Intisari Plus - Dering telepon pukul 04.00 itu membangunkan John Capstick. Yang meneleponnya Kepala Polisi Blackburn C.G. Looms. Inspektur Kepala Capstick yang memimpin Bagian Perburuhan diminta menangani satu kasus pembunuhan di Lancashire. Korban bernama June Anne Devaney yang umurnya tiga tahun sebelas bulan. Dia direnggut dari boksnya di Queen's Park Hospital.
Capstick menelepon Sersan Stoneman supaya mereka bertemu di Euston untuk naik kereta api pukul 06.20. Karena harus mampir di Scotland Yard, Capstick juga mengambil murder teg-nya (tas yang berisi peralatan untuk penyelidikan pembunuhan).
Dengan kumis dan janggut yang belum tercukur serta mata yang masih berat, kedua detektif itu akhirnya hampir sepanjang perjalanan ke Preston tertidur dan tahu-tahu sudah sampai di Blackburn waktu makan siang. Kepala Polisi Looms cepat menjelaskan fakta yang diperoleh.
Pak Inspektur menangis
June Anne Devaney masuk ke rumah sakit pada tanggal 5 Mei sebab menderita radang paru-paru ringan. Dia ditempatkan di ruang CH 3. Ruangan itu berisi dua belas tempat tidur, tapi saat itu yang ada hanya enam pasien.
Semuanya lebih muda daripada June Anne dan dia satu-satunya yang sudah bisa berbicara. Dia kelihatan seperti sudah berumur enam atau tujuh tahun. Karena kesehatannya sudah pulih, dia diperbolehkan pulang tanggal 15 Mei pagi hari.
Tragedi malam tanggal 14 Mei perawat Gwendoline Humphreys mendengar suara bayi menangis di satu ruangan. Dia segera mengganti popok bayi itu dan berjalan-jalan di ruangan supaya tidur. Lalu meletakkannya kembali di boks sebelah tempat June Anne yang saat itu sudah tidur. Waktu menunjukkan pukul 00.20.
Sepuluh menit kemudian perawat ini mendengar suara seorang anak perempuan. Dia mengira seorang perawat lain sedang mempermainkannya. Dia melongokkan kepala ke sekelilingnya, tapi tak dilihatnya seorang pun, lalu ia kembali ke pekerjaannya semula.
Pukul 01.00 dia kembali ke ruangan tersebut untuk melihat pasien-pasiennya. Pintu masuk dan keluar ruangan itu sudah terbuka, angin kencang berembus di antaranya. Pintu itu ditutup tidak sempurna. Gwendoline tak menaruh curiga apa-apa. Pintu ditutup lagi dan dia melanjutkan inspeksinya.
Saat itulah Gwendoline melihat tempat tidur June Anne kosong. Dicarinya ke sal sebelah dan kamar mandi. Tak ada. Lalu ditanyakan pada suster yang jaga malam. Berdua mereka mencari-cari di ruangan lain. Sebuah botol Winchester berisi air steril ada di lantai di bawah boks June Anne.
Biasanya pada pukul 11.30 selalu ditaruh di kereta dorong, di tempat lain. Lalu di salah satu ruangan yang dipel mengkilap tampak sederetan tapak kaki yang kelihatan tak memiliki alas. Tapak kaki itu nampak juga dekat boks June Anne. Segera kedua perawat itu memanggil polisi.
Pukul 03.17 tubuh gadis cilik itu ditemukan dekat tembok batas arena rumah sakit. Luka di kepalanya sungguh mengerikan dan jelas pembunuhan ini bermotifkan seks.
Letak Queen's Park Hospital 1 mil dari pusat Kota Blackburn dengan luas meliputi beberapa are dan dikelilingi tembok setinggi hampir 3 m. Ujung jalan rumah sakit menuju jalan besar.
Sebuah pagar tanaman buah berangan memisahkan rumah sakit dari sebuah taman besar dan lubang galian batu yang sudah tidak dipakai lagi yang disebut "dell". Hujan mulai turun rintik-rintik ketika Capstick dan Stoneman beranjak ke luar dari kendaraan mereka dan menunggu sampai kain putih penutup mayat itu diangkat.
Mengenai saat itu Capstick mencatat: "Saya tidak malu mengakui bahwa saya menyaksikannya dengan mata yang kabur oleh air mata. Setelah bertahun-tahun, pekerjaan seorang detektif mengebalkan hati saya terhadap banyak hal yang mengenaskan, tetapi tak ada lelaki mana pun yang tahan melihat badan yang kecil rapuh ini bersimbah darah dan lumpur. Ini terus menghantui saya sampai hari ini."
Sidik jari di botol
Mayat itu dipindahkan dan Capstick pergi ke sal bekas tempat June Anne tidur. Inspektur Detektif Colin Campbell, kepala Biro Sidik Jari dari Lancashire, sudah selesai mengambil foto-foto sidik jari yang terdapat di antara boks-boks putih.
Dia menunjuk pada botol Winchester, di mana dia menemukan lebih dari dua puluh sidik jari dan telapak tangan. Kelihatannya ada yang baru. Di antara sidik-sidik baru ada beberapa di antaranya yang jauh lebih besar.
Sudah sejak pukul 05.00 Campbell berada di rumah sakit dan memeriksa bagian luar dan dalam rumah sakit serta semua barang dan alat perlengkapan.
Agak susah merekam telapak kaki. Untuk memperjelas, di atas lantai ditaburkan beberapa macam bubuk. Tetapi karena dilihatnya tak ada hasil, maka tiap jejak dilingkari kapur putih dan difoto dengan menempatkan di sebelahnya penggaris 15 inci.
Penyidikan dilakukan mulai dari pintu di ruang sebelah utara, lalu menuju boks-boks, selanjutnya ke pintu selatan dan kembali lagi ke Utara. Banyak terdapat sidik jari di sebelah boks June Anne yang menandakan si pembunuh sudah agak lama berdiam di situ.
Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa sidik jari bukan berasal dari kaki telanjang, tetapi kaki dengan memakai kaus kaki panjang (stocking). Sebelah di antaranya memperlihatkan dengan jelas pabrik mana yang membuatnya.
Semua sidik jari staf yang ada di ruangan itu diambil dan dibandingkan dengan yang ada di botol. Bekas-bekas yang masih baru itu tak ada di antara sidik mereka. Campbell yakin bahwa sidik jari dan kaki itu milik sang pembunuh.
Pukul 14.00 keesokan harinya diketahui bahwa dengan perkecualian sepuluh sidik jari di dalam dan luar ruangan berasal dari orang-orang yang berhak masuk ke situ.
Sebuah tim lain yang terdiri atas Inspektur Kepala Wilfred Daws dan Sersan Millen datang memperkuat tim Lancashire. Capstick memerintahkan penyelidikan di setiap rumah penginapan, hotel, tempat-tempat minum atau rumah penginapan untuk orang miskin di Blackburn.
Dia sendiri mengecek di stasiun kereta api serta mengirimkan anak buahnya ke tempat-tempat pencelupan baju, binatu, dan pencuci pakaian untuk meneliti kalau-kalau ada pakaian yang menunjukkan bekas-bekas darah. Suatu tim yang terdiri atas detektif harus mengambil sidik jari semua laki-laki yang berusia antara 14 - 90 tahun yang bertempat tinggal di jalan-jalan sekitar rumah sakit.
Ini merupakan suatu pekerjaan nonstop. Lebih dari seribu pasang sidik jari diambil dari orang-orang yang punya pekerjaan atau sangkutan dengan rumah sakit itu, mulai dari dua tahun yang lalu.
Noel Jones, seorang ahli biologi pada Laboratorium Forensik Presten, berhasil mendapatkan rambut di atas rumput yang berbercak darah di tempat kejadian. Dia juga mendapatkan contoh-contoh rumput yang berbercak darah, rambut, dan serat-serat pada tembok di dekat mayat itu ditemukan. Contoh rambut, darah, pakaian, dan kuku June Anne diambil. Golongan darahnya adalah A, yang nantinya akan mempunyai peran penting dalam menemukan si pembunuh.
Sidik jari walikota ikut diperiksa
Capstick mengirimkan Inspektur Detektif Bob McCartney dari kepolisian setempat untuk mengumpulkan keterangan dari setiap orang yang bekerja di rumah sakit, yang ternyata membuahkan hasil.
Dua perawat mengatakan, mereka disapa oleh seorang lelaki pada malam kejadian. Laki-laki itu bersikeras ingin mengantar mereka ke asrama perawat. Sesudah itu laki-laki tersebut terlihat menempelkan mukanya pada jendela kamar tidur mereka. Lelaki itu tampak seperti orang kurang waras. Langsung Capstick memerintahkan untuk menangkapnya.
Dengan ditemani kedua perawat itu para detektif menelusuri gedung-gedung bioskop, teater, tempat-tempat pacuan anjing, lapangan sepakbola di Blackburn, tetapi jejak laki-laki itu tak dapat ditemukan.
Sampai terjadi suatu kejadian yang sangat kebetulan. Seorang dari kedua perawat itu melihatnya duduk di tempat tidur seorang pasien wanita. Dia segera dibawa ke hadapan Capstick untuk diinterogasi.
Dalam jam-jam kejadian dia mengaku sedang berada di sekitar halaman rumah sakit, mengintip para perawat. Laki-laki ini dibebaskan, tetapi tetap berada di bawah pengawasan sampai pembunuh yang sesungguhnya tertangkap.
Penyelidikan lebih jauh dari sidik jari tangan dan kaki menunjukkan bahwa yang mengangkat June Anne dengan begitu mudahnya melewati penyekat sal adalah seseorang yang berbadan tinggi. Dari sidik jarinya disimpulkan laki-laki tersebut bertangan besar.
Mungkin usianya masih muda dan bukan seorang pekerja kasar. Ukuran tapak kakinya yang kirakira 25,4 cm cocok dengan teori bahwa laki-laki itu mempunyai tinggi badan kurang lebih 183 cm. Diperkirakan dia orang setempat, karena mengenal baik liku-liku rumah sakit dan tanah yang mengelilinginya.
Sekarang kesabaran Capstick sudah habis. Dia tidak menginginkan kejadiaan ini menjadi basi dan masyarakat menjadi acuh tak acuh. Dalam sebuah konferensi dengan kepala kepolisian dia mengemukakan keputusannya: kita akan mengambil sidik jari setiap laki-laki di Blackburn dan sekitarnya yang berusia antara 14 - 90 tahun. Siapa pun, kecuali mereka yang benar-benar tidak mampu turun dari tempat tidur.
Idenya dianggap berlebihan. Betapa tidak, di kota itu hidup 123.000 orang. Boleh jadi mereka tidak mau diajak bekerja sama. Tetapi Capstick bersikeras.
"Mungkin makan waktu bertahun-tahun," katanya, "tapi pasti berhasil. Pembunuh itu takkan bisa lolos. Untuk masalah bekerja sama, saya percaya semua laki-laki dan perempuan yang berakal sehat di Blackburn ini akan setuju 100%."
Kemudian dia membuka kartu trufnya. "Saya akan meminta walikota sebagai orang pertama yang memberikan sidik jarinya," ucapnya.
Kesediaan walikota ini disebarluaskan. Blackburn dibagi menjadi dua belas seksi yang berpangkalan di masing-masing kantor polisi. Tiga puluh petugas bekerja 14 jam sehari, dari pukul 08.00 - 22.00, mengunjungi setiap rumah. Mereka membawa kartu khusus lengkap dengan catatan untuk nama, alamat, nomor penduduk, cap jempol kiri dan jari-jari telunjuk.
Kartu-kartu yang sudah berdata lengkap disimpan secara sistematis pada beberapa baki kayu dan dicek oleh satu tim yang terdiri atas lima orang polisi laki-laki dan lima orang polisi wanita. Lalu dikirimkan ke Biro Penyidikan.
Sementara itu sidik-sidik jari pembunuh difotokopi dan dikirimkan ke setiap kantor polisi di Inggris yang memiliki biro penyidikan. Capstick minta perhatian setiap unsur Angkatan Bersenjata Inggris untuk berjaga-jaga akan kemungkinan adanya pembunuh di antara anggota mereka.
Semua pasien penderita cacat mental yang diketahui berada di luar rumah sakit malam itu dan gelandangan, penderita schizophrenia dan semua orang yang diketahui mengidap penyakit sosial semuanya masuk jaring polisi.
Memeriksa kartu ransum
Ribuan sidik jari mengalir sampai tiba masa liburan yang disebut Wakes Week. Seluruh Blackburn dan sekitarnya berlibur. Orang-orang Scotland Yard bersikeras agar Capstick dan Millen berlibur saja, supaya tidak usah membatalkan rencana liburan yang sudah dibuat sebelum terjadi pembunuhan.
Waktu akan berangkat ke Pevensey Bay, Capstick dikunjungi oleh Inspektur Bill Barton, seorang inspektur setempat yang mendapat tugas mengecek nama-nama dari daftar orang yang berhak ikut pemilihan umum. Dia berpendapat bahwa sang pembunuh itu sendiri rasanya lolos dari jaringan.
Menurutnya, kalau dia seorang laki-laki yang masih muda, mungkin dia seorang tentara, sehingga tidak terdapat dalam daftar orang-orang yang berhak memiliki. Capstick mengusulkan agar kartu ransum diperiksa. Pada tahun-tahun seteiah perang, makanan dan pakaian dijatah dan kebetulan baru keluar buku ransum baru.
Sekitar 200 orang, kebanyakan tentara, terlibat dalam pengecekan baru. Baru satu jam Capstick berada bersama istri dan keluarganya di tempat liburan, telepon berdering. Terdengar suara Kepala Polisi Blackburn, Looms, yang bersemangat, "Datanglah segera, kami berhasil menemukannya!"
Memang tidak mudah menjalani hidup sebagai seorang detektif, terutama bagi istri dan keluarganya. Tetapi tak ada juga detektif yang tak ingin kebagian kasus pembunuhan. Capstick mengontak Millen yang saat itu sedang berlibur di Herne Bay. Mereka berdua langsung bergabung di London, lalu memulai perjalanan pulang ke Utara.
Calvert dan Lamb, dua agen polisi, mendatangi sebuah rumah di Birley Street, Blackburn, dan mengambil sidik jari seorang laki-laki yang namanya Peter Griffiths, seorang bekas tentara pengawal. Tingginya sekitar 183 cm, usianya 22 tahun.
Sekitar pukul 15.00, tanggal 12 Agustus, Inspektur Detektif Campbell dan anak buahnya mengadakan pengecekan kartu-kartu sidik jari terbaru dan seorang dari para ahli itu melihat sidik jari yang sudah lama mereka cari-cari. Tiba-tiba ia berseru, "Kita menemukannya! Ini dia!"
Si Jangkung
Sebelum pukul 21.00 itu Capstick, Millen, dan Barton diantarkan ke Birley Street dengan kendaraan. Mereka berhenti di sebuah rumah bertembok bata merah, letaknya di sebuah daerah Blackburn yang paling miskin. Capstick tidak berkurang kewaspadaannya. Para anak buahnya yang muda-muda ingin langsung menahan Griffiths, tetapi lain halnya dengan Capstick. Detektif ini ingin menangkap Griffiths di jalan.
"Dia tak bisa bikin yang aneh-aneh di sana," kata Capstick. "Pelan ... pelan ... kita tangkap dia!"
Lima belas menit kemudian pintu depan rumah tersebut membuka. Seorang pemuda tinggi langsing muncul dan melangkah ke arah jalan. Dia mengenakan overall ("celana montir") dengan kemeja yang terbuka lehernya, seperti umumnya orang-orang yang mendapat kerja malam.
Capstick mencekal lengannya dan mengizinkan anak buahnya menyatakan kalimat-kalimat resmi yang harus diucapkan dalam penahanan. Kata Inspektur Barton, "Kami polisi dan saya akan menahan Anda dengan tuduhan membunuh June Anne Devancy di RS Queen's Park pada tanggal 14 - 15 Mei malam tahun ini. Saya ingatkan, apa pun yang Anda katakan akan ditulis dan dijadikan bukti."
Mobil polisi kembali meluncur ke jalan raya. Capstick mengambil tempat duduk di belakang bersama Griffiths, yang setibanya di kantor polisi berucap, "Karena sidik jari saya Anda mendatangi saya?"
Capstick mengingatkannya lagi bahwa kata-katanya bisa dijadikan bukti dan Griffiths menjawab, "Ya."
"Baiklah, kalau memang sidik yang ada pada botol itu sidik saya, saya akan menjelaskannya pada Anda." Kemudian dia membuat pernyataan dan mengakui segalanya, termasuk bagaimana dia membenturkan kepala anak kecil itu ke tembok karena menangis.
Sersan Millen menulis semua pernyataan tersebut, sedangkan Capstick mengajukan pertanyaan. Setelah itu kedua detektif tersebut pergi ke rumah orang tua Griffiths. Mereka orang-orang yang jujur, suka bekerja keras. Orang-orang lanjut usia ini menjadi patah hati mendengar tragedi ini. Mereka terus berdiam diri sementara para detektif memeriksa pakaian Griffiths.
Surat gadai
Ketika akan meninggalkan rumah itu, ibu Griffiths menyerahkan sebuah surat gadai untuk sebuah setelan pakaian yang telah digadaikan Griffiths sebesar 30 shillings dan 8 pence. Pakaian ini memang menentukan nasibnya, karena ternyata kemudian pada pakaian tersebut petugas menemukan serat yang cocok dengan yang terdapat pada badan June Anne. Bercak darah pada setelan pakaian itu terbukti darah June Anne pula.
Peter Griffiths seorang yang suka menyendiri, bersifat acuh tak acuh dan punya reputasi tidak baik di AD. Dia seorang pemabuk berat dan tak pernah bisa lama berkawan dengan pria maupun wanita.
Hanya dibutuhkan tempo 20 menit bagi para juri untuk mengambil keputusan bahwa Peter Griffiths bersalah. Dia dihukum gantung di Penjara Walton, Liverpool, tidak jauh dari tempat kelahiran Capstick.
Capstick selalu curiga, siapa tahu Griffiths pula yang harus bertanggung jawab atas kematian Jack Quentin Smith, seorang anak sekolah berumur 11 tahun yang ditikam dan digebuki sampai tewas dua bulan sebelum ini dekat jalan kereta api di Farnworth, Lancashire, meskipun memang tak pernah ada bukti-bukti.
Menurut teman Jack, David Lee yang berusia 9 tahun dan yang berhasil kabur ke rumah dengan luka-luka di perut serta dada, penyerang mereka adalah seorang pria muda jangkung bermata dalam dan wajahnya berbercak-bercak. Dua tahun sebelumnya Patricia McKeon (9) diserang pria jangkung langsing, bermata dalam. Sebelum itu Sheila Fox yang berumur 6 tahun lenyap.
Betapapun, polisi lega karena setelah Peter Griffiths ditangkap tak lagi terjadi pembunuhan anak-anak kecil. (Tom Tullet)
" ["url"]=> string(79) "https://plus.intisari.grid.id/read/553133934/surat-gadai-yang-memberi-kepastian" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1644348543000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3133914" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/02/08/ditemukan-2-koper-tak-bertuanjp-20220208070815.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(10) "Tom Tullet" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9391) ["email"]=> string(20) "intiplus-34@mail.com" } } ["description"]=> string(105) "Mayat korban mutilasi yang ditemukan dalam 2 koper terpisah. Pelakunya ternyata orang yang menyayanginya." ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/02/08/ditemukan-2-koper-tak-bertuanjp-20220208070815.jpg" ["title"]=> string(29) "Ditemukan 2 Koper Tak Bertuan" ["published_date"]=> string(19) "2022-02-08 19:28:20" ["content"]=> string(26474) "
Intisari Plus - Kadang-kadang detektif yang berpengalaman pun masih bisa tercengang pada metode pembunuhan. Bukan cuma pada cara para kriminal mencabut nyawa seseorang, juga bagaimana mereka berupaya menghilangkan identitas korban.
Inilah yang dialami oleh Inspektur Kepala Roy Yorke dan pembantunya, Sersan George Atterwill, pada tanggal 5 April 1968 pagi-pagi benar. Mereka menemukan sepenggal badan atas seorang wanita. Penggalan tubuh itu terbungkus dalam sebuah koper berwarna hijau yang terkunci.
Koper itu kata Inspektur Kepala Sidney Seymour dari Kepolisian West Millands kepada petugas seksi pembunuhan, diambil di Stasiun Wolverhampton dari kereta api pukul 10.40 yang berangkat dari London.
Dua orang pengemudi yang sedang bebas tugas melihat koper itu dalam sebuah gerbong kosong, lalu membawanya ke kantor yang mengurus barang-barang yang tertinggal. Koper itu dibuka di situ juga dengan harapan bisa diketahui siapa pemiliknya.
Tergeletak di bawah meja
Isinya ternyata mayat seorang wanita Asia yang diperkirakan usianya sekitar 25 - 30 tahun. Kepala, badan bagian bawah, dan tungkainya tidak ada. Tubuh itu berbaju kain wol berwarna merah jambu, pullover biru, pakaian model India biru dengan bordir putih - yang disebut kaniz - blus dalam dari katun dan BH berwarna putih buatan India.
Ada empat gelang metal rancangan India berwarna putih pada lengan kirinya. Tampaknya koper buatan Inggris yang dipakai menaruh tubuh itu masih baru. Mereknya Spartan dan ukurannya dua kaki kali satu kaki sepuluh inci. Penggalan tubuh bagian atas dan pakaiannya itu terbungkus dalam sebuah kain hijau persegi empat.
Sersan Detektif Leslie Whitehouse dari Wolverhampton memotret potongan tubuh itu tanpa mengubah letaknya. Lalu dikirimkannya pada dr. Richard Marshall, patolog kantor pusat yang tergabung pada Wolverhampton Royal Hospital.
Detektif Yorke mula-mula mendatangi cabang jalan kereta api Bushbury, tempat kereta api dilangsir, dan memeriksa ruangan gerbong yang memuat koper tersebut. Selama seminggu itu para ahli mencari tanda-tanda yang mungkin ditinggalkan orang yang membuang koper.
Sidik jari diambil dari setiap gerbong, setiap barang, walaupun kelihatannya tak berguna diambil untuk pemeriksaan.
Kereta api listrik ekspres itu meninggalkan Euston pada pukul 10.40, berhenti di Rugby, Coventry, Birmingham, dan pada pukul 00.52 tiba di Wolverhampton. Yorke ingin tahu siapa-siapa saja yang menumpang kereta api ini, di mana saja mulai naik, dan di mana mereka turun.
Dia mengorganisasikan para detektif dari seksi pembunuhan supaya pergi ke Euston, lalu orang-orang dari kepolisian melacak stasiun-stasiun terdekat di antara dua kota tujuan kereta api tersebut.
Orang yang bertugas mengawasi penumpang bernama Terrance Proudman, tinggal di Wolverhampton. Menurutnya kepada para detektif, sudah banyak penumpang yang masuk ke dalam kereta api yang menuju Euston itu sebelum lampunya dinyalakan pada pukul 10.10.
Kereta itu terdiri atas enam gerbong kelas dua di bagian depan, lalu sebuah gerbong restorasi, dan diikuti oleh empat gerbong kelas utama serta sebuah gerbong barang yang terletak paling belakang.
Pada kereta itu ada sensus, dan Proudman melaporkan bahwa 160 penumpang naik mulai dari Wuston. Di Conventry kereta mengangkut 129 penumpang dan dari Birmingham ke Wolverhampton hanya 12 orang.
Kondektur Thomas Rea dari Warley Staffordshire melaporkan pada detektif, dialah yang mengecek karcis-karcis di gerbong kelas dua di sebelah gerbong restorasi, di mana koper itu ditemukan. Ada 30 penumpang, tetapi dia tak memperhatikan adanya koper itu.
Kedua pengemudi yang menemukan koper itu mengambil tempat duduk di bagian gerbong yang bersebelahan dengan gerbong restorasi tersebut. Di situ terdapat gang di antara meja.
Koper tergeletak di bawah meja kedua sebelah kiri, menghadap ke arah depan kereta api. Barang itu mereka serahkan kepada Leslie Stevens dari Wolverhampton, petugas yang mengurus barang-barang yang tertinggal, yang lalu membukanya dan memanggil polisi.
Korban wanita Asia
Bagaimana ceritanya sampai koper itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, itu sangat penting bagi penyelidikan, sehingga nantinya tidak ada satu pun mata rantai yang terlewatkan.
Mulanya kereta berangkat dari Liverpool menuju Euston dan di sana naik satu tim pembersih yang menyikat kursi dan mengelap semua meja. Tapi mereka tak melihat koper. Jadi, cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa koper itu dimuatkan ke dalam kereta di Stasiun Euston atau salah satu stasiun pemberhentian sebelum Wolverhampton.
Tim Yard yang pergi ke Euston berhasil menemukan satu-satunya orang yang bertugas memeriksa karcis pada malam kejadian di jalur kereta nomor enam, yaitu William Fauz. Menurutnya, lampu untuk penumpang pada waktu itu sudah menyala.
Dia bisa memperhatikan satu-persatu pe- numpang. Dia ingat melihat seorang laki-laki kulit berwarna membawa sebuah koper. Laki-laki itu memasuki pagar peron sebelum kereta memasuki jalur enam. Tadinya kereta itu berada di jalur tujuh sebelum dilangsirkan.
Laki-laki itu minta izin masuk kereta tapi tak diperbolehkan. Ternyata dia kembali lagi setelah kereta api itu masuk ke jalur pemberangkatan. Koper itu tetap dibawanya dan ia menyusuri sepanjang jalur sampai tak kelihatan lagi. Kira-kira 15 menit sampai setengah jam kemudian dia keluar dari pagar peron.
Mantelnya masih dipakai, tetapi koper tak ada lagi di tangannya. Faux ingat, laki-laki itu menyodorkan karcis untuk tujuan ke Wolverhampton. Dia melubangi karcis tersebut. Dipikirnya laki-laki itu tidak kembali lagi ke peron, karena kalau kembali ia tentu harus melihat karcis yang telah dilubangi tersebut.
Petugas pemeriksa karcis dan petugas sensus yang bertugas di pintu pagar Wolverhampton bersikeras tidak melihat seorang laki-laki kulit berwarna turun dari kereta yang dimaksud.
Ada dua orang penumpang lagi yang menyatakan kepada Yorke, koper itu dinaikkan ke kereta di Euston. Salah seorang bernama Frank Parkes dari Staffordshire, yang sedang mengadakan perjalanan ke Birmingham. Hari sudah malam waktu dia naik ke kereta dan dia mengambil tempat duduk tepat di meja, di mana koper itu ditemukan.
Ketika lampu dinyalakan dia memang merasa ada sesuatu di bawah mejanya: sebuah koper. Sama sekali tidak ada yang menjenguk koper itu sepanjang perjalanan, ataupun duduk di kursi sebelahnya. Waktu dia turun dari kereta, koper itu tetap tak ada yang mengambil.
Seorang penumpang lainnya yang melakukan perjalanan bersama istrinya di bagian gerbong yang sama, sama-sama memperhatikan barang itu waktu akan turun. Merekalah orang terakhir yang turun. Rencananya mereka akan melapor, tapi akhirnya memutuskan untuk tak usah mencari perkara.
Sementara itu Inspektur Kepala mengadakan konferensi pers dan minta informasi tentang seorang wanita Asia muda yang menghilang. Mungkin ia meninggalkan rumahnya atau asramanya. Para sopir taksi, kendaraan sewaan, atau bus malam juga diminta laporannya bila menjumpai orang yang naik kereta malam di Euston atau tempat-tempat perhentian lainnya.
Biru, kuning, dan hijau berbintik-bintik
Kehebohan kedua menyusul di tengah hari pertama itu. Di bawah jembatan Sungai Roding di Jl. Romford, Ilford, ditemukan sebuah koper lain lagi. Koper kedua.
Seorang wanita melihatnya tergeletak di genangan air, lalu melaporkannya kepada polisi. Agen polisi yang dipanggil untuk membuka koper itu lalu minta pertolongan lewat radionya setelah melihat kaki manusia di dalamnya.
Sersan Detektif Stephenson mengambil alih tugas dan segera menemukan isi yang lain. Potongan tubuh bagian bawah terbungkus dalam sebuah kain hijau dan hitam. Warna koper itu coklat kemerah-merahan. Inspektur Kepala Emlyn Howells, dari bagian pembunuhan setempat, menangani perkembangan baru ini dan berhubungan erat dengan Yorke di Wolverhampton.
Sersan Detektif Atterwill yang bekerja dengan Yorke di Wolverhampton pergi ke Ilford dan menyaksikan penggalan badan bagian bawah itu. Dia membawanya pada dr. Marshall yang memeriksanya hari itu juga.
Yorke mencari saksi dan beberapa orang kemudian mengaku melihat koper itu lebih awal daripada yang dilaporkan. Yang paling awal melihatnya adalah seorang penjaga lalu lintas. Katanya, dia melihat benda itu pukul 11.15, tanggal 5 April.
Dr. Marshall mengemukakan kepada Yorke bahwa penggalanpenggalan dari dua koper itu berasal dari satu badan yang sama. Penemuannya ini berdasarkan tes susunan kulit, juga organ-organ dalamnya semua saling mencocoki.
Golongan darah yang ada pada tiga penggalan itu identik. Ahli patologi mengatakan bahwa tubuh itu ada kemungkinan dipotong-potong dengan benda tajam seperti pisau atau benda tajam lainnya.
Terlepas dari pemenggalan bagian-bagian tubuh, tak nampak tanda-tanda kekejaman. Tetapi terdapat tiga ciri khas pemilik tubuh itu: sebuah tahi lalat di atas dada sebelah kiri, kuku yang mulai panjang di kelingking kanan, dan parut bekas luka pada salah satu kaki di atas pergelangan.
Goresan luka itu bekas operasi dan sekurang-kurangnya lima bekas jahitan. Menurut dr. Marshall, luka itu bekas irisan ahli bedah untuk memberi infus intravenous atau transfusi. Biasanya hal itu dilakukan kalau nadi di lengan tidak bisa dimanfaatkan setelah perdarahan hebat.
Warna di sekitar kulit bagian tubuh yang terpotong mengherankan Yorke. Di satu sisi berwarna biru dan kuning, sedangkan di sisi lain warnanya hijau berbintik-bintik. Dia mengajukan masalah ini dalam rapat harian.
Seorang agen polisi muda menyatakan sebuah toko dekat Kantor Polisi Ilford menjual semacam sabit. Warna sabit itu biru di satu sisi pisaunya dan kuning di sisi lain, yang kalau tercampur darah menghasilkan bintik-bintik hijau.
Sudah tidak perawan
Isi perut dan organ tubuh lainnya diperiksa di Forensic Science Laboratory di Birmingham. Di dalam perut terdapat Phenobarbitone dalam jumlah yang sama seperti yang dikandung 30,5 grain tablet (1 grain = 0,065 gram).
Meskipun jumlah darah dalam tubuh tersebut hanya tinggal sedikit, tetapi mengingat reaksi Phenobarbitone itu lambat, dr. Marshall bisa memastikan kematian bukan disebabkan oleh tablet itu.
Wanita itu, menurutnya, sudah mati tak kurang dari 12 jam yang lalu, bahkan bisa lebih dari 25 jam yang lalu. Dia tidak sedang mengandung, tetapi jelas bukan perawan lagi. Wanita ini juga belum pernah melahirkan dan diperkirakan usianya antara 18-30 tahun.
Seorang dokter ahli kandungan, dr. H.J. Fischer, menguatkan pendapat itu. Katanya, si wanita tidak pernah mengandung lebih dari 28 minggu. Tetapi bukan berarti ia tak pernah mengandung. Banyak petunjuk bagus, tetapi Yorke berharap bisa menemukan kepala yang diperkirakan ada dalam koper yang lain lagi.
Kalau kepala wanita itu ketemu, secara positif bisa ditentukan siapa korban itu. Dia meminjam sebuah helikopter milik RAF untuk terbang melintasi sepanjang jalan rel dari Euston sampai Wolverhampton. Siapa tahu koper yang diharapkan itu dilempar orang lewat jendela di tengah perjalanan.
Beberapa manusia katak juga dipekerjakan oleh Yorke untuk menyelami Sungai Roding dan sungai-sungai lain serta danau di daerah Ilford dan juga mengarahkan satu tim detektif untuk menampung kereta api jurusan Euston - Wolverhampton dengan pesan mengawasi apa pun yang mungkin berisi kepala manusia. Tim lainnya lagi berjalan kaki melacaki jalan-jalan.
Gambar wajah seorang laki-laki kulit berwarna yang dibuat menurut gambaran saksi mata dipublikasikaan lewat berbagai surat kabar, lengkap dengan foto gelang dan pakaian wanita itu.
Yorke banyak mendatangi masyarakat Asia dan dari situ ia tahu pakaian korban merupakan rajutan tangan. Poster dengan foto yang sama pun dibuat dalam tiga bahasa utama India, yaitu Urdu, Punjabi, dan Gujareti. Ribuan poster serupa diedarkan di kalangan masyarakat imigran di Inggris.
Dari daerah-daerah Birmingham dan Wolverhampton muncul sembilan orang India yang ingin memeriksa teka-teki baju rajutan yang sempat membingungkan para ahli itu. Menurut mereka, pola rajutan itu merupakan warisan dari ibu untuk putrinya di desa-desa terpencil di Punjab.
Wanita korban itu bercelana panjang dari katun yang menunjukkan bahwa ia menuruti kebiasaan kaum Sikh.
Salah satu koper itu berkualitas murahan, buatan suatu daerah di Delhi dan sama sekali bukan kualitas ekspor. BH yang dipakainya biasanya dikenakan oleh para wanita petani di daerah Punjab, sebelah utara Delhi.
Berdasarkan rambut bagian kelamin yang tampaknya dicukur tiga atau empat bulan sebelumnya dan bekas jahitan di kaki, para detektif mencari wanita India atau Pakistan yang pernah menjalani pemeriksaan ginekologi, di sekitar area imigran.
Tak pernah muncul lagi
Ketika penyelidikan sedang berlangsung, para detektif Yard menerima panggilan penting dari kepolisian di Wanstead. Kepala korban telah ditemukan.
Hari Selasa, 8 Mei, lebih dari setengah bulan setelah badan yang pertama ditemukan, seorang laki-laki bernama Howard Perry bersepeda pulang dari kerjanya dan teralang kepadatan lalu lintas waktu akan menyeberang.
Tiba-tiba dia melihat sebuah ransel tergeletak sejauh 3 m darinya. Ransel itu lebih bagus dari miliknya sendiri, katanya dalam hati. Dia menyeberang dan bermaksud memeriksa isi ransel itu. Sebuah buntalan yang dibungkus kain putih terjatuh ke tanah.
Waktu diperhatikan dengan lebih saksama, ternyata benda itu kepala manusia. Langsung diteleponnya polisi. Lagi-lagi Sersan Detektif Stephenson yang menanganinya. Langsung ransel beserta isinya dibawa ke Ilford untuk diperiksa oleh dr. Marshall. Kepala itu dibungkus robekan kain handuk dan ditempatkan dalam bungkus Koran Daily Telegraph, 11 Maret 1968.
Dokter menemukan dua retakan besar pada tulang tengkorak. Sebuah pada pelipis kiri dan sebuah lagi pada bagian atas kepala. Kemungkinan keduanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul. Mungkin sebuah palu.
Kesabaran dan ketelitian detektif akhirnya membuahkan hasil juga. Seorang wanita dengan usia dan kebangsaan yang diharapkan polisi, pernah masuk Barking Hospital, Upney Lane, di Barking, pada tanggal 20 November 1967. Namanya Sarabjit Kaur.
Ia tinggal di Uphall Road, Ilford. Dulu yang memeriksanya dr. Joan Ellen Wates, seorang ginekolog. Padanya Sarabjit mengaku melakukan hubungan seksual pada bulan September 1967. Dokter yakin pasiennya sudah pernah melakukannya sebelumnya dan saat itu jelas sedang hamil 20 minggu. Perjanjian untuk pemeriksaan kontinu sebelum persalinan dibuat, tetapi pasien ini sendiri tak pernah muncul-muncul lagi.
Ingin menikah tapi tak disetujui
Seluruh badan itu kini sudah ada di tangan Detektif Kepala Yorke dan dikirim ke bagian anatomi Guy's Hospital Medical School. Yang menanganinya, Prof. Roger Warwick, menyimpulkan umur korban berkisar antara 16 -18 tahun. Foto wajah wanita itu dibuat dan ditunjukkan pada dokternya dulu, dr. Watts. Tapi dokter wanita itu tak bisa mengenalinya lagi.
Dr. Watts memiliki catatan dokter sebelumnya yang mengirim Sarabjit padanya, dr. Gabriel Merriman. Dr. Merriman mengenali Sarabjit. la pula yang memberi diagnosis kehamilan Sarabjit. Sarabjit meminta obat untuk mengugurkan kandungannya. Lalu dokter ini kehilangan jejak Sarabjit karena dia harus meninggalkan Ilford.
Tinggi gadis itu kira-kira 150 cm dan bobotnya sekitar 40 kg, sesuai dengan data catatan rumah sakit. Daerah di mana dia tinggal tidak jauh dari tempat badan bagian bawah dan kepalanya ditemukan. Penyelidikan membuktikan bahwa gadis yang sama itu menghilang dari kediamannya sudah berminggu-minggu.
Suatu keterangan dari nyonya pemilik rumah di Uphall Road menjadikan segalanya kongkret. Sarabjit menyewa tempat itu selama beberapa minggu pada bulan November 1967. Induk semangnya tahu ia memeriksakan diri pada seorang dokter di Ilford Lane.
Gadis itu pernah mengatakan, keluarganya telah kembali ke India, tetapi kemudian dia mengaku minggat karena bersikeras akan kawin dengan seorang pemuda di India. Ayahnya melarang dan memukulnya, bahkan mencoba mencekiknya.
Pemilik rumah itu tidak tahu di mana keluarga Sarabjit tinggal, tetapi gadis itu pulang ke rumahnya dan kembali lagi bersama ayah-ibunya untuk mengepak barang-barang mereka. Pemilik rumah bertemu dengan ayah Sarabjit pada hari Paskah.
Menurut ayahnya, dia mendatangkan kekasih anaknya lalu menikahkan mereka dan kini tinggal di Southhall. Sebelum ayah-anak itu berpisah, dia mengaku merasa berbahagia karena Sarabjit kini tak tinggal bersamanya lagi. Soalnya, mereka tidak cocok.
Kain hijau pembungkus badan korban dikenali oleh pemilik rumah sebagai milik Sarabjit, demikian pula blus pendek dan gelang.
Mengancam sang ayah
Setelah menyelidiki lebih lanjut, diketahui ayah Sarabjit berusia 39 tahun, seorang Sikh dari Punjab dan namanya Suchnam Singh Sandhu. Dia seorang opas mesin yang dahulunya adalah kepala sekolah. Keluarga itu tinggal di Sibley Grove, Bow, lalu ke Fanshawe Avenue, Barking.
Pada tanggal 11 Mei Inspektur Detektif Jim Smith dan Sersan Detektif David Stephenson datang menemui Suchnam Singh. Mula-mula laki-laki ini mengaku hanya mempunyai dua anak perempuan. Setelah didesak barulah mengakui anak perempuannya yang lain adalah Sarabjit.
Sarabjit adalah yang tertua. Dia meninggalkan rumah tanpa sepengetahuannya. Ketika polisi minta foto Sarabjit, pria itu menjawab tidak punya. Detektif menemukan dua buah foto di kamar atas yang wajahnya amat mirip dengan wajah mayat yang ditemukan. Ayah Sarabjit diminta ikut ke Kantor Polisi Ilford.
Di situ Suchnam Singh diminta mengenali mayat. Benarkah itu mayat Sarabjit? Tetapi rupanya ia tak mau diajak bekerja sama. Katanya, Sarabjit meninggalkan rumah pada bulan Februari 1967 dan dia tidak tahu di mana anak itu sekarang.
Dia menyangkal mengetahui Sarabajit hamil. Dia juga mengaku tidak mengenali pakaian dan koper yang ditemukan. Tetapi dia tak membantah pernah bilang kepada bekas induk semang anaknya bahwa anaknya sudah kawin dan tinggal di Southhall.
Baru pada pemeriksaan keesokan harinya dia mau mengatakan mungkin anaknya sudah mati. Tapi tak lebih dari itu. Hari berikutnya ia minta bertemu dengan Yorke sendirian dan membuat pengakuan sepenuhnya.
Bahasa Inggris Suchnam amat baik. Suaranya begitu tenang, hingga membuat seluruh ceritanya mendirikan bulu kuduk pendengarnya.
Tanggal 4 April dia tak bekerja. Istrinya pergi. Anak-anak lainnya ke sekolah. Sarabjit sudah tinggal di rumah selama beberapa hari. Dia dan anak gadisnya itu meributkan perkawinan yang diinginkan Sarabjit dengan seorang pria beristri yang tinggal di India.
Sarabjit ingin menyuruh kekasihnya itu membunuh atau menceraikan istrinya agar mereka berdua bisa menikah. Sarabjit berkata kepadanya bahwa ia sudah minum racun dan menulis surat yang menyatakan akan bunuh diri, karena ayahnya tidak menyetujui laki-laki pilihannya.
Anak kesayangan
Kemudian pagi itu juga Sarabjit mengatakan akan menulis surat lagi yang menyalahkan ayahnya perihal bunuh dirinya. Ayahnya akan dihukum gantung. Laki-laki itu jadi naik darah dan hilang kesabarannya. Dia memungut palu yang biasanya digunakan untuk memecah arang dan memukul kepala Sarabjit dua kali. Gadis itu pun jaruh ke lantai.
Suchnam segera mengganti baju piyamanya dan berjalan ke Ilford untuk membeli kapak di toko yang letaknya dekat dengan kantor polisi. Tak lebih dari setengah jam setelah memukul anaknya, dia pulang ke rumah, berganti piyama kembali, dan mulai memotong-motong tubuh anaknya. Sarabjit mencoba mencengkeram kapak itu ketika lehernya akan dipotong, sehingga jempol tangannya terluka.
Suchnam membungkus badan yang sudah jadi mayat itu dengan tas plastik besar dan mengeringkan darahnya di kamar mandi. Piyamanya yang berlumuran darah itu serta kapaknya, ditaruh di tempat pembuangan sampah. Palunya dibuang di Barking.
Kemudian dia mengepak anggota badan yang sudah terpisah-pisah itu ke dalam koper dan ransel, kemudian mengangkutnya ke Euston. Di sebuah papan nama dia membaca nama Kota Wolverhampton Dibelinya selembar tiket, diletakkannya koper itu di dalam kereta api, lalu ia pulang ke rumahnya.
Dia membawa koper yang berikut dengan naik bus ke Ilford. Dia bermaksud melapor kepada polisi. Tapi kemudian niatnya berubah. Kantor polisi cuma dilewatinya dan koper itu dilemparkan dari jembatan ke dalam sungai. Hari berikutnya dia mengangkut ransel yang berisi kepala ke dalam mobilnya dan meninggalkannya di dekat beberapa bus di Wanstead Flats.
Yorke, yang kini sudah pensiun, tak pernah bisa melupakan cerita paling seram yang pernah didengarnya. Suara ayah gadis itu begitu tenang, terus terang, dan hampir tak bisa dipercaya.
Yang menimbulkan iba di hatinya adalah kenyataan bahwa Sarabjit adalah anak kesayangan ayahnya. Ayahnya ingin anaknya ini menjadi dokter. Tetapi Sarabjit begitu membuat keluarganya malu. Gadis itu hamil.
Menurut polisi, Sarabjit sudah diaborsi oleh dokter Asia yang mungkin sudah diatur oleh keluarganya. Ini mengingat luka bekas jahitan pada pahanya.
Pengakuan seseorang tidak atau belum membuat para detektif puas. Mereka mengadakan pengecekan lagi. Mereka mendapatkan nama Suchnam Singh bekerja pada sebuah perusahaan kimia. Dengan demikian dia dapat dengan mudah mendapatkan pil Phenobarbitone.
Tas plastik yang dipakainya juga tersedia di tempamya bekerja. Bekas-bekas darah terlihat di pipa saluran berbentuk U pada kamar mandi rumah Suchnam Singh. Sidik jari Sarabjit dapat ditemukan pada kartu absen tempat dia bekerja.
Suchnam diadili di Old Bailey. Dia mengatakan dirinya tidak bersalah. Namun bukti begitu banyak dan hanya dalam tempo 90 menit juri memutuskan dia bersalah. Suchnam Singh dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. (Tom Tullet)
" ["url"]=> string(74) "https://plus.intisari.grid.id/read/553133914/ditemukan-2-koper-tak-bertuan" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1644348500000) } } }