisa yang sedang demam. la pergi ke dapur untuk minum aspirin. Setelah itu mematikan lampu, ia kembali ke tempat tidur di tingkat atas.
Chase masuk melalui jendela yang sengaja dipecahkan oleh Kosta. Hanya diterangi oleh lampu buram dari sebuah akuarium ikan tropis, Chase menodongkan pistol 22-nya ke pelipis Lisa dan menekan picunya.
Mestinya, sebuah peluru menembus tengkorak Lisa di dekat telinganya, tapi senjata itu macet untuk tembakan kedua kalinya.
“Sialan!” gerutunya.
Saat itu Kosta bangun, memuntahkan tujuh tembakan ke dada Chase.
Rekaman video kuncinya
Video pembunuhan ditunjukkan kepada dewan juri guna membuktikan kata-kata penyanggahan Deidre dan Kosta. Tayangan rekaman itu justru menghancurkan sanggahan Deidre tentang Kosta yang telah menodongkan senjata kepadanya saat ia menembak Mark Ramsey.
Rekaman itu menyakinkan para juri tentang Kosta yang memegang kamera video di tangan yang satu, senjata di tangan lain. Deidre dengan sebuah pistol di tangan, banyak kesempatan untuk menembak Kosta sebagai ganti Ramsey, tapi toh ia tidak melakukannya. Bahkan, rekaman itu menampilkan Deidre saat menghabisi Ramsey. Itu bukti yang tidak bisa diabaikan. Deidre dinyatakan bersalah dalam pembunuhan Ramsey.
Kosta diperiksa atas keteguhan sangkalannya meliputi kematian Ramsey dan Chase, dan ancaman terhadap kehidupan Lisa. Dia bersikukuh bahwa video rekaman pembunuhan Ramsey bukan dirinya yang membuat. Tapi faktanya mengungkap yang berbeda. Juri menyatakan, Kosta bersalah dalam tingkat pertama.
Kosta juga dituduh dalam kasus penipuan kartu kredit.
Kosta dan Deidre divonis hukuman mati di kursi listrik wilayah Florida. Teja James yang dinyatakan bekerja sama dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Lori Anderson yang menolong Deidre dalam perencanaan pembunuhan Lisa mendapat hukuman yang sama.
Lisa segera menceraikan Kosta setelah hukuman dijatuhkan.